Puri duduk sambil menatap sekitar kelas. Kursi disamping Puri masih kosong Mika belum menampakkan batang hidungnya pagi ini padahal tidak lama lagi bel masuk akan berbunyi. Puri masih bertahan di kursinya memilih untuk tidak menimbrung pada obrolan sekelompok siswi yang terlihat asyik menggosip dipagi hari yang cerah ini. Rasanya sulit sekali untuk berbaur dengan mereka.
Segera setelahnya Mika muncul dengan tas pink-nya ia langsung menghempaskan bokong nya ke atas kursi. Puri mengikuti pergerakan Mika hingga gadis itu tersenyum lalu menyapa Puri.
"Pagi, Ri." Ucap Mika.
"Pagi juga, Mik."
Mika menyipitkan matanya ia meneliti Puri yang hari ini menguncir rambutnya. Puri yang sadar atas kelakuan Mika pun merasa grogi sendiri. Ia takut ada sesuatu yang aneh diwajahnya.
"Kenapa, Mik?" Tanya Puri.
"Lo pendiam, ya nggak banyak omong. Tapi bagus, deh berarti lo orangnya nggak suka ngurusin hidup orang lain."
Puri tersenyum menanggapi ucapan Mika.
"Fyi sebenarnya gue nggak terlalu sreg sama orang-orang dikelas ini. Semuanya pada rese pokoknya nggak banget, deh. Terutama itu, tuh." Tunjuk Muka menggunakan dagunya.
Puri mengangkat sebelah alisnya ia menatap bingung Mika.
"Arah jam sepuluh, cewek yang duduk di barisan kedua. Namanya Alea cewek paling pick me girl dikelas ini. Gue heran kenapa Kevin yang notabenenya kapten basket Nusa Bangsa mau sama dia padahal dia nggak cantik-cantik amat."
Puri menelan ludah ia memperhatikan gadis bernama Alea yang disebutkan oleh Mika. Tidak ada yang salah dengan gadis itu menurut Puri tapi kenapa Mika sangat menunjukkan ketidaksukaannya pada Alea. Untuk yang satu ini bukan menjadi urusan Puri.
"Btw pelajaran pertama sejarah, kan?" Puri mengalihkan topik. Karena ia memang tidak tahu harus bagaimana menanggapi pernyataan gadis berambut curly disampingnya.
"Yoi, pelajaran sejarah yang gurunya ngeselin banget."
"Kenapa ngeselin?"
"Karena dia nggak pernah absen terus kalo lagi belajar selalu bikin ngantuk. Belum lagi hukuman-hukuman yang dia kasih benar-benar diluar nalar. Lo kalo ngeliat dia juga pasti bakalan kesel."
Kriing.
Bel sudah berbunyi menandakan dimulainya jam pembelajaran.
"Nama gurunya pak Broto orangnya selalu on time. Lihat ya, gue hitung sampai tiga tuh pak botak pasti muncul. 1 2 3."
Puri masih belum merespon ucapan Mika dan benar saja tepat pada hitungan ketiga Pak Broto sudah memasuki kelas. Pria paruh baya itu berbadan tambun ia memakai kemeja bergaris-garis pink yang membuat penampilannya kelihatan nyetrik.
"See? Selalu aja on time yah bagus sih sebenarnya tapi guru modelan kayak dia itu bikin mood belajar gue terjun bebas. Guru modelan yang kayak dinovel-novel ada nggak, sih? Perasaan selama sekolah disini gue nggak pernah ketemu guru muda yang bikin hati cewek klepek-klepek." Omongan Mika semakin ngawur. Ia terdiam sejenak seperti menyadari sesuatu matanya membola lalu umpatan keluar dari mulutnya.
"Anjir gue lupa ngerjain tugas. Lo gimana?"
"Gue siswi baru jadi pasti ada dispensasi, dong." Balas Puri, ia menatap prihatin pada Mika.
"Selamat pagi anak-anak. Tugasnya langsung saja dikumpulkan."
"Shit."
***
Bel tanda istirahat berbunyi semua siswa menyambutnta dengan ekspresi bahagia nampaknya beberapa dari mereka mual dan pusing bertemu dengan angka-angka itu. Pelajaran sejarah hanya dua les pagi ini lalu tadi dilanjutkan dengan pelajaran legenda bagi para siswa yaitu matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
RomancePuri Riane menyadari ketertarikannya pada Alam Sagara. Masalahnya Alam bukanlah pria single. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah memiliki kekasih. Bagaimana Puri mengatasi perasaannya?