2017 hingga 2020. Hitunglah sudah beberapa tahun aku bertahan untuk terus mengharap lelaki yang memang telah menetap di hatiku. Sebagai seorang bunga yang memiliki masa layu, aku akan layu dan semuanya mengatakan bahwa bunga harus tahu kapan masa layunya. Tak baik jika bunga lama-lama terus dan terus tidak memiliki pendamping atau dipindahkan ke dalam pot baru. Entahlah.
Bagiku, aku hanya tumbuh bukan di pot khusus. Aku hanya tumbuh di sebuah jurang pinggir bukit. Ya antara kedua hal yang berbeda bagai bumi dan langit. Dahulu, aku selalu ingin dipetik dan dipindahkan ke dalam pot lelaki itu. Namun, ia belum siap dan masih mengurusi tanahnya yang katanya belum subur. Entahlah. Katanya pula, orang tuanya belum memberikan "izin" seperti yang harus dimiliki oleh lekaki lainnya.
"Kamukan bunga, Bung. Masa kamu mau dibiarkan saja mengambang di atas batu karam? Kamu tak takut jatuh?" celetuk seorang teman."Loh, belum tentukan aku jatuh ke jurang, bisa saja aku dipindahkan ke pot dan ke atas bukit indah itu?" jawabku dengan penuh harap.
"Jangan seperti bintang yang merindukkan bulan deh. Realitis. Masa kini bukan seperti kita menjadi kecambah, pucuk, atau masih sangat hijau saat dulu. Kita harus realistis, bukan pesimis sih, lebih sadar diri. Kalau memang lelaki itu tak ada niatan memindahkan kamu ke potnya, tinggalkan saja. Buat apa menunggu hingga masuk jurang?! bodoh! percuma kamu dirawat dan ditumbuhkembangkan menjadi bunga berkualitas tinggi. Katanya, pupukmu saja dari negeri nomor satu di negeri ini. Kualitasnya tak perlu diragukan kembali. Pasti kualitas bunga, apalagi kelopakmu sangat bersinar. Aku yakin, Bung, hargamu lebih mahal daripada teman-temanmu yang lainnya. Percayalah. Tinggalkan saja, cari lelaki lain"
Aku selalu mengingat banyak mulut berbicara seperti itu. Memang benar, aku bunga yang bodoh. Buktinya, aku selalu merasa di ambang karam. Lelaki itu, apakah pernah merasa perasaan ini? Sepertinya tidak.
Kembali ke mulut orang lain. Aku tahu bahwa kicauan mereka memang sepenuhnya benar. Namun, mengapa aku tak bisa berubah. Aku tetaplah aku dengan diriku yang menginkan satu sisi kehidupan yang indah. Egois. Memang, aku sudah lelah untuk memiliki dua sisi. Manusiawi, bukan? Namun, kutahu, bahwa Tuhan takkan mengizinkannya.
Kembali ke perbincangan mengenai laki-laki ini. Sebenarnya, aku lelah untuk terus berada di karam ini. Apalagi, sekarang sedang musim hujan. Banyak kemungkinan yang mungkin terjadi. Bisa saja tanah ini longsor dan aku jatuh dan mengubur dalam-dalam harapku.Selalu saja, aku berpikir bahwa ini adalah waktu yang mungkin belum tepat. Tuhan belum mengizinkan aku dan lelaki itu bahagia.
"Bunga, kau tak boleh menangis. Jika kau menangis, tanah ini semakin longsor. Kau tahukan akibatnya? Kau akan terjatuh ke jurang!" teriak berkali-kali temanku.
Beberapa lelaki pernah datang dan berusaha mencabutku dan memindahkanku ke dalam potnya. Tetiba, kubuat saja bungaku menjadi layu tak karuan. Mereka bingung, mengapa aku berubah sangat sangat berubah. Akhirnya, mereka berubah pikiran sangat sangat cepat. Mereka akhirnya pergi entah mencari bunga lain atau mungkin menungguku sampai menghilangkan layu ini.Sebenarnya, aku lelah sangat sangat lelah. Namun, aku terus berharap padamu. Aku benci dengan perasaan dan pikiran bodoh ini. Serasa ada yang mengganjal sangat berat. Aku selalu benci dengan jarak yang memisahkan kita. Aku benci jika harus berkata "Sampai berjumpa lain waktu". Aku tak menyukainya. Waktu tak punya kompesasi untuk semua harapku. Begitu pun kamu.
Apa aku harus turun ke jurang atau biarkan ada laki-laki yang memetikku? Aku tak dapat meninggalkan dirimu dan segala kenangan yang kita rajut sejak dahulu. Namun, aku pun tak bisa merajut segala sesuatu dengan seseorang yang mungkin tak ingin kutemui. Aku yang akan layu dengan keadaan miris jika seperti itu. Aku hanya bisa menunggu sampai kau memang meninggalkanku dan tak pernah kembali. Membiarkanku berkawan dengan tiupan angin dan menangisi segalanya.
Teruntuk lelaki,
Entah apa yang bisa membuat angin selalu meniupkan berbagai rasa nyaman kenangan kita
aku pun tak paham mengapa angin pun selalu meniupkan rasa indah saat bersama
apakah semuanya fatamorgana atau benar oasis?
Aku tak tahu harus bagaimana
yang kutahu, aku hanya ingin dengamu. Memeluk tubuh hangat untuk melepaskan segala kepedihan hatiku. Kamu tahu? ada hal yang mungkin tak kau ketahui bahwa aku bisa melupakan segala kegundahanku berada mendengar detak jantung yang membuat seperti lagu tidur atau dongeng yang dibacakan oleh ibuku saat kecil. Begitu nyaman. Tuhan yang tahu tentang kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.E.L.A.K.I
Cerita PendekAku Bunga. Ketika orang bertanya, aku ini bunga apa, aku hanya bisa diam. Aku tergantung di antara atas dan bawah. Tali ini yang akan memutuskannya. Tali ini adalah lelaki. Mencari esensi kata "lelaki" yang sulit kutemui dari arti kata "hidup". Nam...