Part 40❄️

69.6K 6.7K 129
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Vote sebelum baca 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Natha!"

"Bisakah kau mendengar suara kami?"

"Please, Ta. Buka matamu lagi."

Suara orang-orang yang sangat dikenalnya memasuki indera pendengarannya.

Ingin membuka mata untuk memastikan dugaannya, akan tetapi matanya terasa berat untuk dibuka.

"Ku mohon, jangan tidur panjang lagi, Ta. Bangunlah. Kami semua menunggumu."

Sentuhan hangat di tangannya membuat dia yakin bahwa dirinya tidak berhalusinasi ataupun bermimpi.

Ia pun memaksakan diri membuka mata. Melawan kantuk teramat sangat yang dirasakannya.

"Guys! Natha membuka matanya!!" Jerit salah seorang gadis berambut pendek penuh semangat.

Samar-samar, gadis cantik itu dapat melihat sosok Alice. Sahabatnya.

Sebelum akhirnya pandangannya kembali menggelap.

****

Pesta perayaan di Kekaisaran Barat dihentikan begitu saja.

Para tamu undangan dipulangkan.

Para pahlawan perang mendapatkan hadiah.

Semua pelaku yang terlibat dalam rencana pembunuhan ditangkap dan diadili.

Kondisi di kerajaan sudah stabil, tapi kecemasan masih tersisa dalam diri semua orang.

Hal tersebut dikarenakan Leanor tak kunjung sadarkan diri meskipun sudah diobati oleh dokter hebat, paus, pendeta, maupun saintess.

Pengobatan dengan cara apapun tidak mempan di Leanor sedangkan detak jantung Leanor semakin melemah seolah mulai kehilangan daya hidupnya.

Aiden sangat mencemaskan keadaan Leanor.

Demi apapun, dia tak sanggup kehilangan Leanor secepat ini.

Aiden tidak sanggup kehilangan istrinya, cinta pertamanya. Apalagi dia baru saja mendengar pengakuan Leanor.

Masih banyak hal yang belum sempat dilakukannya bersama Leanor. Masih banyak hal terlewatkan olehnya.

"Arghh!!! Aku harus bagaimana, sayang?" Racaunya frustasi.

Aiden menatap lurus wajah Leanor. Perasaannya benar-benar berkecamuk memikirkan semua kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

Pria itu meraup wajahnya gusar. Keadaan tak berdaya Leanor membuatnya menyalahkan diri sendiri.

Itu semua karena kelalaiannya.

Andaikan saja malam itu dia tidak meninggalkan Leanor sendirian, pasti ia bisa mencegah Leanor meminum racun.

"Bodoh!" Mengumpat kebodohannya sendiri. "Maafkan kebodohanku, sayang. Aku lalai dalam menjagamu." Imbuhnya penuh penyesalan.

Kaisar yang baru saja masuk ke dalam ruangan sedikit terkejut melihat Aiden sangat terpukul.

Di hari biasanya, Aiden pura-pura tegar dan tak menunjukkan perasaannya.

Siapa sangka, di saat tidak ada satu orang pun yang melihat, Aiden menunjukkan sisi lemah dan rapuhnya.

Namun, di lain sisi, Kaisar bahagia melihat putrinya begitu dicintai dan dihargai oleh Aiden meskipun pernikahan keduanya dilandasi perjodohan politik.

Kaisar tahu bahwa dirinya sangat egois. Memaksakan kehendak ke putrinya sendiri. Putri yang sangat disayanginya meskipun manja, cengeng, dan mudah dibodohi.

Kaisar melakukan perjodohan itu supaya Leanor bisa terbebas dari Daniel. Pria sampah yang hanya memanfaatkan putrinya.

Kaisar tidak ingin Leanor menderita di kemudian hari. Maka dari itu, ia merasa lebih baik menjodohkan Leanor dengan Duke Aiden. Pria yang jelas bermartabat, berkuasa, kuat, dan tidak pernah terlibat skandal percintaan.

"Aku tahu cara supaya Leanor bisa kembali sehat seperti semula, Duke Aiden." Ungkap Kaisar setelah sekian lama berdiam diri memperhatikan Aiden.

Ekspresi Aiden berubah datar sebelum berbalik, menghadap Kaisar. Enggan menunjukkan kesedihannya.  "Bagaimana caranya, Yang Mulia?"

"Ada seorang penyihir yang bisa menyembuhkan penyakit apapun di Kekaisaran Utara. Kekuatannya sangat hebat dan melebihi para utusan dewa. Leanor pasti bisa sembuh jika penyihir itu mengobatinya."

"Siapakah penyihir itu, Yang Mulia?" Aiden bertanya tak sabaran.

"Penyihir agung, Edrick."

Aiden terhenyak kaget.

Pria itu hampir saja melupakan keberadaan Edrick, penyihir hebat yang bekerja sama dengannya sejak dirinya masih calon Duke.

Secercah harapan menyegarkan pikiran kusutnya. Semangatnya kembali pulih.

Aiden mengenggam tangan Leanor lega. "Bertahanlah, sayang. Kau akan segera sembuh." Bisiknya.

Bersambung...

27/5/23

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang