seventeen

82 1 0
                                    

"Gue enaknya manggil apa, ya? Mas, bang atau kak?"

"Mas aja."

"Lo kan asli sini, mas. Jadi kayaknya lebih tau dari kita berdua tempat yang bagus."

Alam menatap Puri melalui kaca spion. Gadis itu duduk kursi belakang sedangkan Reno dan Alam dikursi depan.

"Aku ngikut aja." Puri bersuara.

Akhirnya Alam menjadi opsi untuk menjadi tour guide dadakan mereka malam ini. Setelah banyak pertimbangan Puri mengesampingkan rasa segan dan tidak enaknya. Ia menghampiri langsung Alam lalu pria itu menyetujui permintaan Puri.

Tadinya Alam mengusulkan supaya mereka naik motor saja karena pasti vibes yang dirasakan berbeda dan lebih seru. Namun karena Puri tidak memiliki motor dan Alam juga motornya hanya satu di garasi sehingga ketiga orang itu menggunakan mobil.

"Bandung oke juga ternyata." Ungkap Reno memerhatikan lalu lalang dijalanan.

"Apa gue kuliah disini aja?"

"Gue setuju, kak. Lo kuliah disini aja entar." Semangat Puri.

"Gue pikirin dulu deh. Soalnya gue juga pengen ke luar negeri, Dek."

Reno menatap lurus ke depan. "Sekarang gue lagi pusing mikirin jurusan. Nggak lama lagi gue udah UN. Minta saran jurusan dong, mas."

"Memangnya kamu sekarang jurusan apa disekolah?"

"IPS, mas. Dulu jurusan apa, Mas?"

"Saya dulu manajemen." Terang Alam. Melihat Reno sekarang mengingatkan Alam pada dirinya semasa SMA. Ia juga mengalami kesulitan yang sama, rasanya sebagian besar siswa pasti pernah berasa di fase ini. Saat itu ia merasa tidak pernah fokus pada satu bidang saja, ia mencoba semua dan berusaha keras agar nilainya bagus disemua bidang akademik. Untuk ektrakurikuler dulu ia juga mengikuti beberapa. Ia sempat bergabung dengan basket, karate, dan musik. Alhasil ia malah keteteran dan menekuni setengah-setengah saja. Sebenarnya ada bagusnya kalau kita haus menjadi baik dalam banyak bidang namun tentu itu memerlukan seseorang yang pandai mengatur waktu.

"Apa gue manajemen aja, ya?" Ucap Reno lebih ke gumaman.

"Saran saya kamu milihnya sesuai hati kamu jangan malah ikut-ikutan teman atau apa kata orang lain. Yang menjalaninya kan kamu sendiri. Nanti kamu nyesal ngerasa salah pilih jurusan." Alam mencoba memberi penerangan sebagai seseorang yang tertua di antara mereka bertiga saat ini.

"Kalau sedari awal kamu ngikutin kata hatimu pasti nanti ngejalaninnya lebih plong dan juga senang. Pokoknya nanti jangan ada merasa salah pilih jurusan."

"Sebenarnya kamu juga udah bisa, Ri milih atau mikir-mikir jurusan dari sekarang jangan pas udah kelas duabelas, takutnya nanti keteteran." Lagi pandangan dua orang itu bertemu melalui spion.

"Aku usahain deh, Mas. Walaupun sebenarnya aku juga belum mikir ke sana tapi makasih udah ingetin aku." Puri berucap tulus.

Benar ia belum memikirkan arah kuliah untuk sekarang. Disamping itu jiwanya masih tergoncang dengan perpisahan orangtuanya belum lagi usaha untuk beradaptasi ditempat ini. Rasa-rasanya ia ingin menjadi dewasa ditunda dulu.

"Saya ngerasa tua banget sekarang." Alam berkelakar.

"Loh, emang iya mas. SMA aja udah berapa tahun yang lalu?" Reno menyambut  Alam.

Kening Alam mengerut, "Sepuluh tahun lalu mungkin."

Sedetik setelahnya Puri mengangkat kedua alisnya sedikit tidak menyangka. "Berarti mas duapuluh tujuh tahun?"

Alam mengangguk, "Kenapa kamu kelihatan kaget? Muka saya tua, ya?"

Dengan cepat Puri menggeleng tidak setuju, "Bukan, aku malah ngira mas dua lima gitu."

FIX YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang