Puri sudah merasa baikan hari ini makanya ia memutuskan untuk pergi kesekolah. Lagipula tidak bagus keseringan melewatkan pelajaran. Puri keluar dari pekarangan rumahnya hingga mobil hitam berhenti di hadapannya.
"Saya antar kamu sekalian." Ucap Alam dari dalam mobil.
"Aku udah pesan grab, mas."
"Cancel aja."
"Nggak ngerepotin?" Puri masih bersikeras.
"Kita searah kalau kamu lupa. Lagian ini bukan pertama kalinya kamu ngerepotin saya." Balas Alam diakhiri kekehan.
Puri mencabik lucu, ia membuka pintu penumpang. "Memangnya mas nggak jemput mbak Saphira?" Tanya Puri begitu bokongnya menduduki kursi.
"Kami nggak berangkat bareng tiap hari."
Puri ber-oh ria.
"Kamu pergi sekolah berarti udah mendingan, kan?"
"Udah, kok."
Tangan Alam yang bebas mendarat di kening Puri. Ia mengecek suhu badan gadis itu. Puri berdehem atas perlakuan Alam yang tiba-tiba.
"Udah nggak hangat. Tadi kamu masih minum obat?"
"Udah nggak, aku juga udah sembuh." Bela Puri.
"Tapi belum sembuh maksimal, Ri. Kamu juga seharusnya istirahat dulu."
Puri hanya mengangguk sebagai respon.
"Kamu bawa bekal?"
Sekali lagi ia menggeleng.
Alam menoleh pada Puri tepat lampu lalu lintas berwarna merah. Alam memicingkan mata, "Kenapa nggak bawa? Kamu masih belum sehat maksimal makanan kurang sehat yang dikantin sekolah mu dikurangi dulu."
"Sebenarnya sebelum-sebelumnya aku selalu bawa bekal tapi sekarang udah nggak." Jelas Puri.
"Kenapa udah nggak bawa lagi? Makanan dari rumah, kan lebih higienis terus lebih enak."
"Ya malas aja bawanya." Elak Puri. Tentu bukan karena hal tersebut. Dulu ia belum memiliki teman disekolah namun sekarang keadaan nya sudah lebih baik ada Alea, Ruby dan Rere yang menjadi temannya. Mengingat itu Puri merindukan mereka bertiga. Kemarin mereka menanyakan keadaan dirinya.
Beberapa menit kemudian mobil Alam sudah tiba di gerbang sekolah. Sekolah juga sudah ramai dengan siswa yang berdatangan.
"Aku duluan, mas."
Puri turun dari mobil hitam pria itu, ia bergabung dengan kerumunan siswa lalu melangkah memasuki gerbang sekolah.
"Puri, tungguin gue." Teriak seseorang dengan suara yang sangat Puri kenali. Ia membalikkan badan dan mendapati Rere yang baru saja turun dari mobil.
"Omegad Ri lo udah masuk, udah baikan ya?" Rere berucap semringah.
Puri tersenyum, "Udah, lagian cuman demam biasa. Dibawa istirahat terus minum obat pasti sembuh."
"Syukur deh, gue pikir lo kenapa-napa. Gue sama yang lain udah berencana jenguk lo."
"Tapi kok lo masih kelihatan lemas gitu, ya?"
"Enggak, kok biasa aja. Btw kemarin kita ada tugas?"
"Aman mah soal tugas, kemarin malah kebanyakan free. Pertama kali banget pelajaran sejarah pak Broto nggak masuk. Merdeka banget deh kemarin sayang banget lo nggak masuk." Rere meracau.
Mereka berdua tertawa disepanjang koridor, "Tapi lo udah selesai tugas fisika nggak? Soalnya gue belum selesai nih sekalian mau lihat punya lo."
Puri berhenti, ia sama sekali lupa mengerjakan tugas yang diserahkan beberapa hari lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
RomancePuri Riane menyadari ketertarikannya pada Alam Sagara. Masalahnya Alam bukanlah pria single. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah memiliki kekasih. Bagaimana Puri mengatasi perasaannya?