twenty one

58 1 0
                                    

"Mas suka makanan yang kayak gimana?" Puri berputar menghadap Alam yang menyandarkan badannya lemari pendingin.

Sudah tiga hari sejak pengiriman makanan tidak terduga itu. Ia tidak akan membiarkan pria dengan kebaikan hatinya itu tidak menerima balasan. Untuk itu sore hari ini Puri menawarkan diri memasak makanan pada Alam. Inisiatif Alam yang tinggi sangat berarti bagi Puri.

"Masakan indo."

"Oh, indo ya? Aku masak pasta aja deh."

"Saya kira kamu bakalan masak rawon."

"Skill masak ku masih low banget, mas."

Sebelum memulai agenda masaknya Puri menghadap Alam, "Lanjut aja kerjaannya, mas nanti kalau udah selesai aku anter."

Alam tidak banyak omong ia menurut angkat kaki dari daerah dapur. Mereka hanya berdua di rumah, Dewi sejak tadi pagi pergi ke rumah Neira. Memang sudah menjadi kebiasaan rutin berkunjung ke kediaman putri bungsunya itu sebulan sekali juga melepaskan rindu pada cucu tersayangnya.

Tidak banyak waktu yang tersita karena jenis makanan yang Puri buat termasuk simpel.

Puri menuangkan jeruk peras yang juga sudah ia siapkan. Agaknya Alam belum menyelesaikan pekerjaannya.

"Makanannya dibawa ke sini atau dimeja makan aja, mas?"

Alam mengangkat wajahnya dari laptop, "Bawa kesini aja, sambil nonton kayaknya enak."

Puri mengangguk, Alam sedang berada diruang santai dan tempat ini nampak nyaman.

Dengan langkah hati-hati karena ditangannya membawa nampan Puri kemudian meletakkan hidangan keatas meja. Alam menatap spaghetti penuh minat.

"Sering-sering deh kamu masak gini, Ri." Becanda Alam.

"Takutnya mas malah nggak suka rasa masakannya."

"Masa sih, dari penampilannya meyakinkan kok."

Laptop sudah berpindah tempat dari pangkuan Alam, lelaki itu meraih jeruk peras yang terlihat sangat segar.

"Kamu mau nonton apa?"

"Apa aja."

"Rewatch film kesukaan saya mau?"

"Boleh."

Puri mengambil posisi nyaman. Kedua orang itu sama-sama menyandarkan punggung ke sofa. Alam memencet remot lalu sebuah film muncul di benda plasma itu.

Puri tiba-tiba bangkit dari saudaranya, ia menolak pada Alam, "Mas suka nonton ini?"

"Comfy movie aja, kamu pernah nonton?"

"Pernah, filmnya bagus" Puri mengangguk setuju. Dilihat dari segi manapun film yang menceritakan tentang anak laki-laki dan perempuan yang menjalin persahabatan dimasa sekolah berjudul Bridge To Teribithia, sangat kah menarik dan berkesan.

"Enak." Komentar Alam. Satu garpu spaghetti sudah berpindah ke mulutnya. Alam memberi acungan jempol.

"Makasih, mas." Balas Puri.

Mereka menikmati tayangan film ditemani dengan spaghetti. Weekend ini benar-benar hari malas untuk kedua orang itu.

Puri duduk hanya beberapa jengkal dari Alam. Ditengah film tanpa disadari ia mengabaikan benda plasma itu selama beberapa detik. Diam-diam gadis berusia tujuh belas tahun itu mengagumi visual pria disampingnya. Rahang pria itu menjadi fokusnya saat ini hingga ucapan Alam selanjutnya membuat ia buyar.

"Mata leslay bagus, ya."

"Hmm, ha?" Terlalu terkejut ia tidak bisa memproses ucapan Alam barusan.

Alam terkekeh ia membawa tangannya mengancak-acak rambut Puri yang digerai.

FIX YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang