elevan

84 2 0
                                    

Puri tidak banyak berkomentar ketika Rere menarik tangannya ke kantin pada saat jam istirahat. Sementara Ruby dan Alea juga ikut serta, mereka berdua hanya terkikik geli melihat tingkah laku
Rere yang sedari kemarin begitu antusias mengajak Puri. Tidak butuh waktu lama kini mereka sudah berada di tempat yang kini penuh dengan para siswa yang sedang mengisi perut.

"Lo udah pernah cobain siomay mbak inem, nggak?"

Puri menggeleng, terakhir kali ia ke kantin adalah kemarin bersama Rere, Alea dan Ruby tapi ia memesan bakso.

"Rugi banget, lo kudu cobain, Ri. Itu menu wajib disini. Ruby sama Alea juga doyan apalagi gue."

"Elah Re, dari kemarin lo nggak berhenti promosiin makanan udah kayak food vlogger aja lo. Jangan samain semua orang ya, Re. Puri itu bukan perut karet macam lo. Semua makanan langsung dihap anehnya badan lo segitu-gitu aja. Apa jangan-jangan lo cacingan, ya?" Alea berkelakar. Ia memegang perutnya karena tergelak.

"Ihh, ngaco lo. Masa gue dibilang cacingan. Ya gimana, ya badan gue cuma segini tapi bagus dong daripada melar. Body bagai kayak gue itu impian cewek-cewek tau." Cebik Rere.

"Body kayak gitu dibilang bohai? Noh diketawain ama jennie blackpink lo."

"Bisa aja lo, Al." Timpal Ruby.

Rere merengut namun tak ayal tetap menuju kursi kosong. Puri duduk di samping gadis itu. Alea Ruby menawarkan diri untuk memesan makanan. Mereka bertiga menyebutkan pesanannya masing-masing. Rere masih saja gigih meminta Puri memesan siomay mbak Inem. Akhirnya gadis itu hanya mengiyakan permintaan Rere saja.

"Es-nya banyakin, ya." Rere sedikit berteriak mengingatkan Ruby tentang es jeruk pesanannya. Ruby membalasnya dengan jempol di udara.

"Seret gue." Adu Rere.

"Lo sih teriak mulu."

Puri mengedarkan pandangannya melihat puluhan siswa. Suasana kantin siang ini benar-benar sesak. Atau memang selalu seperti ini setiap harinya, pikir Puri. Sebelum bergabung dengan Alea Puri sangat jarang kesini. Hingga tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Mika yang berjarak tak jauh dari mejanya. Mika memutar kedua bola matanya. Puri menaikkan kedua alis tidak mengerti.

Mika semakin dekat dengan Laura yang tentunya memimpin jalan. Mereka terdiri atas lima orang, Laura sepertinya adalah cewek paling dominan. Belakangan ini ia tahu bahwa mereka berlima adalah cewek-cewek populer di Nusa Bangsa. Mereka adalah Laura, Mika, Vinka, Wina dan Vera.

"PHO udah dapet teman baru aja, ya." Tukas Laura.

Rere adalah orang yang pertama kali bereaksi, "Nggak jelas lo." Sinis Rere.

"Ups jadi pahlawan kesiangan. Tapi kalian pada emang cocok sih  Sama-sama PHO. Suka embat pacar orang."

"Apalagi nih ya udah jadi pacarnya kapten basket Nusa Bangsa. Lo pake pelet apa, Alea?"

"Ngomong apa lo barusan? Lo kalo iri ya bilang aja. Nggak usah nuduh orang ya nggak-nggak. Kevin tau mana cewek yang terbaik buat dia. Nggak kayak lo suka caper sama cowok gue."

"Itu udah keterlaluan, sih Mik." Wina ikut memprovokasi. Gadis disebelah Mika itu malah membuat suasana makin tidak nyaman.

Puri menatap lelah pada Laura beserta teman-temannya yang suka mencari masalah. Padahal mereka tidak ada menyenggol tapi nampaknya Laura adalah seorang yang senang mengibarkan bendera permusuhan di mana-mana.

Alih-alih mengabaikan Mika malah terpancing emosi ia menendang kaki kursi Alea.

Alea menukik tajam baru saja ia ingin membalas perbuatan Mika namun seseorang tiba-tiba saja menginterupsi.

"Ada apa nih, ribut-ribut?" Radit muncul tiba-tiba. Wajah tampannya mengabseni  mereka satu-satu hingga ia mengunci tatapannya pada Puri.

Ketidaksukaan Puri pada Radit semakin bertumpuk ia terang-terangan menunjukkannya. Radit tersenyum miring lalu beralih pada Laura yang kini berubah tiga ratus enam puluh derajat.

"Kok kamu nyamperin aku sayang?" Ujar Laura dengan manis. Perbedaan yang signifikan ketika berhadapan dengan Puri, Rere dan Alea beberapa menit yang lalu. Puri akui penguasaan diri Laura.

"Emang salah apa nyamperin pacar sendri?" Radit menaik turunkan kedua alisnya. Laura tersipu.

"kamu udah mesan belum?" Sambung buaya kelas kakap itu.

"Belum."

"Yaudah aku pesenin."

Puri memasang wajah cengo melihat adegan didepannya. Rere tentu saja mengeluarkan ekspresi jijik yang berlebihan seolah-olah hal yang terjadi didepannya adalah seseorang yang muntah lalu memasukkan kembali muntahannya kedalam mulut.

Puri bisa bernafas lega lantaran mereka sudah menjauh.

"Dasar gaje." Ucap Alea penuh penekanan.

Mika mengacungkan jari tengah.

"Mau aja jadi babu." Rere tidak mau ketinggalan.

Gadis berambut brown, Wina memeletkan lidahnya.

Rere meninju udara menahan rasa greget. Puri sendiri memandang benci Radit. Laki-laki yang tidak tahu sopan santun yang mengganggunya beberapa hari yang lalu.

"Makanannya lama banget dah. Bikin gue makin emosi." Sungut Rere. Ruby tak kunjung datang.

"Orang sabar pantatnya lebar, Re." Sahut Alea.

"Pala lu."

________

Tbc.

FIX YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang