Bag 3. Poor Bella

1.9K 186 12
                                        


Netra merah itu terus menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tangannya bergerak melepas jubah yang melingkupi tubuhnya. Tak sampai situ, ia juga melepas kaos hitam yang melekat pada tubuhnya itu. Satu tangannya bergerak menyentuh bekas luka di dada bagian kiri. Menatap lekat bekas luka tersebut dengan kening berkerut.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuatnya memicingkan mata ke arah sumber suara. Melalui mindlink, Ia menyuruh seseorang di luar sana untuk masuk ke dalam.

“Ekhm. King Lazarus menyuruh anda untuk menemuinya, tuan...” Ujar Eliz.

Gadis itu terlihat sedikit terkejut saat masuk dan melihat Lucius yang shirtless. Sehingga ia dapat melihat jelas bentuk tubuh dan juga bekas luka di dada kiri pangeran vampir itu.

“Sudah kukatakan sebelumnya. Jangan terlalu formal denganku, Elizia!” ia beralih menatap lekat ke arah Eliz. “Aku akan menemuinya nanti,” lanjutnya. Ia pun menyuruh Eliz untuk keluar dari ruangannya.

__________

“Kurasa–sepertinya mereka sudah cukup lama berada di sekitar sini. Hanya saja, baru-baru ini mereka menunjukkan keberadaannya pada kita.” Ujar Victoria yang kini sudah duduk di sebelah Bella.

“Tapi, apa lagi yang mereka inginkan? Jelas-jelas raja vampir itu sudah Alaric kalahkan!” Bella kembali menatap ke arah Ben.

“Aku pun tak tahu,” jawab Ben jujur.

Bella menghela napasnya. “Kukira semua sudah berakhir, rencana apalagi yang dibuat oleh Lazarus?” Geramnya. Ben dan Victoria kompak menggeleng.

Bella beralih menidurkan tubuhnya di sofa, ia menatap ke arah langit-langit atap. “Apa kau keberatan jika aku menginap di sini untuk beberapa hari kedepan?” tanyanya.

“Kenapa tiba-tiba sekali?”

“Aku bosan!” jawabnya seraya mendelik ke arah Ben. “Di tempatku tak ada halaman yang dipenuhi tanaman dan juga pohon seperti itu,” ujarnya seraya menunjuk ke arah jendela rumah tersebut.

“Dan juga, setidaknya aku tak merasa kesepian jika di sini.” Lanjutnya kembali beralasan.

Ben dan Victoria saling menatap satu sama lain.

“Jangan seperti itu! Ya aku tau aku memang merepotkan kalian. Maka dari itu aku tak akan lama di sini, mungkin hanya satu minggu, bagaimana?” Bella mencoba memberi pertimbangan.

“Bukankah saat ini kau sedang kuliah? Kampusmu lumayan jauh dari sini Bella apa kau–”

“Aku tak masalah, lagi pula jaraknya hanya 20 Km dari sini. Tak terlalu jauh,” jawabnya seraya mengedikkan bahunya acuh.

Ben menghela napasnya sesaat. “Terserah kau saja. Aku tak masalah berapa lama kau mau menetap di sini. Tapi– princess of darker park, is it okey if you stay a long with us? Vampire family! What if Alaric know this?

Bella menatap tajam ke arah pria itu. “Bisakah kau tak membahasnya lagi? Mereka tak akan peduli tentang ini!” ucapnya dengan yakin. Setelahnya gadis itu mengubah posisi tidurnya, membelakangi Ben.

Ben tersenyum tipis ke arah Bella. “Baiklah Bella.”

___________

“Materi hari ini cukup sampai di sini. Berhubung saya ada perlu, jadi untuk kelas hari ini saya tidak membuka sesi tanya jawab. Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan lewat chat saja, oke?”

“Baik bu...” Jawab seluruh mahasiswa. Setelahnya dosen wanita itu keluar dari kelas.

Bella menoleh ke belakang saat merasa ada yang menepuk pelan bahunya. “Kayaknya kita pernah satu sekolah sebelumnya. Alumni SMAN 1, You know my face, right?”

Bella meneliti sosok pria yang masih setia duduk di kursinya.

Maybe.” Jawab Bella singkat.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. “So, can we talk–

No. I’ve to go, right know! Sorry.

Setelahnya Bella merapihkan barang-barangnya, tak memedulikan lagi sosok pria yang masih saja menatapnya.

Ia pun segera berjalan keluar kelas. Dengan tas selempang yang berada di bahu kirinya, Bella terus melangkahkan kakinya menuju apartemennya. Karena jarak kampusnya yang hanya berkisar 1 km dari apartemennya, membuat Bella sedikit merasa lega karena ia tak perlu membawa kendaraan ke kampus seperti teman-temannya yang lain. Dan lagi, Bella lebih suka berjalan kaki dari pada menaiki kendaraan.

Langit semakin gelap dan Bella pun semakin cepat melangkahkan kakinya agar segera sampai di apartemennya. Sebenarnya hari ini Bella hanya ingin mengambil beberapa barang-barangnya di apartemen untuk ia bawa ke rumah Ben. Yah, seperti yang ia katakan sebelumnya, Bella akan tinggal di rumah pria itu.

Bella mendongakkan kepalanya, menatap bangunan dengan tinggi 16 lantai itu. Ia berjalan malas ke arah lift dan menekan angka 10. Ini juga yang membuat Bella menyesal memilih tempat tinggal di sini. Seharusnya dari awal Bella membeli tanah dan membangun rumah seperti yang dilakukan oleh Ben.

Setelah pintu lift terbuka, Bella segera berjalan ke arah apartemennya. Ia mengambil koper kecil, memasukkan beberapa baju dan barang-barang lainnya.

“Selesai!” setelah itu Bella mengambil kunci mobilnya dan kembali berjalan menuju lantai basemant.

___________

“Kau mengendarai sebuah mobil sendirian?”

Bella berdecak malas. “Ya!”

“Sejak kapan kau belajar mengemudi? Do you have a divers license Bella?”

“Mungkin satu tahun yang lalu. And then of course, Vi! I have new drivers license.

Terdengar helaan napas Victoria dari sambungan teleponnya. “Oke. So, where are you know?”

“Aku sedang di jalan, mungkin 30 menit lagi akan sampai.”

“Baiklah aku akan menunggumu. Hati-hati Bella! Di sini sedang hujan lebat.” Ujar Victoria memperingati.

“Yah, aku tau. Sebentar aku sedang fokus mengemudi jadi lebih baik aku akhiri panggilannya.” ia kembali terfokus pada jalanan di depannya.

Beberapa kali Bella mengumpat saat beberapa mobil di belakangnya membunyikan klakson.

“Manusia sialan! Apa kalian tak lihat? Lampunya baru berwarna kuning!” Bella kembali melajukam mobilnya dengan perasaan kesal. “It's impossible if they pass the driving test, right?”

Bella yang tengah fokus menyetir tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara letusan keras. Sepertinya suara itu berasal dari ban mobilnya. Ia pun menepikan mobilnya di depan halte SMA. Bella mengambil sebuah payung yang selalu ia sediakan di dalam mobilnya. Tangannya terulur membuka knop pintu mobil.

Ia meneliti setiap ban dan benar saja dugaannya! Bagian ban depan sebelah kiri terlihat kempes. Kenapa harus meletus di saat seperti ini?!

Damn it!

Langit yang gelap dan juga hujan disertai angin membuat Bella mendesah keras. Jika sudah begini, tentu saja Bella butuh bantuan seseorang.


















Maapin ya kalau updatenya agak lamaan, karena untuk cerita ini author kehabisan ide untuk bikin jalan ceritanya🙏

Kasih semangat author dong, Vote & komen sebanyak²nya 😖

{ 26-02-23 }

Red Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang