twenty six

37 1 0
                                    

Tadinya Alam tidak antusias pergi ke salah satu kelab dalam rangka birthday Salim, rekan kerja satu satu divisinya sekaligus temannya. Namun pria itu sudah mewanti-wanti Alam agar tidak melewati kegiatan kali ini.

Tidak ada niatan untuk berakhir teler malam ini. Meskipun toleransinya terhadap alkohol tinggi namun pria berusia dua puluh tujuh tahun itu hanya beberapa kali menenggak alkohol.

Lalu tanpa sengaja netra coklat itu menangkap sosok yang ia kenali. Ini bukan pertama kalinya pria dengan rambut hitam itu melihat Laura di tempat seperti itu. Dia merasa tidak perlu mencampuri urusan gadis itu.

Namun tidak berlaku kala ia menyadari perempuan yang bersama adik Saphira itu adalah tetangganya, seseorang yang tidak dia sangka akan ditemui ditempat gemerlapan seperti ini.

Tanpa pikir panjang Alam menghampiri. Kemudian ia menyadari sosok laki-laki yang nampak mabuk disebelah Puri. Kontras sekali kalau laki-laki itu berusaha mengambil perhatian Puri.

Alis Alam menukik tajam menyaksikan laki-laki itu dengan lancang mencolek dagu Puri.

Alam melakukan tindakan yang menurutnya benar. Membawa gadis itu keluar dari sana dan pulang bersama.

"Teman-teman ku masih didalam, mas." Ucap Puri begitu mereka keluar dari tempat itu.

Alam berhenti ia melemparkan pandangan yang tidak dapat diartikan.

"Kabari mereka kalau kamu pulang duluan." Ucap Alam lugas.

Tangannya masih bertengger dibahu Puri. Pria itu tidak menyadari tindakannya mengakibatkan tubuh gadis itu menenggak semacam ada sengatan listrik acap kali kulit mereka bertemu.

Puri menunduk, pertama kali mencoba alkohol dalam tujuh belas tahu hidupnya sungguh membuat reaksi minuman itu bekerja sekarang. Pening melanda dan tenggorokannya terasa kering sekarang.

Laki-laki itu membuka pintu mobil penumpang lalu mengitari mobil dengan berlari kecil.

"Kenapa kamu bisa sampai kesana?" Tanya Alam dengan nada datar. Ia belum menyalakan mesin mobil.

"Aku cuma main-main aja, mas." Balas Puri singkat dan pelan. Dengan gerakan cepat ia menyandarkan tubuh.

"Jadi kamu sering main kesana?" Tembak Alam langsung.

Puri menggeleng cepat, jangan sampai Alam salah paham.

"Nggak, aku juga baru pertama kali kesini, mas. Aku...aku cuma penasaran." Ucap Puri dengan nada rendah.

Lagian kenapa tiba-tiba dia diinterogasi seperti ini kenapa Alam tidak membiarkan nya saja seperti Laura tadi.

"Jangan kesana lagi, Ri." Ucap Alam sembari menatap Puri. Seperti dihipnotis oleh tatapan yang diberikan Puri mengangguk perlahan.

Pria itu, kenapa bersikap seperti ini?

Hukkk.

Puri cegukan. Ia hanya menyengir lebar pada Alam yang kini menatapnya. Bahunya kembali terangkat dan mengeluarkan suara lucu. Cegukan lagi.

Dibuka Alam laci dashboard lalu mengambil air mineral dari sana. Ia memberikannya pada Puri tanpa lupa membuka tutup botol.

Puri menerima, namun saat masih meneguk air mineral Ia malah menumpahkan minum tersebut. Berakhir baju bagian depan yang basah.

Otaknya sudah tidak berjalan dengan semestinya Ia tersenyum kecil sembari memejamkan mata. Semua campur aduk, rasa kantuk dan pening tidak dapat tertahankan.

Alam memajukan tubuhnya mengecek kondisi gadis itu. Tangannya mengambil lembaran tissu dari dashboard. Ia mengelap baju basah Puri dengan tissu tersebut.

FIX YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang