Part 24

734 75 15
                                    

CW : kind a mature 🔞

Lebih dari seperempat abad hidup, banyak hal indah yang sudah pernah aku lihat. Walaupun hidupku nggak melulu bahagia, but a lot of positive things have been through in my life. Dan selayaknya setiap kisah dalam cerita yang akan mencapai episode akhir, aku pun merasa kalau segala carut marut, senang, susah, sedih yang terjadi dalam hidupku mencapai akhir bahagia dihari dimana Riza mengucapkan ijab kabul dan aku resmi menjadi istri seorang Riza Endaru Alamsyach. Bukan akhir juga sebenarnya karena aku menghadapi tantangan yang lebih besar lagi, bedanya kali ini bisa kubagi bebannya dengan Riza.

Tidak terasa satu tahun sudah aku menjadi seorang istri dan masih saja dibuat kaget sekaligus kagum dengan kegantengan suamiku yang tidak usang dimakan usia, alias makin bertambah umur makin hot and handsome. Pagi ini aku bangun dalam pelukan Riza. Semalam memang suamiku ini pulang pas aku udah ketiduran duluan karena dia harus menghadiri pernikahan kolega kerjanya. Aku yang jaga sore nggak bisa nemenin dia. Aku nggak bisa nggak senyum setiap lihat Riza yang tidur kayak bayi. Tanganku naik mengusap pipi dan rambutnya sebelum mencium dahinya. Masih tetap dalam pelukannya aku meraih ponsel di nakas dan mengecek chat yang masuk sambil menunggu Riza bangun. Suamiku suka rungsing kadang kalau aku bangun duluan di hari libur dan ninggalin dia di ranjang sendirian.

Perasaanku untuk Riza masih sama seperti hari dimana aku bersedia menjadi kekasihnya, bahkan semakin menggebu-gebu. Semakin kesini Riza semakin menunjukkan perasaannya dan betapa takutnya dia kehilangan aku. Semakin manja dan clingy, dan makin menunjukkan afeksinya. Riza tidak pernah berubah, masih menjadi Riza yang selalu mendengarkan keseharianku, yang masih menjadi teman diskusi yang menyenangkan. Bedanya sekarang kalau dia lagi capek dia akan ngomong jujur.

"Aku pengen banget denger cerita kamu tentang hari ini, pengen diskusi juga tapi mata aku nggak bisa diajak kompromi. Kalo besok aku dengerin cerita kamu, nggak apa-apa kan?"

Sebisa mungkin aku menjaga komunikasi kami berdua, karena komunikasi paling penting dalam dunia pernikahan. Cobaan kami makin kesini juga nggak main-main, entah sudah berapa kali Riza mengaku kalau ada perempuan yang berusaha menggodanya, membuatku sempat merinding dan dilanda khawatir. Tapi kejujuran Riza juga selalu mampu menaikkan kadar kepercayaanku untuknya. Thank you Kimmy Jayanti for your statement about have to believe in myself, if I can take care of Riza so he can't be stolen. The right man cannot be stolen.

Soal Riza yang semakin clingy juga tidak menggangguku. Aku malah senang karena selama kami berpacaran aku yang terlalu sering clingy ke dia. Akmal dan Rendy sampai kebingungan kenapa bisa sahabat mereka yang biasanya paling anteng tiba-tiba berubah jadi kayak bayi yang nempel terus ke ibunya. Kalau kata Rara, setelah menikah akan makin keluar kelakuan asli pasangan, tapi menurut Laura mungkin Riza yang sudah senyaman itu denganku sehingga dia nggak segan-segan menunjukkan semua afeksi dan inner behaviour-nya. Bahkan sampai yang jelek sekalipun karena dia percaya aku bisa menerima segala kurangnya dia.

"Kayak gue ke Arga Ta, selain karena gue cinta sama dia, gue juga senyaman itu sama dia sampe gue berani menunjukkan segala bentuk afirmasi, afeksi dan perasaan gue seutuhnya ke dia." Kata Laura suatu hari saat aku ajarin dia memasak menu favorit Arga.

Selesai mengecek semua pesan masuk dan membalas beberapa yang penting, aku kembali mendusel dada Riza sampai aku merasakan tangannya yang menarik pinggangku mendekat dan merapatkan pelukannya.

"Daritadi bangunnya?" Riza bertanya dengan mata yang masih terpejam, and his deep voice, oh my God I want to hear that for the rest of my life.

Satu lagi keahlian Riza setelah menikah, bisa tahu aku masih tidur atau sudah bangun sekalipun matanya masih terpejam rapat. Aku mendongak menatap wajah Riza bersamaan dengan dirinya yang perlahan membuka mata.

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang