Bag 12. Little Bella

1.3K 138 20
                                    


“Kenapa aku tak bisa mencium aroma wolf pada tubuhmu? Apa ada sesuatu yang salah padamu Bella?” lagi-lagi pertanyaan itu yang Bella dengar dari teman-teman bermainnya.

Bella yang saat itu usianya terlihat seperti anak 6 tahun, sudah sering mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari teman-temannya. Sering dianggap aneh, berbeda dengan yang lain, bahkan beberapa yang tak menyukainya mengatakan jika ia tak pantas menjadi seorang putri pack darker.

Bella mencoba untuk tidak menghiraukan cercaan itu, bahkan ia sama sekali tak pernah mengadukan hal tersebut pada kedua orang tuanya. Apalagi kakaknya itu, jika Bella mengadukan hal itu pada Alaric, Bella pastikan teman-temannya akan menghilang dari muka bumi ini. Pria itu bukannya menyelesaikan permasalahannya, yang ada justru menambah masalah.

“Kau ingin ikut kami berburu tidak?”

“ Sepertinya seorang putri tidak diperbolehkan bermain di hutan seorang diri, bukan begitu Bella?”

Bella menatap tak suka ke arah perempuan yang usianya lebih tua darinya, Nancy namanya. Bella tahu jika Nancy tak menyukainya, ia mengajak Bella bermain hanya untuk mengejeknya, ya tentu saja karena hanya kata ejekan dan cacian yang keluar dari  mulut perempuan itu.

“Ya kau benar, jadi aku akan kembali ke kastil saja. Seorang putri harus tetap berada di kastil untuk melindungi packnya.” ujar Bella percaya diri.

“Bagaimana kau bisa melindungi rakyatmu jika kau saja tak bisa melindungi dirimu sendiri. Bahkan kau tak bisa berburu, padahal itu salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh werewolf seperti kita.” Jelas Nancy panjang lebar.

Bella mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, ingin sekali ia membungkam mulut gadis itu. “Aku sangat pandai dalam berburu, kau saja yang tidak tahu!”

“Sudahlah Nancy kau sudah keterlaluan, biar pun begitu Bella adalah putri pack darker yang harus kau hormati. Lebih baik kau kembali ke kastil saja Bella.” ujar Theresa yang tadi sempat mengajak Bella berburu.

Eve pun mengangguk setuju. “Iya Theresa benar, lebih baik kau pulang saja Bella. Kakakmu pasti tengah mencarimu sekarang.” Lalu setelahnya ketiga teman Bella itu pergi meninggalkannya.

Bukannya kembali ke kastil, Bella justru diam-diam mengikuti ketiga temannya itu dari belakang. Namun karena kecepatan berlarinya yang tak sama seperti teman-temannya itu, Bella pun kehilangan jejak temannya.

“Kemana mereka semua?” matanya melirik ke sana kemari. Bella menghentakkan kakinya kesal, ia mengerucutkan bibirnya.

“Huuuh! Kau ke mana sih wolf?! Kenapa aku tak bisa menemukanmu!”

Bella kesal dengan sisi wolflnya yang tak dapat ia rasakan. Seharusnya dengan umurnya sekarang Bella sudah bisa merasakan kehadiran sosok wolf dalam dirinya, seperti teman-temannya yang lain.

Bella menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon besar, ia pun duduk di atas akar pohon tersebut. Bella menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, kakinya bergerak ke sana kemari menyapu dedaunan yang gugur.

Ia bahkan tak sadar ada sosok yang mengamatinya dari kejauhan. Sosok itu menatap Bella dengan intens, seorang anak kecil berada di dalam hutan hitam, sendirian? Bahkan anak kecil itu sama sekali tak merasa takut ataupun kebingungan berada di tempat mengerikan ini, itulah yang ada di dalam pikiran Lucius.

Ia pun memutuskan untuk mendekat ke arah gadis kecil itu. “Bagaimana bisa manusia berada di dalam hutan seorang diri? Dan lagi, kau anak kecil!”

Bella pun bangkit dari duduknya dan menatap was-was ke arah Lucius. “Oh, apa kau vampir?” tanya Bella dengan polosnya. “Tapi ini kawasan werewolf, kau tidak diperbolehkan berada di sekitar sini!”

Red Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang