Part 06

380 86 4
                                    


Senyumku tersungging perlahan melihat kebahagiaan Arga hari ini di pesta pertunangannya. Padahal sebelumnya kakiku sangat berat saat melangkah masuk ke halaman rumah Laura, jadi bagian dari keluarga untuk mengantar Arga bersiap menjalani tahapan awal kebahagiaannya sebelum nantinya resmi menjadi suami Laura. Terangnya cahaya yang berasal dari lampu-lampu besar yang ditata seindah mungkin, kemeriahan acara, keindahan backdrop pertunangan mereka yang dihiasi inisial nama keduanya membuatku perlahan sadar kalau Arga sudah jauh dari gapaianku. Argantara Prasetya, laki-laki yang dulunya hanya tergila-gila dengan art, design, gambar dan sebagainya. Satu-satunya laki-laki yang bebas keluar-masuk rumah dan kamarku, yang setiap hari mengoceh tentang cita-citanya, yang suka mengambil koleksi komik Detektif Conan punyaku secara diam-diam, yang suka teriak-teriak nyanyi lagu-lagu Linkin Park. Laki-laki yang tadinya selalu ada untukku, menjaga dan melindungi. Yang berubah semakin dewasa saat duduk di bangku kuliah, yang punya cara mewujudkan impiannya dengan cara sendiri, yang akhirnya membuatku jatuh hati. Yang tadinya kupikir juga akan jatuh hati padaku. But look at him now, with his big smile and ring on his finger. Berdiri berdampingan dengan perempuan lain, dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah tunangannya.

Anehnya, bukan menangis meraung-raung tapi aku ikut tersenyum melihatnya. Walaupun senyumku terasa getir. Aku bahkan ikut berdiri, bertepuk tangan, menyelamati dan mendoakan agar persiapan pernikahan mereka lancar sampai hari H nanti. Berusaha memeluk Arga dengan tulus, tersenyum lebar pada Laura yang tiba-tiba berubah menjadi sedikit hangat padaku setelah dilamar Arga. Memasang pose dan senyum termanis saat foto bersama. What else I can do? Lagipula bukan sekali ini aku patah hati dibuat Arga. I was okay before, so now I'll be okay too. Seperti lagu Fiersa Besari, menjadi garda terdepan untuk Arga meski bertepuk sebelah tangan.

I was okay, still okay, sampai saat aku berpamitan pulang meninggalkan Arga dengan kebahagiaannya. Berusaha melangkah dengan tegar, berusaha baik-baik saja. Tapi apa dayaku ketika lagu Serpihan Hati milik Adera berkumandang di taxi online yang aku naiki, membuat rasa hampa dan patah hati kembali datang. Bayangan Arga yang tidak bisa lagi seenaknya datang dan pergi di hadapanku, merecokiku setiap saat, menghancurkan hati yang sudah rapuh ini. What would my life be without you Arga? Airmata ini berusaha kutahan. Tapi saat melihat Riza berdiri menungguku di depan gerbang kost, pertahanan diri ini jebol. Kesedihan dan patah hati yang kutahan sejak Arga memutuskan melamar Laura tumpah. Di bahu Riza aku menangis. Dan layaknya sahabat yang pengertian, Riza biarkan aku menangis, berusaha menghibur dalam diam. Inilah patah hatiku yang sesungguhnya.

***

Cr : Pinterest (Credit to owner)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr : Pinterest (Credit to owner)


Cr : Pinterest (Credit to owner)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr : Pinterest (Credit to owner)

Tita galau mode on nih untuk chapter-chapter selanjutnya. Tenang aja guys, ini temanya fluffy karena otakku malas memikirkan konflik-konflik yang berat. Tita aja yang suka tebir sendiri. Spoiler, Riza bakalan ada saingan hehehe. See you on next chapter

***

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang