☆ 35 ☆

20K 1.6K 69
                                    

KANGEN GAK?

AKU SEBENERNYA KANGEN UPDATE, TAPI KANGENNYA KALAH SAMA MOOD 😜

*
*
*
*
*
*
*

⚠️
PART INI WAJIB DIBACA HATI-HATI!
⚠️

*
*
*
*
*
*
*
............................................................

Pukul 2 dini hari, Afkar masih terbangun. Lelaki itu lembur untuk menyelesaikan penerjemahan sebuah kitab tebal, kerja barunya demi mencari penghasilan tambahan.

Matanya sudah sangat berat meminta istirahat. Afkar meregangkan otot-ototnya yang kaku sebelum beranjak masuk ke kamar.

Sampai di kamar, Afkar duduk di tepi ranjang, merapikan selimut yang Aina kenakan. Karena kejadian melelahkan yang hampir membahayakan kesehatan mentalnya sore tadi, Aina sudah terlelap sejak jam 9. Namun Afkar menyadari jika tidur Aina tidak tenang.

Aina seperti gelisah, kedua alisnya mengerut dalam, napasnya tak beraturan dengan kepala yang tertoleh ke kiri dan kanan. Bulir-bulir keringat keluar membasahi keningnya, keringat dingin.

"Ssst ... " Afkar mencoba membacakan shalawat sembari menepuk-nepuk pelan pundak Aina, namun tidak mempan.

"Haaah!" Aina terbangun dan seketika terduduk. "Haaah, haaah, haaah ... "

"Sayang? Hei," Afkar memberi segelas air putih pada istrinya. "Pelan-pelan," ucapnya sembari membantu memegangi gelas.

"Aws, Mas ... " Aina meringis, memegang perutnya yang keram, wajahnya sudah basah antara keringat dan air mata.

"Jagoan-Jagoan Aba ingin apa? Kenapa menendang perut Mama sekeras ini?" bisik Afkar sambil mengusap lembut perut besar Aina.

"Aws ... " Aina menggigit bibir kuat-kuat, menahan sakit yang luar biasa pada perutnya. "Mas, aku mimpi buruk."

"Kalau mimpi buruk tidak usah diceritakan, Sayang."

"Enggak, Mas. Aku harus ceritain ini. Tadi ... tadi aku mimpi kita pulang dari toko perlengkapan bayi dan ibu hamil."

"Kita beli dua pasang sepatu buat Baby twins, Mas. Lucu-lucu banget. Habis itu kita jalan-jalan di taman. Tamannya indaaah banget. Aku belum pernah lihat taman seindah itu selain di mimpi ketika bertemu Ayah dan Bunda."

"Tapi pas kita mau keluar dari taman itu, aku gak sengaja jatuhin sepasang sepatu. Pas mau aku ambil tanganku gak sampai. Padahal kita harus cepet-cepet keluar dari taman karena udah mau ditutup."

"Aku udah coba ambil sepatu itu tapi tetep gak bisa. Aku gak tau kenapa tapi rasanya sakit banget liat sepatu itu jatuh gitu aja. Hiks ... "

Afkar meraih kepala Aina, mendekapnya di dadanya sembari memberi usapan menenangkan pada punggung.

"Hanya mimpi, Sayang. Tidak apa-apa."

"Tapi kerasa nyata banget, Mas. Hati aku sakitnya nyata. Sampai sekarang rasanya masih sakit, hiks hiks. Maaas, apa arti mimpi itu?"

"Hanya bunga tidur, Sayang. Jangan berpikir berlebihan ya, besok kita check-up."

Aina mengangguk dalam dekapan Afkar, sementara Afkar tidak berhenti beristighar. Afkar pun sebenarnya over thinking mendengar mimpi Aina, namun dia sadar bahwa dia adalah sandaran, dia harus tetap tenang.

"Sekarang jam berapa, Mas?"

"Jam dua lebih dua puluh."

"Kita tahajjud yuk, Mas. Tapi aku mau yang dibaca surat Yasin, ya?"

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang