Kekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan. Semuanya dimiliki oleh Natha. Akan tetapi, sayangnya ada saja orang yang membencinya dan nekat membunuhnya.
Akibatnya, Natha mengalami transmigrasi ke dalam novel bacaannya. Lebih parahnya lagi, Natha menjadi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leanor menyandarkan kepalanya di dada bidang Aiden. "Terima kasih atas perhatianmu, Aiden. Tapi, aku masih ingin di sini." Ungkapnya.
"Baiklah jika itu keputusanmu. Namun ingatlah bahwa aku akan selalu siap membawamu pulang ke rumah kita." Tutur Aiden seraya mengecup lembut pipi istrinya.
Leanor tersenyum, berjinjit, dan mencium pipi Aiden sebagai balasan. "Oke."
Aiden menatap Leanor serius. "Aku ingin memastikan satu hal, sayang."
"Hmm?"
"Apakah kau mencintaiku?" Tanya Aiden terus terang meskipun gugup dan takut.
Takut jawaban Leanor tak sesuai ekspetasi dan hanya menyakiti hatinya.
Akan tetapi, menurutnya lebih baik bertanya langsung daripada menebak-nebak tanpa kepastian.
Sudah terlalu lama Aiden terombang ambing dalam ketidakpastian. Sekarang, waktunya melangkah maju, melewati zona nyaman.
Kepercayaan diri Aiden terkikis habis kala Leanor melepaskan diri dari pelukannya.
Aiden tertunduk sedih. Mulai menyesali pilihannya.
"Ya. Aku mencintaimu, Aiden." Jawab Leanor jujur. Sejujur-jujurnya. Dari lubuk hati paling dalamnya. Bukan kebohongan belaka, seperti yang selama ini sering diucapkannya.
Kepala Aiden terangkat. Wajah sedihnya lenyap, berganti dengan wajah berseri-seri. "Benarkah?"
"Mungkin aku tidak pintar mengekspresikan perasaanku hingga kau meragukannya, tapi ingatlah Aiden. Aku mencintaimu. Sangat sangat mencintaimu. Perasaanku kepadamu bahkan tidak dapat diukur dan dihitung, layaknya bintang di langit malam ini yang tidak akan bisa kau hitung jumlahnya." Ungkap Leanor tulus seraya mengangkat kedua tangannya, menunjuk bintang yang bertaburan di langit.
Aiden menatap punggung kecil Leanor yang terlihat rapuh. Ia memutar tubuh Leanor menghadapnya dan mendudukkan Leanor di pembatas balkon. "Aku juga mencintaimu, sayang." Senyuman dan tatapan tulus Aiden semakin membuat Leanor jatuh cinta.
Mata gadis itu refleks terpejam kala Aiden menciumnya dengan lembut dan intens sedangkan tangannya memeluk leher Aiden. Memperdalam ciuman mereka.
Keduanya terlena. Larut dalam kegiatan mereka. Saling mencurahkan perasaan satu sama lain lewat sebuah tindakan sederhana.
Aiden baru melepaskan tautan bibir mereka kala merasa Leanor kehabisan nafas.
"Bagaimana kalau kita melanjutkannya di kamar, sayang?" Bisik Aiden. Berakhir mendapat pukulan manja di bahunya.
"Oh, Tuan Aiden Yang Terhormat, tolong ditahan dulu dan mari bergabung ke lantai dansa. Kau dengar itu? Musik dansa sudah diputar." Ejek Leanor.
Aiden mendecih pelan tapi tetap mengikuti perkataan Leanor.
Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. Lalu, bergabung dengan para tamu undangan.
Menari dengan bahagia. Tertawa lepas dan bebas seolah tak memiliki beban sedikitpun.
Mereka mencuri perhatian para tamu undangan karena kebahagiaan terpancar begitu jelas di wajah keduanya.
Leanor maupun Aiden sangat menikmati dansa pertama mereka.
Dansa pertama setelah melalui berbagai macam cobaan dan rintangan. Pernikahan paksa, kesalahpahaman, perpisahan, kehilangan, dan pengakuan.
Dansa indah mereka terpaksa terhenti kala Leanor mengeluh kehausan.
"Tunggu sebentar di sini, aku ambil dulu minumannya." Peringat Aiden lantaran tak ingin istrinya semakin kelelahan.
"Oke. Cepatlah kembali."
"Iya, sayang."
Leanor mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan sembari menunggu Aiden kembali.
Gadis itu tersenyum lebar kala melihat seorang pelayan hendak melewatinya sambil membawa nampan minuman.
Lantas, dihadangnya si pelayan dan mengambil minuman yang dibawa oleh pelayan tersebut.
"Maaf, tuan putri. Ini minuman untuk Yang Mulia Kaisar. Tolong kembalikan minumannya, tuan putri." Cicit pelayan takut-takut.
"Milik ayahku, berarti milikku juga. Jadi, ambilkan saja minuman yang baru untuk ayahku!" Timpal Leanor.
Langsung menghabiskan minuman di dalam gelas dalam satu kali teguk karena sangat kehausan.
Selang beberapa detik setelah menghabiskan minumannya, Leanor merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Terutama di bagian perut dan kepala.
Tubuhnya lemas, kehilangan tenaga. Disusul oleh muntah darah. Mengejutkan semua orang, terutama Aiden.
Minuman di tangan Aiden terjatuh begitu saja ke lantai. Pria itu berlari sekencang mungkin, menyambut tubuh Leanor yang nyaris tersungkur di lantai. "Sayang! Bertahanlah!!" Paniknya.
"Sakit..." Lirih Leanor sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya. Membuat Aiden dan seisi ruangan panik bukan main.
Pesta yang awalnya diselimuti kebahagiaan pun berakhir kekacauan dan kesedihan.
Bersambung... .
20/5/23
Pernah baca cerita yang tokoh utama prianya bucin akut dan konfliknya seringan bulu ayam?
Kalau belum, coba baca cerita "Sweet Husband" di akunku😽