☆ 20 ☆

26.1K 2.1K 27
                                    

SUDAH SIAP PERNIKAHAN AFKAR-AINA TERBONGKAR?

JANGAN LUPA VOTMEN!

2.000 WORDS LEBIH LOH ^^

SELAMAT MEMBACA YA!

.
.
.

Afkar, Naufal, Faisal dan Umar berdiri di tengah-tengah halaman pesantren. Mata keempat pemuda itu menatap lurus ke sebuah ruangan di ujung selatan.

Saat ini sore hari. Semua warga pesantren sedang sibuk pembelajaran di kelas masing-masing, jadi suasana selain ruang kelas sepi.

"Yakin, Gus?" tanya Naufal.

"Bismillah," jawab Afkar.

"Yok bisa yok," tambah Faisal sembari memijat bahu Afkar seakan temannya itu akan beradu tinju.

"Aman kok, Gus. Mbak Tyas belum pulang kampus, Ning Aina sendirian di kamar." info Umar.

Afkar mengangguk. Dengan langkah tegapnya, kaki pemuda itu menapak tegas di atas aspal. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, menahan gugup.

"Hanya memberitahu, Afkar. Jangan pikirkan reaksinya." batin Afkar menyemangati diri sendiri.

Sementara itu Umar, Faisal dan Naufal bersembunyi di balik pepohonan rindang. Ketiga bujang lapuk tersebut bertugas mengamati sekitar kalau-kalau ada yang lewat.

Tok tok tok ...

Pintu kamar Aina sedikit terbuka, namun Afkar tetap mengetuknya. Cukup lama tak ada sahutan, satu kaki Afkar melangkah masuk.

"Assalamualaikum."

Kosong, tidak ada orang, tapi ada suara gemericik air dari arah kamar mandi.

"Ning?" panggil Afkar pelan, tak ada sahutan. Lelaki itu memilih duduk di kursi tunggal yang menghadap jendela.

Ceklek ...

Aina keluar dari kamar mandi. Gadis itu baru selesai keramas, sudah berpakaian lengkap, tapi kepalanya hanya berbalut handuk kecil yang menggulung rambut.

Melangkah ke ranjang, Aina terkejut melihat punggung lebar seorang lelaki. Secepat kilat dia menyambar jilbab yang masih terlipat rapi di atas kasur.

Lalu segera berlari masuk ke kamar mandi lagi sambil berteriak, "SIAPA DI SANA?!"

Afkar tersentak, "e- sa- saya." katanya.

Aina yang sudah memakai hijab langsung keluar, "Gus Afkar? Gus ngapain di sini?"

"Mm, ada yang ingin saya bicarakan."

"Kenapa harus masuk sih? Di luar kan bisa!" Aina jengkel, tentu saja.

Tapi Afkar tak gentar, dia melangkah maju. "Dengar dulu."

"Iya, tapi jangan di sini!" Aina panik. Pintu kamarnya pun tertutup, dia takut ini akan menimbulkan fitnah.

Afkar masih terus melangkah, kini jaraknya dengan Aina semakin dekat. "Ning, jangan kaget. Jangan marah."

"Gus Afkar apaan sih? Keluar gak? Saya tendang loh!" ancam Aina tak main-main.

"Dengar dulu."

"Ya cepet bilang!" Aina semakin was-was, dirinya sudah terpojok di sudut ruangan.

"Sebenarnya ... " lama sekali Afkar mencoba merangkai kata.

Aina tak sabar, "cepetan bilang gak!" Gadis ini mulai galak.

"Sebentar," Afkar meminta waktu untuk berpikir. "Begini, jadi sebenarnya ... saya, kamu- "

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang