22.

515 51 2
                                    

Let's Go.

Two weeks later.

"Dia marah?" Jimin menggeleng pelan, memperhatikan bulan yang bersinar terang dilangit, seperti bulan purnama.

"Hanya menyuruhku untuk membujukmu kembali untuk menikah, tapi kugunakan alasan karirmu" siapa yang tidak mau menikah tapi semuanya pelik saat ini. Semuanya mulai muncul kepermukaan dengan usaha selama ini.

"Kau benar-benar ingin menikah?" Jimin mengangguk tanpa menoleh pada Aliya. Keinginan terbesarnya menikah dengan Aliya, Jimin akan melepaskan apapun demi kembali.

"Jim kau tau kadang aku berfikir jika tuhan mempermainkan kita disetiap kehidupan" gumam Aliya pelan.

"Aku tidak mengerti!!"

"Keadaan membingungkan untuk kita saat ini. Hal buruk terus terjadi dikehidupan kita seolah tidak ada habisnya, kau tau aku mulai menyesali kemunculanku bersama Elea.."

"Lia aku tidak suka kau membahas ini" sela Jimin tajam, tidak ada yang perlu disesali untuk kehidupan yang sudah terjadi. Memang semua rumit tapi mereka pasti bisa melewati ini.

"Iya tapi jika saja kami tidak muncul paman dan bibi pasti masih ada"

"Jika bukan keluarga mu mungkin keluarga lain yang akan membunuh orang tuaku. Kau tau banyak yang tidak suka pada keluargaku" desah Jimin tegar. Kenyataannya memang seperti itu.

"Kau bodoh" Jimin menoleh mendengar umpatan Aliya.

"Jika kau tidak mencintaiku kau tidak akan terseret..."

"Sedetikpun aku tidak menyesal karena mencintaimu" tegas Jimin menggenggam tangan Aliya.

"Keluargamu hancur karena aku!!!"

"Tuhan yang membuat keluargaku hancur" Jimin meremas jari Aliya, menguatkan atas semuanya.

Nafas Aliya terdengar sesak, dadanya terasa dihimpit untuk semua kejadian ini. "Jujur padaku apa lagi yang kau tau?" Aliya menyimpan banyak rahasia dan Jimin baru menyadari saat ini. Aliya tau semuanya bahkan sebelum Jimin mengerti.

"Kau melalui waktu yang sulit karena aku juga, andai saja aku tidak mengusirmu dan lebih bijak mungkin kita bisa memecahkan ini lebih cepat, Lia satu waktu yang aku sesali adalah memakimu waktu itu" Aliya membalas remasan tangan Jimin, benar tidak ada yang harus disembunyikan dari Jimin.

"Bibi tidak mati karena serangan jantung" genggaman Jimin terlepas, matanya berubah sorot kosong. Nafasnya tiba-tiba sesak karena udara direnggut secara paksa. Jimin tidak salah dengar kan?

"Kau ingat waktu Bibi ingin bicara berdua denganku sebelum tidak ada?" Jimin mengangguk  cepat.

"Paman bagaimana dengan Mama, disana .."

"Tuan tolong mengerti, sebentar saja" Jimin ditahan agar tidak masuk keruangan Sela, mereka hanya bisa menangis dari luar. Dokter sedang melakukan pertolongannya pertama.

Kalut, bingung dan panik. Mereka hanya bisa berdoa agar Sela baik-baik saja.

Dokter keluar dari ruangan dengan wajah sendu.

Mereka langsung mengerubuni dokter tersebut. "Dokter bagaimana dengan..."

"Nona Aliya, Nyonya ingin bertemu dengannya" semua orang terdiam dan menoleh pada Aliya yang berdiri jauh dari mereka, mendengar namanya disebut Aliya hanya bisa semakin menunduk. Tangannya gemetar luar biasa, ketakutannya semakin kentara.

"Nona..." Bibi Han menepuk pundak Aliya.

"Bi..."

"Mari Nona" langkah kakinya ragu untuk masuk kedalam, melihat tatapan semua keluarga Jimin yang sulit diartikan, Aliya tau semua akan semakin buruk.

Bastrad Lawyer And Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang