☆ 21 ☆

26.4K 2K 27
                                    

Full pengantin baru yang masih unyu-unyu ini.. selamat membaca! 😊

.
.
.

Tidak tidur semalaman, nyatanya tidak membuat Aina lelah dan lesu selama mengikuti pelajaran. Sebaliknya, gadis itu terus mengulas senyum manis. Sampai kelas berakhir pun senyumnya masih mengembang.

"Jijik gue lama-lama liat senyum lo," ucap Indri meraup wajah Aina.

Aina cengar-cengir saja. Langkahnya riang berjalan keluar kampus bersama Indri dan Karin. Lalu tiba-tiba Junior datang, menyapanya.

"Aina."

"Hai, Kak Juni." sapa Aina sambil sesekali melihat Indri.

"Langsung pulang? Mau makan malam dulu?" tawar Junior.

"Eh, mm ... " Aina berpikir keras. "Gimana kalo sama Indri aja?"

"Loh, kamu?"

"Ee, kalian aja, aku duluan. Assalamualaikum. Bye bye," pamit Aina sebelum berlari.

Karin geleng-geleng kepala, "Kak Jun, nitip Indri ya. Gue juga ada urusan. Have fun, kalian. Bye."

Karin berjalan menjauh dengan bibir tersungging geli, sementara Aina menemukan Afkar yang sudah menunggu sembari bersandar di kap mobil. Ah, tampannya.

Aina berlari kecil mendekat. Afkar mengusap lembut puncak kepalanya, menggenggam tangannya, lalu membukakan pintu mobil untuk dirinya.

Aina tinggal duduk manis saja, bahkan sebelum menutup pintu pun Afkar lah yang memasangkan sabuk pengaman untuknya.

"Mm, Gus?"

"Hm?"

Ya Allah, deep voice Afkar mengalun merdu di telinga Aina. Ditambah tatapan matanya yang dalam, Aina menggeleng, tidak jadi bertanya karena mendadak salah tingkah.

Suasana di dalam mobil terasa canggung, namun penuh bunga-bunga cinta. Ketika Afkar berniat membuka pembicaraan ...

Krucuk ... krucuk ...

Perut Aina berbunyi, Afkar menahan tawa sedangkan Aina menahan malu. Sambil mengemudikan mobil, sebelah tangan Afkar menepuk puncak kepala Aina.

"Ingin makan apa?"

"Mm, warung bakso di pinggir jalan deket balai desa, gimana?"

"Tidak makan nasi saja?"

"Makan bakso dulu, nanti kalo laper makan lagi." Aina menyengir, Afkar mengulum bibir. "Gus kalo punya istri saya harus siap ekstra sembako loh, saya makannya banyak."

Afkar manggut-manggut, "perut sekecil itu?"

"Biar kecil tapi muat banyak," bangga Aina mengusap perutnya.

"Hm, juga muat untuk anak saya."

"Eh?"

Afkar melirik Aina yang tersipu, "kenapa eh?"

Aina menggeleng, pipinya menggembung lucu menahan malu. "Gus, resepsi kita jadinya kapan?"

"Secepatnya saja."

"Bagus, secepatnya."

"Wow, tidak sabar sekali ingin resmi diakui menjadi istri saya, hm?"

"Ih, bukan gitu! Maksudnya kan kalo cepet resepsi nanti Ayah, Abba sama Umma bisa cepet pulang. Kasian Mbah Yai Mbah Nyai kalo lama-lama ditinggal."

"Alasan yang bagus."

"Bukan alasan, Guuus!"

Afkar terkekeh melihat ekspresi cemberut Aina. "Kamu ingin ijabnya diulang?"

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang