Ada yang kosong, entah apa. Ada yang kurindu, entah apa. Aku menunggu sesuatu yang mungkin tak kuketahui. Di ruang beruang 3 x 3 m dengan suasana sepi. Masa lalu kini perlahan hadir seperti rangkaian vidio pengantar sebuah film bioskop. Aku benci situasi ini.
Kenangan selalu menghadirkan haru, tak pernah aku bahagia untuk mengenal kenangan. Entahlah. Aku semakin benci kenangan. Kukira, ketika aku bangun, rasa rindu dapat hilang 100 persen. Ternyata, masih ada. Apakah aku harus terus begini? rasanya ada yang salah.
Kau tahu apa yang paling mematikan bagi anak ekstrovert? kesendirian. Benci untuk mengatakan hal tersebut. Kau hanya berteman sunyi dan ketiadaan. Tak ada kehangatan yang memeluk tubuhmu hingga kau merasa nyaman atas keberadaan semesta.
Aku kesal menjadi diriku sekarang. Katanya, semakin tua akan semakin kesepian. Apalagi dengan wabah yang tak surut. Hanya menjadikanku semakin mati kutu di ruangan ini. Tak ada pemasukan, tak ada teman. Jangan tawarkan aku untuk berteman dengan kamar depanku. Aku benci dia. Wajahnya penuh dengan kepalsuan. Sial.
Ingin kumenelepon teman-teman yang mungkin dapat menghiburku. Ternyata ini hanya kesia-siaan belaka. Kurindu dengan ibuku, rindu berbicang tentang apa saja hingga tengah malam atau dini hari. Merajut masa depan dan tertawa tanpa lelahnya. Kurindu ia. Namun, kondisi tidka memungkinkan untuk hal tersebut. Kapan wabah ini berakhir?
Tak tenang diriku. Dada sebelah kiriku semakin sakit, kepalaku semakin pusing. Isi kepalaku memuncah, entah memikirkan apapun yang tak jelas. Namun, satu yang pasti hilir mudik masa lalu kulihat masuk ke telinga kananku dan tidak keluar-keluar. Kukira dia akan keluar seperti nasihat yang diberikan oleh ayah sambungku. Ternyata tidak. Kenangan itu malah bertahan di otakku, bahkan masuk dan menyerap ke semua permukaan otakku. Semakin menyeluruh dan menghilangkan atau meredam semua kenangan indah yang tak bisa kuingat lagi.
Rasanya semakin sakit saja otak ini. Kau tahu film kartun "Inside Out" yang mengisahkan tentang para emosi hadir dan terdapat di otak. Nah, kemungkinan, kemarahan dan penyesalan mendominasi sekarang.
Kucoba untuk duduk bersender pada kursi dan melihat gawai yang tidak menunjukkan kehidupannya. Sepi. Sunyi. Kurindu. Entah sama siapa.
Kucoba mengisap air bening mungkin agar emosiku agar lebih terarah. Namun, ternyata sia-sia saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.E.L.A.K.I
Historia CortaAku Bunga. Ketika orang bertanya, aku ini bunga apa, aku hanya bisa diam. Aku tergantung di antara atas dan bawah. Tali ini yang akan memutuskannya. Tali ini adalah lelaki. Mencari esensi kata "lelaki" yang sulit kutemui dari arti kata "hidup". Nam...