Manusia dan problemanya, akan didera bosan saat menjalani rutinitas yang itu-itu saja. Itu yang dialami Tita saat ini. Hidup yang dia jalani dengan monoton akhirnya membawanya pada rasa jenuh. Tita masih mencintai pekerjaannya, tapi entah kenapa dia merasa tidak terlalu bersemangat lagi setiap akan berangkat bekerja. Untung saja bulan ini jadwalnya jaga di ICU, dengan kondisi pasien yang setengah sadar bahkan tidak sadar tidak mengharuskan Tita untuk beramah tamah dengan pasien. Berbeda kalau jadwal jaganya di IGD, klinik rawat jalan atau ruang perawatan lainnya. Turunnya semangat kerja dirinya tentu akan mempengaruhi caranya berinteraksi dengan pasien. Sementara Tita merupakan salah satu dokter umum yang menjadi favorit pasien yang menjadikan Rumah Sakit tempatnya bekerja sebagai tempat berobat rutin mereka.
"Lemes amat?" Riza menyambut Tita dengan usapan lembut di pipinya.
Di sabtu yang cerah ini Tita kebagian jadwal pagi. Riza yang juga ada lembur setengah hari di kantor memutuskan untuk menjemput Tita setelah pekerjaan selesai. Sebagai pacar yang terlalu bucin, dia sadar kalau ada yang berbeda dari Tita. Bukan dalam hubungan mereka karena Tita masih sebucin dan se-menggemaskan seperti sebelum-sebelumnya, tapi pada kesehariannya.
Tita tersenyum tipis, meraih tangan Riza dan menggenggamnya seolah berharap energi Riza bisa diserap olehnya. Tapi penciumannya kemudian menangkap aroma floral yang bukan berasal dari parfumnya dan Riza dan juga pengharum mobil. Mata Tita mengedar seolah mencari sesuatu untuk memvalidasi kecurigaannya. Genggamannya dia lepas saat matanya menangkap sebuah compact powder merek ternama tergeletak di bawah kursi penumpang yang dia duduki.
"Kamu abis tebengin cewek?" tanya Tita dengan raut datar.
Riza yang sudah mulai melajukan mobilnya menoleh sejenak dan mengangguk.
"Kamu nggak baca chat aku?" Riza balik bertanya.
Dengan cepat Tita mengambil ponselnya dan membuka chat dari Riza yang belum terbaca.
Riza ❤ :
Aku udah selesai, aku jalan sekarang yah?
Sayang
Aku ijin tebengin teman yah?
Nggak mau sebenarnya tapi dia maksa dan aku nggak enak
Deket kok aku turunin dia sebelum Rumah Sakit
Tita membuang napas kesal tapi tidak tahu kesal pada siapa. Riza juga sudah meminta ijin walaupun dia tidak sempat membaca chat Riza.
"Kalo aku belum balas kamu harusnya bisa telpon. Dan apa-apaan ini, ngapain bedaknya sengaja ditinggalin kayak gini?" Tita menjulurkan bedak di tangannya di depan wajah Riza sebelum dia simpan di laci dashboard.
"Mungkin jatuh."
Tita mendengus singkat. Pengalaman berpacarannya memang minim, tapi Tita banyak mendengar beragam cerita dari rekan-rekan kerjanya di Rumah Sakit. Betapa perempuan-perempuan tertentu di luar sana yang rela menghalalkan segala cara demi mendapatkan hati lelaki, tidak peduli kalau lelaki itu sudah memiliki pacar. Dan Tita tidak buta kalau kekasihnya banyak yang naksir. Bahkan mereka tidak peduli saat Riza sedang lunch dengannya, tanpa ragu dan malu mencoba flirting padahal Riza sedang bersama kekasihnya. Dan trik menebeng sambil sengaja meninggalkan barang? Percayalah, Tita terlalu sering mendengar dari pengalaman rekan kerjanya.
"Teman kamu yang siapa?" tanya Tita lagi masih dengan raut dan nada yang datar.
"Bukan temen juga sih, dia di divisi lain. Yang ketemu pas kita makan siang kemarin."
Tita memutar kedua bola mata dengan malas. Perempuan dengan dandanan menor dan baju ketat yang menyapa Riza sok akrab. Entah Riza yang tidak peka atau dia mungkin yang terlalu bucin dengan Tita sampai tidak sadar kalau ada perempuan yang berusaha menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taken
RomanceTita Aleisya Sanjaya si anti romantic tidak akan pernah mengira kalau dalam sepuluh tahun persahabatannya dengan Argantara Prasetya akan jatuh hati dengan sahabatnya. Terlalu pintar menyembunyikan perasaan, membuat Tita harus menelan pil pahit saat...