Argaaa 119 :
Taaaaaaaaaaaaaaaa,,,,temenin gue ke gramedia yuuuuuk 😁
Males. Ajakin aja salah satu gebetan lo
Gue maunya sama lo. 5 menit lagi gue jemput.
I said nooooo!!!
5 menit kemudian.
Brak! Pintu kamarku terbuka lebar dengan Arga yang berdiri depan pintu sambil nyengir lebar. Sialan harusnya pintu kukunci tadi. Arga melompat ke samping tempat tidurku.
"Ayoooo temenin gue." Rengeknya sambil mengacak rambutku.
"Apaan sih lo? Gue udah bilang males keluar. Apalagi sama lo, bosen gue. Udah tetanggaan, sekolah bareng mulu, masa jalan harus sama lo juga sih? Ajakin aja tuh Sica gebetan lo."
"Dia mah gak suka buku. Ntar dia bosan lagi nemenin gue. Kan kasian."
Aku memicing ke arahnya. "Trus lo gak mikirin perasaan gue gitu yang lagi malas kemana-mana dan harus ngintilin lo keliling rak gramedia dan ujung-ujungnya hanya beli komik dua biji aja?"
"Gue traktir McD deh atau pizza. Tugas matematika gue juga yang ngerjain. Mau yaaaaaah? Kalau gak mau gue bilangin tante lho?"
Okey, I'm give up. Panjang urusannya kalau udah bawa-bawa mama. Aku bangkit dari tempat tidur dengan malas.
"Tunggu di luar gue siap-siap dulu."
"Yeeeees,,,you are the best Ta."
"How would your life be without me huh?"
"Can't live without you." Sahutnya sambil berjalan keluar dari kamarku. Meninggalkanku yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Aku tersadar dari kenangan masa laluku bersama Arga. Kadang aku merindukan masa-masa itu. Masa dimana belum ada perasaan yang lebih dari seorang sahabat dariku untuk Arga. Masa dimana Arga selalu bergantung padaku. Aku rindu kalimat 'can't live without you' keluar dari mulut Arga. Tapi sekarang, Arga tidak butuh lagi seorang Tita Aleisya Sanjaya di sampingnya karena akhirnya dia menemukan rumah yang sesungguhnya. Do you know how hurt my heart right now Ga? Seiring berjalannya waktu mungkin aku bisa move on sepenuhnya, but my day wouldn't be the same anymore.
"Udah sepuluh kali lho."
Aku menoleh ke arah suara dan mendapati Rara yang duduk berselonjor di samping gue dengan memegang beberapa rekam medik pasien.
"Apanya?" tanyaku.
"Udah sepuluh kali lo mendesah frustasi. Gini amat sih temen gue patah hatinya."
"Oh." Ujarku singkat.
"Bener-bener lo yah. Gue benci lihat lo kayak gini seolah-olah laki-laki di dunia ini hanya Arga seorang."
"Tapi di dunia gue emang hanya Arga laki-laki satu-satunya."
Rara memutar bola matanya.
"Lo pulang deh. Ngapain juga diem di sini pas jam dinas lo udah selesai? Dengan ekspresi menyedihkan. Disturbing tau."
"Lo sahabat gue bukan sih?" aku memicing pada Rara.
"Males gue kalau mulai lo seret ke permasalahan hati lo. Bosen gue Ta,,,boseeeeen karena dari jaman koas lo patah hatinya cuma sama satu orang mulu. And do you know what even sadder? He doesn't ever know that you love him. Kayak sia-sia aja lo patah hati karena Arga nggak pernah tahu soal perasaan lo sesungguhnya. Dan dia juga jadi kayak orang nggak punya hati curhat mulu ke lo soal kekasih hati yang dicintai dan bahkan melibatkan lo di urusan pernikahannya."
"Dan gue-nya juga mau. Ra,,,gue sebego itu yah?"
Rara meremas pelan pundak gue. "Lo nggak bego sih Ta. Tapi udah saatnya lo melangkah lebih jauh lagi. Kalau gue suruh lo jujur sama perasaan lo ke Arga sekarang juga udah terlambat sih. Jalan satu-satunya yah lo lupain soal perasaan lo ke Arga. Kembali aja ke masa-masa dimana lo liat Arga hanya sebagai anak cowok tetangga lo yang dekat layaknya keluarga sendiri. Lo harus sedikit jahat mulai sekarang. Harus bisa bilang nggak ke Arga. Biar lo bisa pelan-pelan melepas dia."
Aku mengangguk. Mungkin yang dibilang Rara benar. Nggak adil kalau aku tersiksa sendiri sementara Arga sudah menemukan kebahagiaan. Kamu bisa Tita.
"Nah sekarang lo pulang, mandi, urus diri baik-baik. Nggak usah sok mau gantiin jadwal jaga setiap orang. Yang ada bukannya patah hati lo sembuh, tapi tipes lo. Gue juga yang repot."
"Iya bawel. Gue pulang yah, jangan kangen." Candaku sambil melemparkan ciuman jauh yang membuat Rara bergidik.
Setelah berberes, aku melangkah keluar dari Rumah Sakit. Baru mau masuk mobil saat aku merasa ada orang yang sedang berjalan ke arahku. Aku menoleh dan melihat Laura berjalan ke arahku.
"Hai Ta. Bisa temenin gue hari ini nggak?" sapa Laura saat jarak kami sudah berdekatan.
Ya Allah susah banget sih aku lepas dari pasangan ini?
***
Rara
KAMU SEDANG MEMBACA
Taken
RomanceTita Aleisya Sanjaya si anti romantic tidak akan pernah mengira kalau dalam sepuluh tahun persahabatannya dengan Argantara Prasetya akan jatuh hati dengan sahabatnya. Terlalu pintar menyembunyikan perasaan, membuat Tita harus menelan pil pahit saat...