"Bukankah dari kita adalah orang yang akan melupa pada suta saat nanti? Atau kita harus terus ingat akan suatu kenangan?", pertanyaan itu tercecap dalam hati Bunga yang duduk di antara batu karam yang terpecah kadang-kadang oleh ombak yang menderu. Dipandangnya beberapa burung dan hewan lain di langit yang mencuri pandangannya begitu saja.
Seperti mengingat berbagai hal dan peristiwa yang dilakukan, semuanya terpaku pada langit sore ini. Ia menyukai langit kala senja dengan berwarna kuning keemas-emasan atau menyukai berbagai udara yang meniup tipis wajahnya yang sendu memikirkan alasan yang harus dicari pembenarannya.
Lama, begitu lama Bunga memandangi langit yang begitu indah dan membuktikan bahwa dirinya mengingat sesuatu yang pernah singgah di hatinya. Ini sangat lucu bahwa adanya seseorang makhluk, tempat ia kembali dari rambutnya yang kusut.
"Apa kau pernah merasakannya? tempat dan rumah, tempatmu kembali dari perjalanan panjang yang begitu melelahkan? tempat kau akan merasa naaman dan aman walau kini itu hanya terjadi beberapa saat?"
Wajahnya beralih ke deburan ombak yang begitu menderu dan beranjak ingin mengejar tubuhnya yang sedang duduk di pinggir pantai.
Melalui senja itu, Bunga melihat wajah sosok lelaki yang menjadi rumah selama ini. Ingin bercerita dan meluapkan segalanya hingga ia tahu bahwa lelaki itu adalah rumah. Bunga hanya ingin menyalahkan takdir yang ada atar menyalahkan keputusan yang pernah dipotong menggunakan gunting yang salah sehingga tidak sepatutnya digunting.
"Bagaimana aku harus menyambungnya? Terlalu jauh dan panjang rupanya!"
Wajah yang terbentuk dari awan-awan di atas langit tersebut menunjukkan beberapa luapan alur yang pernah dialaminya. Ingin rasanya kubertatap dan mengungkapkan bahwa ia tidak ingin ke mana-mana atau melakukan apapun. Ia hanya ingin berdua dan duduk di sampingnya sambil menikmati bintang di padang rumput yang begitu indah. Sama seperti sebelumnya. Kala itu, beberapa tabun lalu. Rasanya, ia ingin mengulangnya kembali. Namun, sepertinya, itu sulit untuk menemukan beberapa alur yang diuang.
"Bukankah alur yang diulang terkesan membosankan?"
Ia ingin sekali menjadi sepasang burung yang tinggal bersama di dalam sangkar dan menikmati kebersamaan. Menikmati senja di pucuk pohon yang tinggi yang mereka lihat saat pagi dan senja di puncak kota tersebut.
Dia mengingat bahwa ada sesuatu yang selalu membuat kembali. Menjadi sebuah rumah. Mendekap hangat kenangan manis yang ingin direkonstruksi kembali dalam ingatan. Bukankah kita harus kembali untuk mengingat berbagai alur yang mungkin sebenarnya ingin dilupakan atau memang ingin tetap berada pada tempat yang semestinya?
"Aku lelah untuk bercerita pada ombak yang begitu payah. Mereka hanya bisu pada pertanyaanku yang menumpuk sampai kungilu untuk mengecap."

KAMU SEDANG MEMBACA
L.E.L.A.K.I
Short StoryAku Bunga. Ketika orang bertanya, aku ini bunga apa, aku hanya bisa diam. Aku tergantung di antara atas dan bawah. Tali ini yang akan memutuskannya. Tali ini adalah lelaki. Mencari esensi kata "lelaki" yang sulit kutemui dari arti kata "hidup". Nam...