Bella berjalan ke arah pintu apartemennya. Baru saja ia ingin mengintip, namun suara teriakan seseorang membuat Bella segera membuka pintu tersebut.“Bella! Bu–” ucapnya terpotong saat pintu itu terbuka. “Kenapa lama banget sih?! Dari tadi gue panggil-panggil, kemana aja lo?” tanya Sera dengan sengit.
“Aku baru bangun,” jawabnya seraya tersenyum memamerkan gigi. “Apa kau mengetuknya cukup lama? Kenapa tidak pencet Bell saja?”
“Dari tadi gue pencetin sampe tetangga sebelah lo keluar noh karena brisik! Tapi lo gak keluar juga. Yaudah gue gedor aja sekalian.” Jelasnya membuat Bella menganggukkan kepalanya.
“Maaf deh. Jadi, ada apa pagi-pagi ke sini?”
“Oh itu–” Sera terdiam sesaat. “Boleh gak ngobrolnya di dalam aja?” ujarnya, Bella pun mengangguk dan mempersilahkan Sera masuk ke dalam apartemennya.
“Mau aku ambilkan minum?” tanya Bella pada Sera yang kini sudah duduk di sofa.
Sera menggeleng dengan cepat, ia pun menyuruh Bella untuk duduk di sebelahnya. “Gue gak lama kok, cuma mau bilang sesuatu aja terus langsung pulang.”
Bella menatap lekat ke arah perempuan di hadapannya, menunggu kalimat yang akan keluar setelahnya. “Gue mau minta tolong sama lo, tapi gue bingung ngomongnya. Gimana yah…”
“Just say it!”
“Gue mau ketemu Jeanna Bell, sekarang juga!”
“Gue kangen banget sama tu bocah, udah hampir setengah tahun gue gak ketemu sama dia. Please tolongin gue, apa perlu gue samperin dia ke sana?”
Bella terdiam sesaat, ia menghela napasnya panjang. “Aku tahu kamu pasti sangat merindukan Jeanna. But i can’t do that, Sorry.” Jawab Bella.
Sera menyenderkan tubuhnya pada sofa, raut wajahnya kini tertekuk.Sera sangat merindukan sosok sahabatnya itu, ia ingin sekali melihat keadaan Jeanna saat ini. Terlebih lagi kabar mengenai Jeanna yang tengah hamil membuat Sera ingin sekali menemui Jeanna saat ini juga.
Tangan Bella bergerak merangkul pundak Sera saat melihat raut kesedihan pada wajah gadis itu.
“Aku tahu seberapa besar kau merindukannya, tapi kau juga harus tahu jika Jeanna baik-baik saja di sana. Mungkin nanti ia akan kemari, entah kapan itu aku pun tak tahu pasti. Jadi, bersabarlah!”
Sera menghela napasnya. Baiklah, mungkin ia memang harus sedikit bersabar.
__________
Bella berjalan ke arah kelasnya, saat ini ia berada di kampus. Karena kelasnya masuk siang hari, Bella bisa sedikit bersantai pagi tadi. Setelah memutuskan untuk tinggal di dunia manusia, Bella memilih untuk ikut mendaftar kuliah seperti Sera dan kedua teman lelakinya–Kevin dan Riko.
Bella senang tinggal di sini, menjalani aktivitas layaknya manusia pada umumnya Bella pikir itu tak terlalu sulit untuknya. Justru ia merasa lebih tenang dan nyaman berada di lingkungan manusia. Tak seperti di kastilnya dulu, penuh aturan dan juga beban tanggung jawab!
Lihat saja, di sini ia bisa dengan bebas melakukan apa pun yang ia mau. Bella sempat berpikir sepertinya dirinya kini telah menjadi manusia seutuhnya, ya anggap saja seperti itu!
Bella berjalan ke arah tempat duduknya, ia memilih duduk di barisan kursi paling tengah. Kelas akan dimulai sebentar lagi, para mahasiswa pun sudah banyak yang berdatangan. Saat dosen di hadapannya hendak memulai membahas materi, tiba-tiba pintu kelasnya terbuka dan menampilkan seseorang yang datang terlambat.
“Maaf saya terlambat prof…”
Bella memandang ke arah pria yang tengah berdiri di depan kelasnya, ia merasa tak asing dengannya. Dan sepertinya pria itu mahasiswa baru di fakultasnya karena sebelumnya Bella tak pernah melihatnya di area kampus. Sambil menyipitkan matanya, Bella mencoba mengingat-ingat.
“Tidak papa, kamu mahasiswa baru kan? Yasudah langsung duduk saja!” ia pun mengangguk dan segera berjalan ke arah tempat duduk yang kosong.
Mata pria itu melirik sekilas ke arah Bella saat berjalan melewatinya. Namun Bella mencoba menghiraukannya, ia kembali fokus pada mata kuliah yang tengah disampaikan oleh dosennya saat ini.
Setelah kelasnya berakhir, Bella memutuskan untuk pergi ke sebuah café yang letaknya tak jauh dari kampusnya. Sambil menunggu pesanannya datang, Bella memainkan ponselnya. Mencari berita yang tengah ramai saat ini, apa pun ia cari. Baik itu tentang kejadian sosial, politik, bahkan entertaiment.
Ia memicingkan matanya kala melihat sebuah postingan vidio di laman instagramnya, dua orang wanita yang tengah beradu mulut di live Ig-nya. Dan rupanya salah satu wanita itu tinggal di tempat kelahirannya, Jerman. Sebuah panggilan masuk tertera pada layar ponselnya saat Bella tengah asik melihat beberapa postingan.
“Kenapa?”
“Apa kau sedang sibuk? Aku ingin membicarakan suatu hal, penting.”
Bella menghela napasnya sesaat. “Ya baiklah, aku akan ke sana sekarang.” Setelahnya Bella pergi meninggalkan café begitu saja. Sebelum benar-benar pergi, Bella meninggalkan beberapa lembar uang kertas di meja tersebut.
__________
“Apa kalian sangat sibuk akhir-akhir ini?”
“Tidak juga, kenapa memangnya?”
“Kenapa baru menghubungiku sekarang?!” ketusnya.
Bella yang semula berdiri di depan pintu mulai berjalan masuk ke dalam rumah pria itu. Ia sudah sering berkunjung ke rumah ini, jadi jangan heran jika Bella langsung masuk tanpa pria itu persilahkan terlebih dahulu. Kehadiran kedua pasangan itu seakan menggantikan sosok keluarga bagi Bella selama di sini.
Entahlah apa alasan Ben dan Victoria tinggal lebih lama di Indonesia, Bella sendiri tak tahu. Mungkin mereka berdua bosan berada di lingkungan yang dikelilingi oleh pepohonan itu. Karena Bella pun merasa demikian.
Bella mendudukkan diri di sebuah sofa lalu ia menatap ke arah Ben, pria itu berjalan ke arah Bella.
Ben menghela napas sesaat. “Kau pasti sudah tahu apa yang akan kukatakan padamu, Bella...”
Bella menatap lekat ke arah Ben, sebenarnya ia ingin memulai pembicaraan lebih dulu. Namun Bella urungkan, ia lebih memilih untuk mendengar ucapan pria di hadapannya ini.
Mana nih vote & komennya, kok sepi ya 😪 Ada yg kangen Jeanna gak si? Apa perlu aku munculin dia di sini?
{ 22-02-23 }

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Cold
Fantasy»Sequel of 'Switch Over' Sorot matanya yang tajam serta iris merahnya yang pekat mampu membuat siapa saja yang menatapnya akan terhipnotis olehnya. Tak hanya itu, auranya yang begitu dingin dan mencekam mampu membuat siapa pun yang berhadapan seketi...