Vote sebelum baca 🌟
Penyelidikan Leanor tentang seluk beluk Kediaman Lanbergh terpaksa tertunda akibat kedatangan Tiffany.
Terlebih lagi, gadis itu menempelinya seperti benalu. Sudah diusir pun, Tiffany tetap mengikutinya tanpa merasa segan.
Mungkin sebelumnya, Tiffany selalu bersikap lancang ke Leanor asli sehingga tidak mempedulikan pengusiran Leanor dan menganggap pengusiran Leanor sebagai angin lalu.
Persahabatan Leanor dan Tiffany selama satu tahun belakangan ini sepertinya mampu membuat Tiffany lupa diri.
Sungguh perempuan yang menyebalkan. Sial sekali Leanor asli tertipu oleh tingkah Tiffany.
"Kau berubah semenjak mengabaikan suratku. Kenapa? Apakah kau sudah bosan berteman denganku? Makanya mengusirku?" Rengek Tiffany sembari menggoyangkan lengan Leanor pelan. Kian membuat Leanor kesal dan muak padanya.
Ingin rasanya membentak dan menyentak tangan Tiffany secara kasar, tapi apalah daya. Mereka sedang berada di luar ruangan dan sedang ditatap oleh beberapa pasang mata. Leanor tidak ingin mengotori reputasi baiknya sebagai putri kerajaan bermartabat ataupun sebagai istri Duke Aiden.
Leanor menarik nafas dalam-dalam. "Aku bukannya bosan berteman denganmu. Namun, ada hal penting yang harus aku lakukan."
"Hal penting apa?" Tiffany bertanya penasaran.
"Rahasia."
"Apa yang perlu dirahasiakan dari sahabatmu sendiri?" Dumelnya pelan.
Leanor tersenyum kalem melihat gerutuan gadis di sampingnya. "Tidak semua hal harus diketahui oleh seorang sahabat, Tiffany."
"Hah! Baiklah. Aku tidak akan mengungkitnya lagi," ucapnya mengalah. Ia tiba-tiba mendekat dan berbisik ke telinga Leanor. "Katanya, Daniel sangat merindukanmu. Dia menitipkan surat untukmu." Kembali ke posisi awal guna melihat reaksi Leanor.
Alangkah terkejutnya ia melihat reaksi biasa sahabatnya. Padahal biasanya Leanor akan tersenyum bahagia dan menjerit histeris saking senangnya.
"Kau masih sering bertemu Daniel?"
"Iya. Dia sering mampir ke tokoku." Jawab Tiffany masih kaget melihat perubahan sikap Leanor.
"Kalau begitu, sampaikan padanya untuk berhenti mengirimkan surat kepadaku!" Titahnya penuh penekanan.
Tiffany melongo kaget. "Hah? Kenapa?"
Leanor tersenyum geli melihat reaksi berlebihan gadis itu. Reaksi yang seakan-akan tidak terima Leanor memutuskan sang kekasih. "Kenapa apanya? Tentu saja karena hubungan kami sudah resmi putus sejak aku menikah dengan Aiden. Sekarang, aku dan dia sudah menjadi orang asing yang tidak mempunyai hubungan apapun." Cetusnya.
"Tapi, bukankah kau sangat mencintainya? Kau bahkan pernah bercerita padaku tidak bisa hidup tanpanya." Sahut Tiffany tak mengerti.
Leanor menggelengkan kepala gemas mendengar perkataan Tiffany. Gemas ingin menampar mulut kotor Tiffany.
Jika mereka memang sahabat, harusnya Tiffany senang melihat Leanor berhenti mencintai pria lain. Bukannya malah protes dan menahannya.
Gadis cantik itu menepuk bahu Tiffany kasihan. "Kau ini terlalu polos, Tiffany. Sangat mudah mempercayai omong kosong yang keluar dari mulut gadis yang sedang jatuh cinta. Aku sarankan padamu untuk jangan terlalu mudah mempercayai omong kosong semacam itu."
Ia tertawa kecil. "Tidak bisa hidup tanpanya? Lucu sekali. Selagi oksigen dan makanan masih ada, aku akan tetap hidup. Kehidupanku tidak akan berhenti hanya karena seorang pria. Aku tidak sebodoh itu hingga harus menggantungkan hidupku pada seorang pria."
Tiffany mengerjap pelan. "Dia sangat mencintaimu. Ia bahkan berjuang keras demi kehidupan yang lebih baik bersamamu."
"Seorang count ingin bersanding dengan seorang putri kerajaan. Bukankah wajar dia berusaha keras?" Tanya Leanor balik.
Tiffany menggigit bibir bagian dalamnya. Menahan kekesalan mendengar kesombongan Leanor.
Pada dasarnya, Tiffany selalu iri pada status putri kerajaan yang dipunyai Leanor. Makanya dia merasa Leanor sedang menyombongkan diri.
"Kau ingin menyakiti hatinya?"
"Lalu, kau ingin apa? Melihatku bersamanya? Kau ingin aku berselingkuh? Kau ingin melihat sahabatmu ini terlibat skandal?" Tanyanya tajam sehingga Tiffany gelagapan dan buru-buru membantah.
"Bukan begitu maksudku."
"Lalu, apa maksudmu? Menyuruhku menceraikan Aiden?" Tebaknya lagi-lagi tepat sasaran.
"Bukankah itu lebih baik daripada berselingkuh? Lagipula, kau tidak mencintai Aiden. Kau bisa menceraikannya kapan saja."
"Kau lupa? Aku menikah politik. Berarti keputusan cerai tidak berada di tanganku, melainkan berada di tangan ayahku dan Aiden." Jelasnya. "Astaga! Aku tidak sanggup membayangkan jika ayahanda tahu aku nekat menceraikan Aiden. Ayahanda pasti akan marah besar dan membuangku."
"Bukankah lebih baik hidup terbuang bersama orang yang dicintai daripada hidup bersama orang yang tidak kita cintai?" Tanya Tiffany polos.
Sungguh membuat Leanor kesal bukan main. Bagaimana tidak kesal saat mendengar langsung ucapan orang lain yang ingin melihatnya terbuang.
Maaf-maaf saja, Leanor tidak akan menjadi orang terbuang. Dia lah yang akan membuang orang lain.
"Mungkin prinsip itu berlaku untukmu, tapi tidak untukku. Aku tidak ingin hidup sengsara hanya karena satu orang. Lebih baik aku bersama Aiden. Hidupku akan terjamin sampai hari tua nanti. Selain itu, bukankah aku sangat beruntung memiliki Aiden? Suamiku itu sangat tampan dan menggoda. Aiden bahkan lebih tampan dan menggoda daripada dia. Kau pasti juga merasa suamiku lebih baik dibandingkan Dia, 'kan?"
Leanor malah sengaja menanyakan hal itu kepada orang yang tergila-gila kepada Aiden.
Ya, Tiffany sangat mencintai Aiden. Makanya nekat menjebak Leanor. Berharap Aiden akan meliriknya tapi sampai akhir pun, Aiden tidak meliriknya sedikit pun.
Setelah kematian Leanor, Aiden tidak menikah dengan wanita manapun. Para pengikut juga tak berani memaksa Aiden menikah lagi.
Aiden fokus menjaga keponakan kesayangannya dan pemeran utama pria, yaitu Sellyna dan William.
"Aku tampan dan menggoda?" Gumam Aiden salah tingkah. Wajahnya bahkan memerah, diiringi oleh detak jantung nan menggila. Pria itu tidak sengaja mendengar percakapan kedua gadis tersebut.
Bersambung...
31/3/23
Jangan lupa tinggalkan jejak 💃
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become A Duchess
FantasyKekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan. Semuanya dimiliki oleh Natha. Akan tetapi, sayangnya ada saja orang yang membencinya dan nekat membunuhnya. Akibatnya, Natha mengalami transmigrasi ke dalam novel bacaannya. Lebih parahnya lagi, Natha menjadi...