Kekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan. Semuanya dimiliki oleh Natha. Akan tetapi, sayangnya ada saja orang yang membencinya dan nekat membunuhnya.
Akibatnya, Natha mengalami transmigrasi ke dalam novel bacaannya. Lebih parahnya lagi, Natha menjadi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang berganti malam. Hujan telah berhenti sepenuhnya. Udara terasa semakin dingin dan seakan membekukan.
Di tengah cuaca nan dingin itu, Leanor masih setia memeluk batang pohon. Sekujur tubuhnya tampak gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi akibat terlampau kedinginan, bahkan bibirnya sedikit membiru.
Tidak ada yang bisa menghangatkannya karena pakaiannya masih basah.
Leanor sungguh tersiksa. Lebih tersiksa lagi melihat para serigala setia menunggunya turun dari pohon. Kawanan serigala tidur nyenyak di bawah pohon.
"Hari yang sangat sial." Umpat Leanor meratapi nasibnya.
Niat hati ingin kabur dan hidup bahagia, tapi nyawanya malah terancam.
Lain kali, Leanor tidak akan kabur lewat hutan lagi. Lebih baik ia kabur di kota sehingga tak perlu berurusan dengan binatang buas.
Kegiatan meratapi keadaan Leanor terhenti kala melihat suatu rombongan berada tidak jauh darinya.
Gadis cantik itu tersenyum lebar melihat datangnya bala bantuan. Ia tak tahu siapa mereka, yang jelas dia akan menggunakan mereka untuk menyingkirkan serigala. "Tolong!" teriaknya sekuat tenaga namun hanya cicitan yang keluar dari mulutnya.
"Wah, benar-benar sial sekali." Umpatnya. Akan tetapi, ia tetap memaksakan diri berteriak meminta tolong. Mengabaikan tenggorokannya yang terasa sangat sakit.
Para serigala ikut terbangun oleh teriakannya dan melolong keras. Menutupi suara kecil Leanor.
"Hei para binatang busuk! Berhentilah bersuara! Kalian membuat suaraku tidak terdengar!" Teriak Leanor kesal dan melemparkan perhiasan di atas kepalanya ke arah serigala.
Beriringan dengan itu, panah api menancap di badan serigala. Membuat para serigala menggila dan menyerang membabi buta.
Segerombolan orang yang baru saja menyerang serigala mampu membunuh semua serigala dalam sekejap mata.
Leanor mengedipkan mata kaget melihat pemimpin dari gerombolan tersebut. Siapa lagi kalau bukan suaminya, Aiden.
Gadis cantik itu menghantukkan kepalanya pelan di batang pohon. Frustasi mengetahui pelariannya yang penuh perjuangan berakhir sia-sia.
Percuma saja dia kabur, melawan serigala, dan menahan dingin karena pada akhirnya pria itu berhasil menemukannya.
Lebih baik dari awal dia tak kabur.
"Putri Leanor! Turunlah! Kau sudah aman sekarang," ucap Aiden keras.
Leanor menghela nafas panjang. Menatap Aiden yang terlihat sangat mengkhawatirkan keadaannya.
"Melompat lah, Putri Leanor. Aku akan menyambutmu," kata pria itu lagi.
Leanor mengeratkan pelukannya di batang pohon mendengar ucapan gila Aiden.
Menyuruhnya melompat dari ketinggian?!
Dasar pria gila!
Leanor bisa cacat jika saja pria itu gagal menangkapnya.
"Tenang saja. Aku akan menyambutmu, Putri Leanor. Percayalah kepadaku." Bujuk Aiden kala menyadari wajah takut istrinya.
Leanor mendesah pelan. "Aku akan turun sendiri." Gumamnya.
Gadis itu mulai menuruni pohon. Namun, sayang beribu sayang, ia tak punya kekuatan lagi untuk menopang tubuhnya.
Pegangannya terlepas dari batang pohon. Tubuhnya terjun bebas dari ketinggian. Ia memejamkan matanya erat dan pasrah seketika.
Gadis itu refleks membuka mata ketika tubuhnya disambut oleh Aiden. Matanya bertemu dengan mata Aiden. Kelegaan terpancar begitu jelas dari sorot mata pria tersebut.
"Maaf, Putri Leanor. Aku terlambat menemukanmu."
Leanor menahan nafas kala Aiden menyatukan kening mereka.
"Keningmu sangat panas. Kau demam, Putri Leanor?" Tanya Aiden terkejut.
Leanor meringis pelan. "Mungkin."
Aiden kembali mengkhawatirkan keadaan Leanor. Semakin khawatir lagi ketika menyadari tubuh Leanor menggigil di dalam pelukannya.
Pria itu berlari dan menaiki kudanya. Hendak membawa Leanor kembali, tapi Leanor menahannya. "Tunggu!"
"Kenapa, Putri Leanor? Kau merasa tidak nyaman? Ah, jika itu permasalahannya tolong ditahan sebentar, Putri Leanor. Kita harus segera kembali sebelum demammu semakin parah. Ak--"
"Bukan itu." Sela Leanor cepat.
"Perhiasanku tertinggal di sana. Kau harus membawanya bersamaku!" Tunjuknya ke arah tas perhiasannya.
Aiden tercengang, begitupun dengan para ksatria.
Bisa-bisanya Leanor masih mempedulikan tas perhiasan dibanding keselamatannya sendiri!
"Jangan biarkan para penjahat itu berhasil mengambil perhiasanku." Drama Leanor seraya mengusap sudut matanya yang berair.
"Jadi, kau menjadi seperti ini gara-gara penjahat?" Tanya Aiden geram.
"Iya. Penjahat itu merampok seluruh perhiasanku saat aku istirahat di kamar. Dia juga menculikku supaya bisa meminta tebusan padamu. Aku berusaha melarikan diri darinya karena tidak ingin merepotkan mu, tapi aku malah bertemu serigala. Para serigala liar itu mengejarku dan ingin memakanku." Adunya sembari menangis. Mampu membuat Aiden khawatir sekaligus murka di saat bersamaan.
"Cepat cari jejak penjahat yang menculik Putri Leanor!" Titah Aiden ke para bawahannya.
"Baik, tuan."
Pria itu memeluk Leanor lembut. "Berhentilah menangis, Putri Leanor. Sekarang kau sudah aman bersamaku. Aku tidak akan membiarkan penjahat itu berhasil menculikmu lagi," ucapnya penuh ambisi tanpa menyadari bahwa Leanor tersenyum lega karena kebohongannya dipercayai oleh Aiden.