Vote sebelum baca 🌟
Sesuai rencana awal, Leanor mengumpulkan para pelayan, meminta maaf, serta memberikan kompensasi ke para pelayan yang pernah di aniayanya di masa lalu.
Keputusannya itu sangat tepat karena para pelayan menjadi menyukainya dan melayaninya setulus hati.
Kehidupan Leanor semakin terjamin ke depannya karena banyak orang yang akan melindunginya. Aiden, para ksatria, dan para pelayan.
Leanor tersenyum senang memikirkan hal tersebut.
Bruk!
Seorang gadis kecil tiba-tiba saja menabrak Leanor di tikungan. Membuat gadis kecil itu jatuh dan meringis.
Leanor berjongkok. Menyamakan tingginya. Menatap khawatir gadis kecil berambut pirang di hadapannya. "Kau terluka?"
Gadis kecil itu mengangkat wajahnya secara perlahan. "Tidak, duchess. Aku baik-baik saja."
Wajah familiar di hadapannya membuat Leanor langsung sadar bahwa gadis kecil di depannya itu Sellyna, female lead dalam novel.
Sellyna berwajah chubby, tahi lalat kecil di bawah mata kiri, iris biru nan jernih, dan rambut pirang seperti warna rambut Aiden.
"Lyn! Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang panik seraya mengecek keadaan gadis kecil itu.
William lah pelakunya. Ia tampak begitu mengkhawatirkan keadaan Sellyna.
Yah, William memang selalu begitu di dalam novel. Selalu mengkhawatirkan Sellyna dan menjaga Sellyna sejak kecil karena Sellyna terlalu ceroboh.
Senang rasanya melihat langsung adegan di dalam novel.
"Aku baik-baik saja, Liam."
William menghela nafas lega. "Lain kali jangan nakal lagi. Kau harus selalu bersamaku supaya aku bisa melindungimu. Aku tidak ingin kau terluka lagi. Lukamu yang kemarin saja belum sembuh." Omelnya sehingga membuat Sellyna tertunduk dalam.
Gadis kecil itu merasa bersalah telah membuat William mengkhawatirkannya. "Maaf."
"Baiklah, aku akan memaafkanmu asalkan kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
William tersentak kala matanya tak sengaja menangkap kehadiran Leanor. "Duchess." Gumamnya kaget.
Leanor tersenyum manis. "Hai, William. Lama tidak bertemu. Sekarang kau semakin tinggi ya."
Ada sorot kerinduan terpancar di mata William. "Duchess ke mana saja?" Cicitnya.
"Pergi berpetualang ke tempat lain." Kikik Leanor.
"Wah! Berpetualang? Aku juga suka berpetualang." Sorak Sellyna bersemangat. "Lain kali ajaklah aku, duchess." Pintanya.
William menatap Sellyna tajam. "Jangan aneh-aneh, Lyn. Kau tidak boleh berpetualang. Kau harus selalu berada di dekatku." Cetusnya.
"Kenapa tidak boleh? Aku suka berpetualang, Liam." Bantahnya.
"Pokoknya tidak boleh!" William takut Sellyna pergi jauh darinya. Kabur dan tak kembali lagi jika tidak dicari dan dijemput. Meninggalkannya seorang diri dalam kesepian.
Ia sungguh tidak bisa membayangkan hidup tanpa Sellyna setelah hari-harinya selalu diwarnai oleh gadis itu.
"Anak-anak, aku pergi dulu. Aku lupa Aiden sedang menungguku." Celetuk Leanor kala teringat akan sesuatu yang penting. Sesuatu yang menjadi alasannya keluar dari kamar.
"Duke menunggu duchess? Setahuku, Duke sedang keluar kediaman. Duke baru pergi beberapa menit lalu bersama Caellus." Celetuk William, membuat Leanor berdecak pelan.
"Percuma saja aku meninggalkan kamarku yang nyaman." Keluhnya.
Tega-teganya Aiden pergi begitu saja setelah memaksanya untuk datang.
Awas saja pria itu! Akan dia marahi kalau sudah pulang!
Kalau perlu, ia akan mengunci pintu kamar supaya Aiden tidak bisa masuk.
****
Sekujur tubuh Aiden terasa lelah. Permasalahan di bagian perbatasan cukup menguras tenaganya.
Pria itu berjalan linglung menuju kamarnya. Tidak sabar bertemu Leanor dan mengisi energinya kembali dengan sebuah pelukan.
Keningnya mengernyit heran kala pintu kamar tidak bisa dibuka. Ia kembali mencoba membukanya, tapi hasilnya nihil. "Sayang. Kau di dalam 'kan? Buka pintunya."
Diketuknya pintu kamar berulang kali karena ucapannya diabaikan Leanor. "Sayang, buka pintunya."
Hening. Tidak ada jawaban dari dalam.
"Apa mungkin dia sudah tidur? Tapi ini belum jam tidurnya." Gumamnya menebak-nebak.
Aiden menghela nafas gusar. "Tumben sekali dia mengunci pintu kamar. Bukankah biasanya dia selalu membukanya sampai aku masuk?"
"Mungkinkah dia kabur lagi? Makanya mengunci kamar supaya aku tidak tahu?" Memikirkan hal itu, amarahnya pun memuncak. Refleks menendang pintu kamar hingga rusak.
Ia melongo melihat Leanor berdiri di hadapannya. Meringis kesakitan sambil menutupi wajahnya. "Wajahmu terkena pintu, sayang?" Tanyanya khawatir.
"Aiden bodoh! Kenapa kau menendang pintu?! Wajahku sangat sakit karena ulahmu!" Amuk Leanor kesal.
"Maaf, sayang. Aku tidak tahu kau berada di dekat pintu." Tutur Aiden khawatir sekaligus merasa bersalah.
"PERGI SANA! AKU MUAK SELALU DISAKITI OLEHMU!"
Aiden terlonjak kaget mendengar teriakan istrinya. "Hah?! Kapan aku menyakitimu, sayang?"
"PIKIR SAJA SENDIRI!"
Bersambung...
30/4/23
Jangan lupa tinggalkan jejak! ><
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become A Duchess
FantasyKekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan. Semuanya dimiliki oleh Natha. Akan tetapi, sayangnya ada saja orang yang membencinya dan nekat membunuhnya. Akibatnya, Natha mengalami transmigrasi ke dalam novel bacaannya. Lebih parahnya lagi, Natha menjadi...