Part 18❄️

95.2K 10.1K 166
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Seorang gadis cantik bertopang dagu seraya menghela nafas terus menerus lantaran merasa bosan sendirian di dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik bertopang dagu seraya menghela nafas terus menerus lantaran merasa bosan sendirian di dalam rumah.

Biasanya, Freya selalu menemaninya dan merecoki harinya sehingga membuatnya tidak pernah merasa kesepian.

Namun, sekarang tidak lagi. Freya sudah pergi jauh dari desa. Freya sudah pergi ke kerajaan bersama Kaisar Troy.

Seiring kebersamaan mereka, Freya pun jatuh cinta ke Kaisar Troy yang sangat jauh berbeda dari rumor.

"Kenapa kisah cinta orang lain semulus itu? Bertemu, jatuh cinta, dan menikah." Desah Leanor iri.

"Sementara itu, kisahku sangat menyedihkan. Mati sebelum bertemu jodoh. Di kehidupan sekarang pun, ditakdirkan mati mengenaskan di tangan orang lain." Membenamkan kepalanya di meja seraya menangis tanpa air mata.

Leanor tiba-tiba bangkit dan mengebrak meja. "Tidak bisa begini. Aku juga harus segera mencari jodohku dan hidup bahagia seperti Freya!" Tekadnya.

Melihat bayangannya di cermin, Leanor berpose sok keren. "Lihatlah wajahku ini. Lebih cantik daripada wajah Freya. Pasti bisa menjerat salah satu pria tampan, berkuasa, dan kaya raya." Tuturnya percaya diri.

"Akan tetapi, di mana aku bisa menemukan pria seperti itu? Orang-orang di desa ini kan orang biasa. Wajah mereka juga biasa saja." Tukasnya tercenung. Teringat akan fakta di lapangan.

"Hah! Sudahlah! Lebih baik aku fokus mengembangkan bakat memasakku daripada mencari beban hidup."

Leanor berhenti bermonolog kala pintu rumahnya diketuk. Ia segera berdiri untuk membuka pintu. Siapa tahu pelanggannya yang datang mengambil pesanan.

Mulutnya terbuka lebar kala melihat sosok yang mengetuk pintu rumahnya akibat terlalu syok. "Aiden?!"

Pria yang dipanggil namanya menyeringai sinis. Perlahan berjalan mendekati Leanor hingga tak menyisakan jarak sedikit pun.

"Rupanya kau masih mengingat namaku. Aku pikir kau sudah lupa karena kabur selama satu tahun." Sindirnya.

Leanor terdiam seribu bahasa. Masih syok melihat kehadiran Aiden di depan rumahnya.

Gadis cantik itu terkesiap kala Aiden mencengkram bahunya dan memojokkannya ke dinding. Tatapan murka nan penuh amarah Aiden kian membuatnya terkesiap.

"Kenapa kau kabur, Leanor?" Berbeda dengan tatapan dan tindakannya, suara Aiden malah terdengar lirih dan parau. Seolah sangat tersakiti dan terluka saat menanyakan hal tersebut.

Tingkah Aiden itu sungguh mengherankan bagi Leanor karena merasa Aiden seolah sangat mencintainya sedangkan Leanor tahu bahwa Aiden mustahil mencintainya.

Di novel pun tertulis demikian, Aiden tidak pernah mencintai Leanor dan mengabaikan ketidakadilan yang menimpa istrinya.

"Apakah aku telah melakukan kesalahan tanpa aku sadari?"

Leanor menelan saliva kasar mendengar nada putus asa Aiden. Entah kenapa perasaannya menjadi tak nyaman mendengar nada bicara pria tersebut.

"Tolong katakan kepadaku jika aku melakukan kesalahan, Leanor. Jangan meninggalkanku begitu saja. Aku pasti akan berusaha berubah untukmu."

Gadis itu menghela nafas panjang. "Kau tidak melakukan kesalahan apapun, Aiden. Aku hanya merasa tidak nyaman di bawah pengawasan semua orang. Aku ingin merasakan bagaimana hidup tanpa pengawasan orang lain serta melakukan apapun yang aku suka." Bohongnya.

Mustahil 'kan ia menjawab melarikan diri karena terancam hukuman mati?

"Dan, aku yakin pilihanku waktu itu sangat tepat. Sekarang aku merasa sangat bebas dan bahagia. Aku menemukan banyak hal selama pergi dari kediaman. Aku juga sudah menemukan hobi dan kesukaanku." Mulut manisnya kembali beraksi. Siap meluluhkan lawan bicaranya.

"Kau juga bisa bebas dan bahagia di kediamanku, Leanor. Aku tidak pernah melarangmu melakukan sesuatu, bukan? Aku pasti akan mendukung apapun yang kau lakukan. Tapi, kenapa kau malah kabur dan membuatku khawatir?!" Bantah Aiden geram.

Leanor menyengir polos. "Maaf. Harusnya aku mengatakannya kepadamu sebelum pergi jauh."

Aiden berdecak kesal mendengar ucapan menyebalkan istrinya. "Bukan begitu maksudku! Kau tidak boleh pergi! Kau harus selalu berada di sisiku, Leanor!" Tekannya.

"Kenapa aku harus selalu berada di sisimu?"

Aiden melotot marah. "Kenapa kau belum mengerti juga maksudku, Leanor?" Geramnya sedikit berteriak.

Leanor menggaruk pipinya canggung melihat Aiden terus menerus memarahinya. Padahal baru bertemu setelah satu tahun berlalu.

"Memangnya kenapa aku harus selalu berada di sisimu? Kau 'kan tidak mencintaiku? Bukankah seharusnya kau merasa lega karena istri yang tidak kau inginkan pergi dari rumahmu?" Tanyanya polos.

Aiden tertawa tak percaya. "Kau ini bodoh atau pura-pura bodoh?" Sarkasnya.

"Heh! Ka--"

Ucapan Leanor terpotong begitu saja kala Aiden membungkam bibirnya dan melumat bibirnya kasar seolah sedang melampiaskan amarahnya.

Gadis cantik itu berusaha memberontak, memukuli dada Aiden dan mendorong tubuh Aiden. Namun, percuma saja.

Aiden begitu kuat. Menahan kedua tangannya, mengunci pergerakannya, dan menghapuskan jarak di antara mereka.

Aiden terus mencium Leanor layaknya tak ada hari esok hingga membuat Leanor nyaris kehabisan nafas.

Ketika merasakan tubuh Leanor lemas dalam pelukannya, baru lah Aiden melepaskan ciumannya. Ia mengusap bibir bawah Leanor pelan seraya menatap intens mata Leanor. "Apakah sekarang kau masih belum mengerti, istriku?" Tanyanya penuh arti.

Bersambung...

28/4/23

Jangan lupa tinggalkan jejak!

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang