Puri tiba di rumah, ia memasuki rumah bergaya modern dengan lantai dua itu. Di pekarangan rumah terdapat tanaman hijau yang menghiasi dan dibeberapa sudut terdapat bunga yang menambah kesan asri.
Tadi ia dijemput Reno, laki-laki itu merupakan kakak Puri yang jaraknya satu tahun di atas Puri. Walaupun mereka saudara tapi Puri memutuskan tidak satu sekolah dengan Reno. Setelah mengantar Puri sampai kerumah Reno langsung tancap gas pergi nongkrong bersama temannya.
Sebenarnya Puri selalu membawa mobil ke sekolah namun Reno menyarankan agar mobil kesayangan Puri itu di service dulu. Puri yang tidak terlalu mengerti tentang dunia otomotif hanya menurut saja. Dan sekarang mobil itu masih berada di bengkel.
Keadaan rumah sepi seperti biasa, apalagi jam segini orangtua Puri masih berada di kantor. Dunia kedua orangtuanya benar-benar fokus terhadap bisnis dan pekerjaan.
Puri menuju dapur disana para asisten rumah tangga tengah berkutat menyiapkan makan malam.
"Masak apa, Bi?" tanya Puri.
"Ini non, Bibi lagi masak ayam rica-rica. Kesukaannya Den Reno, tadi Den Reno sempat rakoyes, Non." Jelas Bi Sari, asisten rumah tangga paling tua dirumah Puri.
"Request, Bi." Koreksi Puri dengan kekehan.
"Aduh susah, Non bilangnya. Lagian bahasa sekarang aneh-aneh, Non."
"Itu bahasa Inggris, Bi. Arti request itu meminta gitu, bi."
"Ooh iya Non, Bibi ngerti." Bi Sari mengangguk.
"Coba bilang sekali lagi, Bi." Puri mencoba menggoda Bi Sari.
"Rakoyes, betulkan, Non?"
"Hahaha masih salah, Bi. Karna Bibi salah aku mau dibikinin susu coklat." Puri tersenyum melihat ekspresi Bi Sari. Sangat lucu.
"Aduh, Non ini ada-ada saja."
"Jangan lupa ya, Bi tambah es soalnya hari ni panas banget." Puri mengingatkan.
"Siap, Non."
Puri pun melangkah ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Klik.
Kamar itu di dominasi dengan warna brown, terdapat satu set tempat tidur, meja belajar, rak buku di bagian sudut dan juga beberapa perintilan lain. Kamarnya merupakan tempat favorit dirumah ini.
Puri menaruh tasnya di atas tempat tidur sembarangan. Ia mengambil ponsel dari saku seragam membuka salah satu aplikasi pesan. Puri tiba difitur status dan membuka status temannya secara acak karena bosan melanda Puri.
Puri menghentikan aktivitas mendengar suara ketukan di pintu.
"Buka aja, Bi nggak dikunci kok." Sahut Puri dari dalam.
Bi Dena asisten rumah tangga yang lain muncul dari balik pintu dengan minuman coklat permintaan Puri.
"Ini, Non minumannya."
"Taruh dinakas aja, Bi."
Bibi Dena meletakkannya di atas nakas sesuai instruksi Puri. "Apa Non butuh sesuatu yang lain?"
"Nggak ada, Bi. Makasih ya, Bi."
"Sama-sama, Non. Kalau gitu Bibi pergi dulu." Bi Dena pamit dari hadapan Puri.
Sebelum wanita itu mencapai pintu Puri menghentikannya untuk menanyakan sesuatu.
"Papah sama Mamah udah pulang?"
"Belum, non."
Puri mengangguk sedetik nya pintu ditutup meninggalkan Puri yang duduk di atas tempat tidur. Puri harus menunggu waktu makan malam untuk bertemu Saras dan Tama, mamah-papahnya. Kedua orang itu hampir setiap hari pulang malam.
Puri meraih gelas berisi coklat dan meneguknya perlahan. Coklat dalam bentuk apapun memang selalu berhasil mengurangi suasana hati yang buruk. Tersisa setengah lagi coklat dalam gelas.
Gadis itu berbaring lalu memplay playlist Spotify dan beberapa saat kemudian rasa kantuk menyerang Puri yang tidak dapat ditahannya.
***
Hari sudah gelap saat Puri bangun dari tidurnya. Menyadari hal itu secepat kilat Puri melakukan ritual mandi lalu turun ke ruang makan. Disana Tama, Saras dan Reno sudah ditempatnya masing-masing. Puri menggeser kursi disamping Saras.
Makanan sudah tersedia di atas meja. Orang yang pertama mengambil makanan adalah Reno, tangannya meraih ayam rica-rica. Makan malam itu di isi dengan keheningan. Sesekali Puri mencuri pandang pada Saras. Wanita itu tetap terlihat cantik di usianya yang sekarang. Pandangan Saras dan Puri bertemu yang membuat Puri melarikan tatapannya kearah mana saja.
"Gimana hari ini disekolah?" Tanya Saras.
Puri menelan makanannya terlebih dahulu, "Baik, Mah. Nggak ada yang perlu di khawatirkan semuanya berjalan lancar."
"Bagus. Kamu Reno?" Kini giliran Reno.
"Baik juga, tumben Mamah nanya?" Jawab Reno tanpa menatap Saras.
"Baguslah, jangan sampai ada yang buat masalah. Kalian berdua tetaplah jadi anak yang baik dan penurut."
"Reno penurut gini karna Reno juga malas berurusan sama Papah dan Mamah."
"Jaga ucapan kamu Reno." Tama buka suara. Laki-laki paruh baya itu menenggak air minumnya hingga tandas.
"Nggak sopan berbicara seperti itu pada orangtuamu. Apa gunanya papah sekolahin kamu?"
Persamaan Reno dan Tama adalah sama-sama keras kepala dan payah mengatur emosi. Lalu jika dalam situasi seperti ini akan terjadi argumen antara ayah dan anak itu.
"Reno aja nggak ngerasa punya orangtua."
Puri tersentak atas ucapan kakak laki-lakinya itu. Reno melanjutkan suapannya seolah-olah ucapannya barusan bukanlah apa-apa. Puri melirik Tama, rahang laki-laki itu mengetat.
"Kamu semakin kelewat batas Reno!" Sentak Tama.
"Siapa yang kelewat batas selama ini?! Reno atau papah sama mamah?! Emang ada orangtua yang ngebiarin anaknya pulang malam bahkan pernah nggak pulang ke rumah? Papah sama Mamah aja nggak peduli soal Reno sama Puri. Mamah sama papah sibuk sama dunia kalian." Semua kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Reno. Ia menatap nyalang pada Tama, ini merupakan bentuk dari kekecewaan Reno pada Tama dan Saras.
"Harusnya kamu ngajarin anak-anakmu ini Saras. Sekarang lihat seperti apa mereka."
"Nggak ada orang yang patut disalahkan disini. Kamu Reno jangan berlebihan. Dan kamu mas tidak usah membuat seolah-olah aku yang bersalah disini." Saras menatap tiga orang itu satu per satu. Lalu meneguk air putih mengontrol emosi.
Puri menelan ludah, aura Saras begitu mengintimidasi. Lihatlah betapa tenangnya Saras menghadapi situasi ini.
Reno bangkit dari kursinya meninggalkan meja makan terlebih dahulu. Puri tahu kalau kakaknya itu telah dikuasai oleh amarah dan ia pasti membutuhkan waktu sendiri sekarang.
Hilang sudah selera makan Puri. Ia menunduk menyembunyikan wajah kecewanya. Puri mencoba menghirup nafas dalam-dalam.
Mereka memang lah sebuah keluarga, namun seolah ada dinding kasat mata diantara mereka. Jarak yang tercipta begitu nyata, Puri hanya menyayangkan tidak adanya usaha untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis antara Tama dan Saras, sebuah keluarga yang diimpikan Puri selama ini.
_____________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
RomancePuri Riane menyadari ketertarikannya pada Alam Sagara. Masalahnya Alam bukanlah pria single. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah memiliki kekasih. Bagaimana Puri mengatasi perasaannya?