Part 19❄️

95.9K 9.6K 267
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Wajah Leanor sedikit bersemu mendengar pertanyaan Aiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Leanor sedikit bersemu mendengar pertanyaan Aiden. Gadis itu bukanlah orang bodoh yang tak mengerti maksud pertanyaan Aiden setelah menciumnya bak orang kesurupan.

"Sejak kapan kau mencintaiku?" Leanor bertanya penasaran.

Samar-samar, Leanor memang dapat merasakan perasaan Aiden. Tapi, ia selalu menepis dugaannya mengingat alur novel yang sudah dibacanya.

"Sejak pertama kali bertemu denganmu, Leanor. Aku mencintaimu sejak itu." Jawab Aiden pelan. Sedikit malu mengakui perasaannya ke sang istri.

Leanor menyipitkan mata curiga. "Bohong!"

"Aku tidak pernah berbohong, Leanor. Aku benar-benar mencintaimu sejak pertama kali bertemu. Akan tetapi, aku tidak berani mendekatimu dan menunjukkan perasaanku secara terang-terangan karena kau terlihat sangat membenciku. Kau bahkan tidak ingin berdekatan denganku saking bencinya terhadapku." Jelas Aiden. Berharap kesalahpahaman Leanor menghilang dan mempercayai perasaannya.

Pria tampan itu menatap istrinya sungguh-sungguh sembari mengenggam tangan Leanor. "Aku mencintaimu sejak dulu dan perasaanku tidak pernah berubah meskipun kau pergi meninggalkanku. Aku sangat mencintaimu, Leanor. Maka dari itu, jangan pergi lagi dari sisiku. Apapun alasannya. Te--"

"Tunggu, tunggu. Ini terlalu mengejutkan bagiku." Sela Leanor seraya menarik tangannya.

Lantas, untuk apakah Leanor kabur selama ini jika Aiden mencintainya?

Kalau saja Leanor tahu Aiden mencintainya, ia pasti akan menetap di dalam kediaman Aiden karena pria itu pasti akan melindunginya dari fitnah ataupun hukuman mati.

Aiden pasti akan melindunginya apapun yang terjadi.

"Kau tidak mempercayaiku?"

Melihat wajah tertekuk lesu Aiden, gadis itu pun terkekeh pelan. Di matanya, tingkah Aiden sangatlah lucu. "Aku mempercayaimu, Aiden. Sudahlah. Daripada membahas itu, lebih baik kau istirahat dulu. Kau pasti lelah setelah melakukan perjalanan jauh," ujarnya mendadak perhatian.

"Aku tidak lelah." Sahut Aiden.

"Hm, kalau begitu, apakah kau lapar?"

"Iya."

"Baiklah. Aku akan memasakkan sesuatu untukmu. Kau ingin makan apa?"

"Aku akan memakan apapun masakanmu."

"Oke. Tunggu sebentar di sana." Leanor menunjuk sofa di tengah ruangan.

"Aku ingin menemanimu memasak." Bantah Aiden.

"Ya, ya, ya. Terserah kau saja." Sahut Leanor malas. Ia pun pergi ke dapur. Diikuti oleh Aiden.

Leanor mulai memilih bahan-bahan yang akan dijadikannya menu makan siang sedangkan Aiden mengamati istrinya dalam diam. Mengagumi paras cantik dan menggemaskan istrinya setelah sekian lama tidak bertemu.

Menurutnya, Leanor semakin bertambah cantik, imut, dan menggemaskan. Tubuh Leanor juga semakin berisi. Terlihat jelas Leanor hidup dengan baik selama kabur dari rumah. Aiden cukup senang mengetahui hal tersebut.

Beberapa detik setelahnya, Aiden tertunduk sedih.

'apakah pergi dari rumah merupakan pilihan terbaik baginya?' batinnya putus asa.

'Tidak, tidak! Pergi bukanlah pilihan terbaik. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku tidak ingin terjebak dalam kesengsaraan lagi.'

"Kau ke sini bersama siapa?" Celetuk Leanor, membuyarkan pemikiran negatif Aiden.

"Para ksatria."

"Dimana mereka? Kenapa kau sendirian saja?"

"Mereka menunggu kita di sekeliling rumah ini."

Leanor melirik Aiden sekilas. "Wah! Jangan bilang kau berencana membawaku secara paksa kalau aku menolak ajakanmu pulang?" Tebaknya tepat sasaran.

"Ya. Aku berencana memaksamu pulang karena aku tidak bisa lagi hidup tanpamu." Jelas pria itu terus terang.

"Lucu juga mendengar perkataan menggelikan itu keluar dari mulutmu." Ejek Leanor.

Aiden memeluk tubuh istrinya dari belakang. "Aku serius. Hidup tanpamu itu sangat mengerikan. Siang menjadi sangat panjang dan malam menjadi sangat menyiksa. Tolong jangan pergi lagi dari hidupku. Aku janji akan melakukan apapun yang kau inginkan asalkan kau tetap berada di sisiku." Lirihnya memohon. Membenamkan wajahnya di bahu Leanor dan menghela nafas gusar.

"Berjanjilah satu hal kepadaku, Leanor."

Gadis itu mengusap kepala Aiden gemas. Ia sangat suka melihat seorang laki-laki bertekuk lutut padanya.

"Berjanjilah akan selalu berada di sisiku." Timpal Aiden.

"Baiklah. Aku janji asalkan kau mencintaiku dan menjadikanku wanitamu satu-satunya."

Aiden tersenyum manis dan mengecup pipi Leanor. "Aku selalu mencintaimu dan kau satu-satunya wanita yang akan kucintai hingga akhir hidupku."

Hati Leanor terasa meleleh seketika mendengar perkataan manis suami tampannya.

"Aku janji tidak akan pernah menduakanmu dengan wanita lain." Sambungnya lagi.

"Oke. Jika sudah bosan, mati rasa, dan muak melihatku ... Katakanlah supaya aku bisa menceraikanmu. Jangan memendamnya dan berselingkuh," ujarnya memperingatkan sang suami.

Aiden mendekap Leanor gemas. "Semudah itukah kau berkata akan menceraikanku? Kau tidak mencintaiku?!" Kesalnya.

"Cinta dan cerai itu beda cerita. Terkadang, seseorang lebih memilih cerai daripada terus menerus disakiti oleh orang yang dicintainya. Dan aku, termasuk tipe orang yang itu. Lebih memilih melepaskan daripada mempertahankan tapi terluka."

"Jadi, kau juga mencintaiku?" Tanya Aiden penasaran.

Bersambung....

28/4/23

Jangan tinggalkan jejak!💅

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang