Part 4❄️

147K 12.4K 219
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Sinar mentari menyusup masuk ke dalam kamar Leanor, membuat tidur nyenyak gadis cantik itu perlahan terusik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar mentari menyusup masuk ke dalam kamar Leanor, membuat tidur nyenyak gadis cantik itu perlahan terusik.

Tidurnya semakin terusik kala pintu kamar dibuka oleh seseorang, diiringi oleh derap langkah kaki yang menganggu.

Gadis itu mengerang pelan dan menyembunyikan wajahnya di bantal. Enggan membuka mata karena matanya masih berat akibat berkeliaran semalam.

"Maaf, duchess. Sudah waktunya Anda bangun." Tutur pelayan gugup. Takut terkena amukan jika membuat suasana hati Leanor memburuk.

Cukup satu kali ia menjadi korban. Batinnya tak sanggup menerima cercaan dan makian Leanor. Pipinya juga tidak sanggup menahan sakitnya tamparan Leanor.

Pelayan itu refleks mundur kala melihat Leanor bergerak. Kian was-was.

"Aku masih mengantuk. Keluarlah dari kamarku!"

Pelayan menelan saliva kasar mendapatkan kalimat pengusiran Leanor. Namun, ia tak bisa keluar begitu saja. Ada tugas yang diemban dan harus dilaksanakannya.

Pelayan menarik nafas dalam-dalam. "Maaf, duchess. Tuan Duke menyuruh duchess segera datang ke ruangannya. Duchess bisa melanjutkan tidur lagi setelah menemui tuan Duke." Cicitnya pelan.

Leanor menatap tajam sang pelayan. "Katakan padanya kalau aku masih mengantuk!" Titahnya penuh penekanan sehingga pelayan tak berani lagi membantahnya.

Pelayan itu segera undur diri dari kamar Leanor sebelum mendapatkan kemarahan sang duchess. Hendak melapor ke sang tuan, namun tuannya malah datang dengan sendirinya ke kamar Leanor.

Aiden menyuruh sang pelayan keluar dari kamar. Kemudian, berjalan mendekati kasur Leanor.

Duke itu berkacak pinggang melihat istrinya bermalas-malasan di tempat tidur. "Bangunlah, Putri Leanor! Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Titahnya.

Gadis itu berdecak pelan. "CK! Kenapa kalian datang di pagi-pagi buta? Menganggu saja!" Kesalnya.

Aiden mendelik sinis. "Bukalah matamu, Putri Leanor! Dan lihat apakah ini pagi atau sudah siang!"

Leanor merenggut pelan. Menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya. "Aku tidak peduli ini pagi, siang, atau pun malam. Sekarang, aku hanya ingin tidur!" Renggutnya.

"Makanya kalau malam itu tidur, bukannya malah berkeliaran seperti kelelawar." Sindir Aiden. Akan tetapi, Leanor diam saja. Malas menanggapi ucapan Aiden.

"Hah!" Pria itu menghela nafas kasar. Lantas, duduk di sisi Leanor dan menatap Leanor yang terbungkus rapat oleh selimut.

Sekarang, sisi kejamnya ingin mencincang tubuh Leanor menjadi beberapa bagian kecil saking kesalnya. Tapi, ia berusaha menahannya karena masih ingat identitas Leanor.

"Besok, Kediaman Lanbergh mengadakan perburuan dan mereka mengundang kita. Jadi, cepatlah bangun dan bersiap-siap! Kita akan segera menuju kediaman mereka!" Titah Aiden sedangkan Leanor membuka matanya antusias.

'Kesempatan bagus. Aku bisa memanfaatkan perjalanan kali ini untuk kabur dari sini.' Jerit batinnya kegirangan. Rasa kantuknya bahkan hilang seketika memikirkan peluang kabur dari jeratan alur novel asli.

"Perburuan diadakan selama tiga hari. Bawalah semua barang yang kau butuhkan supaya tidak merepotkan nantinya."

Gadis cantik itu kian tersenyum senang karena kesempatannya melarikan diri semakin terbuka lebar.

Dia pasti bisa melarikan diri dari sana di saat semua orang sibuk mengurus perburuan. Ia juga bisa membawa berbagai macam perhiasan dan pakaian tanpa harus dicurigai.

"Akhh!" Jeritnya kaget kala Aiden menarik selimutnya.

"Mengerti, Putri Leanor?"

Leanor kembali menarik selimutnya dan menatap Aiden kesal. "Iya, aku mengerti. Dasar pria cerewet!"

Alis Aiden terangkat. "Kemarin brengsek, sekarang cerewet?" Tanyanya kesal.

Leanor membalas tatapan tajam Aiden tanpa takut. "Kenapa? Tidak terima? Ingin protes?" Kekehnya menyebalkan sehingga membuat Aiden kesal sendiri.

"Yak! Kenapa kau menindihku?!" Teriak Leanor heboh.

Sementara itu, Aiden mencengkram dagu Leanor pelan namun mengintimidasi. "Menurutmu, kenapa aku menindihmu?"

Leanor menepis tangan Aiden dan melarikan diri secepat kilat. "Dasar pria aneh! Pergi sana! Hush hush!" Usirnya bak mengusir binatang.

Aiden memijit pangkal hidungnya lantaran geram melihat tingkah gadis itu. "Sudahlah. Cepat bersiap-siap!" Titahnya.

"Tanpa kau suruh pun, aku juga akan bersiap-siap." Balas Leanor sinis.

Lagi-lagi Aiden dibuat mengelus dada oleh tingkah Leanor.

Baik itu dulu, maupun sekarang ... Leanor sama saja. Sama-sama menyebalkan.

Malang sekali nasibnya harus menikah dengan gadis menyebalkan seperti Leanor.

Apa gunanya wajah cantik dan menggemaskan Leanor kalau selalu menguji emosinya?

"Tunggu apalagi? Cepat keluar dari kamarku. Aku ingin berganti baju. Ah, ataukah kau ingin melihat tubuh sexy ku?" Leanor memeluk tubuhnya lebay. "Meskipun sudah menikah, jangan harap aku akan memberikanmu tontonan gratis. Setidaknya butuh bayaran satu wilayah untuk melihat tubuh sexy ku." Imbuhnya.

"Siapa juga yang ingin melihat tubuhmu, perempuan mesum?! Cepat siap-siap sana!" Ketusnya.

Leanor melotot kaget dan menjerit histeris. "APA KAU BILANG? PEREMPUAN MESUM?!"

Teriakan kencang Leanor membuat Aiden refleks menutup telinganya. "Jangan berteriak! Telingaku bisa tuli mendengar teriakanmu." Omelnya.

"AKU TIDAK PEDULI! CEPAT TARIK KEMBALI PERKATAANMU SEBELUMNYA!"

Bersambung...

31/3/23

Jangan lupa tinggalkan jejak!💅

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang