Part 19

458 83 0
                                    

Tita mengedarkan pandangan di lobi Hotel InterContinental, mencari sosok kesayangan yang dirindukannya. Senyumnya mengembang saat mendapati sang mama yang sedang duduk di salah satu sudut lobi sambil asyik membaca majalah fashion.

"Itu mama, yuk."

Tita mempercepat langkahnya diikuti Riza. Saat sudah berada di jarak yang dekat, Tita segera menjatuhkan tubuhnya di sofa kosong disamping mamanya dan langsung memeluk serta mencium pipi sang mama.

"Siapa yah? Nggak kenal kok main peluk dan cium seenaknya?" ledek Amalia Sanjaya, mama Tita.

Ledekan itu keluar dari mulut wanita paruh baya yang masih terlihat muda, segar dan cantik karena putri satu-satunya yang saking terlalu sibuk bekerja sampai jadi jarang pulang mengunjungi rumah orangtuanya di Bandung.

"Ih mama mah gitu, aku kan kerjaaaa tapi setiap hari selalu ngabarin mama kan?" Tita menggelayut manja di lengan mamanya.

Riza yang menyaksikan drama ibu dan anak itu hanya bisa tersenyum sambil menahan gemas. Siapa yang sangka Tita yang terlihat kuat dan mandiri ternyata semanja itu pada mamanya dan tidak segan-segan memperlihatkan seberapa clingy dirinya.

"Tapi kan biasanya dua minggu sekali pulang. Ini udah mau dua bulan nggak pulang-pulang." Amalia memprotes tapi tidak urung juga membalas pelukan putri kesayangannya.

"Mau pulang juga ngapain? Mama sibuk ngekorin papa dinas ke luar kota."

Farhad Sanjaya, papa Tita merupakan salah satu Dewan Direksi di perusahaan tambang terbesar di Bandung. Karena tugas dan tanggungjawabnya membuat beliau tidak jarang bepergian ke luar Kota. Ini saja mereka baru kembali dari Surabaya dan langsung menuju Jakarta untuk menghadiri pernikahan Arga. Amalia sendiri pemilik butik yang cukup terkenal, tapi karena sudah stabil dari segi finansial, Amalia lebih mempercayakan butiknya pada manager kepercayaannya agar dia bisa mendampingi suaminya dinas ke luar kota atau bahkan ke luar negeri.

"Biar papa nggak diambil orang. Tua-tua gitu juga papa kamu masih ganteng."

Tita mencibir kebucinan mamanya. Amalia memang berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya karena sifat open minded dan jiwa muda yang dimilikinya. Sejak Tita kecil, meskipun menjadi anak satu-satunya tidak membuat Amalia menjadi orangtua yang over protektif. Amalia selalu menghargai keinginan dan pendapat anaknya, selalu mengajak Tita bermain bersama sambil mengajari do's and don't's. Kenyamanan Tita selalu yang utama baginya dan Amalia selalu mengajak Tita bertukar pendapat sejak kecil agar putrinya bisa selalu terbuka dengan kedua orangtuanya.

Setelah beberapa menit bertukar rindu dengan Tita, Amalia baru menyadari kalau putrinya ternyata tidak datang sendiri tapi ditemani laki-laki tampan yang terlihat ramah.

"Eh kamu ini ngajakin temen tapi malah dikacangin." Amalia menepuk lengan Tita pelan yang membuat Tita ikut menoleh pada Riza yang sejak tadi masih berdiri.

"Ya ampun, sori Za. Gue kepalang kangen sama mama soalnya." Ucap Tita sambil berdiri dari duduknya dan menarik Riza untuk mendekat.

"Mama kenalin, ini Riza."

Senyum terkembang di wajah Amalia melihat betapa sumringahnya sang putri memperkenalkan sosok lelaki dihadapannya. Seumur hidupnya, ini pertama kalinya Tita membawa seorang teman laki-laki dan mengenalkan langsung kepadanya.

"Assalamualaikum tante, saya Riza."

Riza sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya ke arah Amalia.

"Oh ini yang namanya Riza, ganteng yah?" Amalia menyambut uluran tangan Riza dengan ramah tidak lupa untuk menggoda Tita dengan kerlingan matanya.

"Apa kabar tante?" tanya Riza sopan.

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang