☆ 31 ☆

23.6K 1.9K 73
                                    

JUM'AT!

Jangan lupa baca Al Kahfi!
.
.
.

HAPPY 100 THOUSAND VIEWS, GUYS! 🥳🥳

Aku tau hasil ini belum ada apa-apanya. Tapi aku happy banget sama pencapain iniii.

TERIMA KASIH BANYAK BUAT KALIAN YANG SELALU SUPPORT

Semoga ke depannya aku bisa lebih baik dalam menulis, lebih baik dalam memuaskan readers, dan semoga makin banyak yang sayang sama Afkar-Aina.

Aamiin.....

Dah, gitu aja.

Selamat Membaca!

................................................................................

Seminggu setelah mendapat izin untuk mengikuti penelitian di Malang, Aina sangat sibuk mempersiapkan materi.

Satu minggu di sana dia sangat jarang memiliki waktu berkomunikasi dengan Afkar.

Pulang-pulang pun kembali sibuk menulis laporan dan mengejar ketertinggalannya hampir satu semester ini.

Jangankan ingat sudah bersuami, diri sendiri saja hampir tidak terurus. Mandi hanya mandi bebek, makan pun sekedar mengemil snack seadanya.

Aina sedang gila belajar. Afkar juga tidak bisa leluasa menjaga istrinya.

Selain hubungan tersembunyi dan tempat tinggal mereka yang masih terpisah, Afkar tengah sibuk dengan pendistribusian susu sapi menjelang ramadhan.

Sungguh hubungan yang sangat tidak diharapkan oleh para orang tua penanti cucu.

"Tyas, aku berangkat dulu!" teriak Aina sambil memakai sepatu.

"Sarapannya, Ning!"

"Nanti aja di kantin!" balas Aina, "kalo gak lupa," lanjutnya bergumam.

Aina berlari keluar gerbang pesantren untuk menunggu angkutan umum lewat. Motor rentalnya sudah dikembalikan sejak dirinya tinggal lama di Jogja.

Tin tin ...

Klakson mobil yang diiringi pintu kaca terbuka, membuat mata Aina bersinar cerah. Wanita itu melambaikan tangan sebelum berlari masuk ke mobil suaminya.

"Salim dulu sama Mas Suami, assalamualaikum." ucapnya mengecup tangan kanan Afkar.

"Walaikumussalam warahmatullah. Sarapan," Afkar menyerahkan dua kotak makan. "Satu dimakan sekarang, satunya lagi nanti untuk makan siang."

"Huwaaa," Aina tersenyum haru, langsung memeluk lengan Afkar yang sedang menyetir. "Makasih banget banget, mmccuuaahh."

"Tidak berasa."

"Mmmccuuaaahh," Aina mengulangi kecupannya di pipi Afkar. "Mas Afkar jambangnya makin lebat ih, kok gak dicukur? Mas harus merawat diri dong, jangan terlalu sibuk."

"Siapa yang seharusnya dinasehati seperti itu?" serang Afkar.

Aina cengengesan, "aku gak liat, aku makan."

Setelahnya, Aina melanjutkan makan sembari fokus membaca buku. Sampai tiba di kampus.

"Dah, aku masuk dulu ya, Mas. Makasih udah dianterin, makasih udah dimasakin sarapan, dimasakin makan siang. Pokoknya- "

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang