Part 13

382 84 7
                                    

Riza:

Lo beneran jadi jemput gue?

Me :

Iyalah

Gue udah di depan nih

Riza:

Okey gue tinggal nunggu bagasi

Aku menyimpan kembali ponsel ke dalam sling bag milikku. Riza pulang hari ini setelah sebulan mengerjakan proyek di Jogja. Kebetulan hari ini aku lowong jadi aku memutuskan untuk menjemputnya di bandara. Hidupku dua minggu terakhir kembali berjalan normal. Dari jadwal kerja yang nggak terlalu over lagi sampai hubunganku dan Arga yang kembali normal seperti biasa karena aku memutuskan untuk nggak menghindarinya lagi dan bersikap biasa layaknya sahabat. Soal perasaan aku juga belum bisa memastikan apa aku sudah bisa merelakan Arga, tapi setidaknya aku sedang berusaha untuk mengubur perasaan cintaku. Ponselku berbunyi, telepon dari Laura.

"Halo." Sahutku.

"Ta lagi dimana? Sibuk nggak?" suara Laura terdengar di seberang. Walaupun kami sudah baik-baik saja, tapi suara Laura masih saja terdengar canggung.

"Gue lagi di bandara jemput Riza. Kenapa Lau?"

"Oh sibuk yah? Ya udah nanti aja gue hubungin lo lagi."

"Ada masalah?"

"Nanti aja, gue nggak mau ganggu waktu lo sama Riza. Gue telepon lagi nanti yah?"

"Oh, ya udah."

Laura memutuskan hubungan telepon. Aku masih memandangi layar ponsel sambil mengernyit heran saat Riza menepuk pundakku.

"Hai, apa kabar?" aku menyapanya sambil tersenyum lebar.

"Baik." Ucapnya sambil melangkah maju dan menarikku masuk ke dalam pelukannya. "Sorry yah tapi gue kangen. Kalau mau protes nanti aja." Ucapnya lagi yang membuatku terkekeh pelan. Aku juga kangen sih.

"Udah makan belum? Gue kemarin abis belanja, biar gue masakin." Ucapku saat Riza sudah melepaskan pelukannya dan kami berdua berjalan ke parkiran.

"Nggak sibuk emang?" tanyanya setengah ragu.

"Nggak lah. Kalau sibuk ngapain gue jemput lo."

"Okey." Ucapnya dengan senyuman lebar yang terus menghiasi wajah tampannya.

***

Riza menatap ayam asam manis, sayur capcay, tahu sambal kecap dan sambel goreng magic ala mama di depannya dengan takjub. Kami sudah berada di apartemennya. Saat aku sibuk memasak, Riza sibuk bersih-bersih apartemennya kemudian mandi. Sekarang dia hanya mengenakan kaos hitam polos dan celana pendek rumahan. Ini pertama kalinya aku berkunjung ke apartemennya.

"Ini beneran lo yang masak?" tanyanya setengah tak percaya yang membuatku tertawa geli.

Riza bukan orang pertama yang meragukan kemampuan memasakku. Rara sama Yayan juga pernah setengah meledekku saat aku bilang mau memasak untuk mereka.

"Udah makan aja dulu." Ucapku. Riza menarik kursi di depanku dan mulai menyendok nasi, ayam asam manis dan capcay.

"Umh, enak banget Ta. Lo emang paket lengkap." Pujinya dengan mata berbinar membuatku tertawa lepas. Aku memang selalu senang kalau masakanku dibilang enak.

"Makan yang banyak."

Kami berdua lalu sibuk makan tanpa ada yang bersuara. Selesai makan Riza menyuruhku duduk di ruang keluarga saat aku mau bersiap untuk mencuci piring. Tidak lama dia bergabung denganku sambil menyodorkan sebuah paper bag berukuran besar.

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang