Puri sudah siap dengan seragam sekolahnya. Langkah terakhir adalah menyemprotkan parfum favoritnya di bagian lengan dan juga lehernya. Ia mengambil tas diatas meja belajar lalu melenggang pergi.
Dimeja makan hanya nampak Saras di sana yang siap dengan baju kerjanya. Padanan blazer dan rok span sangat pas ditubuh Saras. Puri menarik kursi ragu, ia menaruh tas dan duduk sembari menyapu pandangannya memeriksa kehadiran Tama dan Reno.
"Reno sudah berangkat duluan." Ucap Saras tapi ia tidak memberi informasi apapun mengenai Tama.
Puri mencomot sandwich dari piring. Sarapan itu berlangsung dengan keheningan, tidak ada percakapan yang terjadi antara mereka. Selesai dengan sarapannya Puri pamit pada Saras.
"Puri pergi, Mah." Ucapnya.
Saras mengangguk sebagai balasan.
Puri pernah membaca bahwa suasana hati di pagi hari dapat memengaruhi mood mu satu hari itu. Kejadian tadi malam sedikit banyak membuat Puri tidak semangat pagi ini apalagi ditambah dengan kejadian barusan. Moodnya benar-benar terjun bebas.
Omong-omong karena Reno berangkat duluan Puri sepertinya harus naik taksi ke sekolah sekarang.
***
Siang ini adalah jam pelajaran olahraga, sayangnya guru yang seharusnya hadir berhalangan. Kelas Puri pun bergabung dengan kelas XII IPA 1 a.k.a Ardian's class. Hal tersebut tentunya membuat para siswi senang bukan main. Mereka bisa curi-curi pandang pada Ardian.
"Menurut lo modelan kayak Ardian itu mungkin nggak, sih nggak punya doi?" Seren tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu. Gadis itu merupakan satu-satunya orang yang dekat dengannya selama disekolah ini.
Saat ini Puri dan Seren sedang duduk dibawah pohon yang melindungi mereka dari panas matahari yang memang terik siang itu. Mereka menselonjorkan kaki sembari memperhatikan permainan bola basket.
Puri memfokuskan pandangannya pada Ardian yang lihai memainkan bola orange itu. Rambutnya yang berantakan malah membuat ia semakin kece.
"Gue nggak yakin dia nggak punya pacar dengan tampang seperti itu." Jawab Puri walaupun dalam hatinya sangat berat untuk mengatakan itu.
"Iya, sih kalau pun dia nggak punya pacar pasti dia punya cewek yang dia suka. Siapa ya, kira-kira cewek beruntung itu? Kok malah bikin gue patah hati, sih?"
"Hahaha pasti bukan cuma lo doang yang patah hati tapi seantero sekolah."
"Apalagi gue." Sambung Puri dalam hati.
"Auk ah ngapain mikirin itu, ke kantin kuy, Ri haus nih. Bisa dehidrasi gue lama-lama."
"Ayok."
Keduanya pun bangkit dari duduknya lalu menuju kantin. Ketika mereka melewati para kakak kelas yang juga sedang berolahraga Seren menyempatkan menyapa mereka dan terjadilah sebuah percakapan di sana.
"Hi kak Vina."
"Seren, omg gue senang banget. Tai nggak cowok yang tadi malam DM gue anjir."
"Oh my God, terus lo bales, nggak kak?"
"Bales dong, tapi agak lamaan gitu. Jual mahal dong, hahaha."
"Udah pas tuh, langkah lo udah benar kak. Kenalin juga dong gue sama doi yang drummer."
"Aman itu, tenang aja nanti malem kita kesana lagi, kan?"
"Nanti deh, kak gue kabarin, nanti malam gue agak sibuk soalnya."
Beginilah yang terjadi kalau mempunyai teman social butterfly. Puri memutuskan untuk tidak masuk dalam percakapan itu. Ia adalah gadis pendiam dan tidak lihai berbasa-basi berbanding terbalik dengan Seren yang cenderung ekstrovert. Lingkaran pertemanan Seren luas berbeda dengan Puri yang terhitung jari. Namun ada kalanya Puri merasa tidak nyaman saat kondisi ini dan merasa tersisihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
RomancePuri Riane menyadari ketertarikannya pada Alam Sagara. Masalahnya Alam bukanlah pria single. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah memiliki kekasih. Bagaimana Puri mengatasi perasaannya?