☆ 42 ☆

16.2K 1.3K 62
                                    

HARI INI ARHAN NIKAH, YA?

😴
👉🏻👈🏻

HAPPY WEDDING, ARHAN!

HAPPY READING, ALL!

***********************************

Makan bakso isi durian, minumnya teh putih, makannya harus saat bulan purnama. Aneh, tidak? Tidak ada kata aneh untuk bumil.

"Sayang, kamu sudah 9 bulan di perut Mama, kenapa masih minta yang aneh-aneh sekali, hm?" tanya Afkar, kepada calon putrinya.

"Aba mendadak was-was kalau besok kamu lahirannya juga aneh-aneh."

"Enggak, Aba. Aku gak minta aneh-aneh kok, aku cuma minta bakso isi durian. Daripada aku minta durian isi bakso?" jawab Aina menirukan suara anak kecil. Santai sekali nadanya.

"Mas, ada suara tik-tik hujan gak sih?"

Mendengar pertanyaan Aina, Afkar segera mengecek keadaan di luar rumah dari jendela. "Iya, sedang turun hujan."

"Jangan ditutup dulu, Mas!" cegah Aina ketika melihat Afkar hendak menutup jendela.

Cukup susah Aina berdiri dari duduknya sebelum wanita itu berhasil menghampiri sang suami yang berdiri di dekat jendela.

Tangan Aina terulur memainkan tempias hujan. "Padahal tadinya bulan purnama cerah banget ya, Mas ... tiba-tiba hujan."

Afkar berdehem menjawab pernyataan tersebut. "Dingin, Sayang." ucapnya sembari mengusap butir hujan yang membasahi pipi Aina.

Diperlakukan demikian, bukannya berganti membersihkan wajah Afkar, Aina justru dengan usil mencipratkan tangan basahnya.

"Hei, nakal ya!"

"Ahaha, ampun, Aba!" jerit Aina, berusaha menghindari gelitikan Afkar. "Mas udah, ampuuun," mohonnya ngos-ngosan.

"Jahil sekali," ucap Afkar sembari mencubit ujung hidung istrinya, sementara Aina terkekeh tanpa dosa.

"Mas, aku kangen Bunda."

Deg!

Segera Afkar menangkup kedua sisi tubuh Aina. "Besok setelah melahirkan dan usia baby diperbolehkan berpergian jauh, kita ke Yogya."

Aina menggeleng, "kangennya sekarang."

"Aina, kamu jangan membuat Mas takut."

"Takut kenapa, Mas?"

"Perkataan kamu ambigu."

"Ck, Mas mah su'udzon mulu!"

Afkar berganti merengkuh Aina. Meski keduanya dipisahkan perut besar Aina, Afkar tetap menikmati posisi tersebut. "Sungguh, Mas sangat takut."

"Gak akan ada apa-apa, Mas. Jangan berpikir negatif terus. Kak Felicia kan udah bilang kalau baby girl kita sehat. Selain itu luka pasca operasiku juga udah sembuh total, jadi aku boleh lahiran normal."

Aina mengerti keresahan hati Afkar. Dia membalas memeluk dengan sebelah tangan yang membelai lembut belakang kepala suaminya tersebut.

"Mas, tiba-tiba aku pengen kalau namanya baby girl mirip-mirip gitu sama Bunda."

"Boleh," kata Afkar sembari mengurai pelukan. "Nama Bunda Bunda Aisy. Bagaimana kalau baby kita ... Aisyana?"

"Aisyana? Manis banget namanya, aku suka. Artinya apa, Mas?"

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang