six

132 3 0
                                    

Puri turun dari bus yang membawanya. Entahlah tadi ia hanya ingin mencoba menaiki kendaraan itu. Letak halte berasa tidak jauh dari perumahan tempat tinggal nya.

Gadis itu berjalan sembari mengira-ngira berapa menit dibutuhkan dari halte ke rumahnya.

Tidak butuh waktu lama Puri sudah sampai di daerah perumahan tinggal beberapa belok lagi rumahnya akan terlihat.

Sore hari ini beberapa orang berlalu lalang bahkan ia juga melewati taman yang ramai oleh anak-anak yang bermain. Sungguh suasana yang menyenangkan.

Puri terus berjalan menatap kedepan hingga tiba-tiba ia jatuh terjerembab begitu saja.

Ia spontan meringis, tidak langsung bangkit ia masih dalam posisi yang nampak mengenaskan.

Ia pikir tidak ada siapapun yang menyaksikan kejadian yang baginya sedikit memalukan ini namun diluar dugaan sebuah mobil berwarna hitam berhenti didekatnya. Disusul dengan seseorang yang menghampirinya.

"Kamu nggak papa?"

Puri mendongak dan menemukan seorang pria yang ia temui beberapa hari lalu. Pria itu masih mengenakan baju kerjanya dengan kemeja abu-abu yang menempel ditubuhnya.

Segalanya nampak dramatis bagi Puri, pria itu menghalangi sinar matahari sore.

"Ayo saya bantu." Ia menunduk memegang lengan Puri. Ia membantu Puri bangkit secara perlahan.

"Auww." Desis Puri tertahan.

Lututnya ternyata terluka membuat nya susah dan terasa sakit saat digerakkan.

"Mari saya antar pulang."

Puri menggeleng, "Nggak usah, mas. Saya masih bisa jalan kok."

"Beberapa detik yang lalu saya dengar kamu kesakitan."

"Nggak usah, mas. Jangan repot-repot."

"Siapa yang repot? Rumah kamu persis di samping rumah saya kalau kamu lupa."

Puri tersenyum sungkan. Kemudian Alam membantu Puri memasuki kursi penumpang mobil. Dari posisi sedekat ini Puri bisa mencium aroma parfum pria itu. Tanpa alasan yang jelas gadis itu hanya menunduk tidak berani barang sedikit memandang wajah pria itu.

"Makasih, mas."

"Lain kali ikat tali sepatumu yang benar."

Puri meringis malu menyadari tali sepatunya yang lepas. Ia terjatuh tadi karena tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.

"Sekali lagi makasih, mas." Ucap Puri tulus.

"Sama-sama."

Puri turun dari mobil ia berjalan tertatih. Dengan inisiatif tinggi tentu Alam tidak membiarkan Puri kesusahan. Tidak baik membantu seseorang setengah-setengah.

"Gusti, kaki non kenapa berdarah begini?" Teriak Bibi sari yang tiba-tiba muncul dari dalam.

"Tadi jatuh, didepan tapi nggak kenapa-kenapa, kok. Cuma luka kecil, bi."

"Ya tapi harus tetap langsung di obati, non."

"Besok juga pasti langsung sembuh." Ujar Puri.

"Terimakasih den sudah bantu non Puri."

"Iya, bi."

"Mari masuk dulu, den."

"Nggak usah Bi, sudah sore soalnya."

"Oh iya-iya den. Sekali lagi  terima kasih."

"Saya balik dulu, lukanya langsung diobati ya." Pesan Alam pada Puri.

***

Puri membuka pintu balkon kamarnya, angin malam langsung menerpa wajah Puri. Lututnya yang terluka sudah diobati oleh Bibi Sari dan sekarang ia merasa sudah baikan. Tadi ia sempat merasa ngilu saat melangkahkan kakinya.

Puri berdiri di pembatas balkon ia mendongak menatap langit. Tidak ada bintang malam ini, ia kemudiaan beralih pada rumah sebelah. Jarak antar rumah di komplek ini terbilang rapat. Bahkan kini balkon Puri dengan balkon rumah sebelah tidak terlalu jauh.

Soal kejadian tadi sore Puri sangat berterima kasih pada pria itu. Sungguh kesan pertama yang baik. Sayang sekali ia tidak sempat menanyakan namanya.

Pandangan Puri tidak sengaja menangkap pria tadi sore yang membantunya. Pria itu tidak sendiri melainkan bersama seorang wanita yang nampaknya kedua orang itu seumuran.

"Kayaknya mereka pacaran." Monolog Puri.

Puri menyipitkan matanya memastikan pemandangan yang kini sedang dilihatnya sedetik kemudian ia menutup kedua matanya. Pasalnya dua sejoli itu tengah berpelukan. Puri jadi malu sendiri melihatnya setelahnya ia memutuskan untuk masuk ke kamarnya kembali.

Tetangganya dan wanita itu benar-benar sedang dimabuk asmara.

________

TBC.

FIX YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang