?!

17 0 0
                                    

Kata orang, menangislah agar kau dapat tertidur pulas malam ini tanpa adanya kesedihan, ketakutan, atau kekhawatiran masa depan. Pejamkan matamu agar seakan kau aman di bawah sunyi senyap malam yang kadang tak bersahabat denganmu. Kau hanya perlu untuk berpura-pura menutup mata dan tidak mengetahui apa yang akan terjadi sesudah kau membuka matamu esok hari. Kutahu kau membutuhkan sebuah sulap dari para pesihir untuk mengubah keabstdrakan menjadi sebuah kekonkretan. Apakah kau tahu mantra untuk menyembuhkan insomnia dari berbagai pengharapan yang kandas di ladang sabana dan savana setiap detik demi waktu? kau tak bisa menghitung beberapa jauh kutelah berjalan untuk tempat ini. 

Terlalu gamang rasanya untuk menunggu ketidakpastiaan yang menyebalkan. Terlebih, rasa perpisahan yang begitu menyalakan rasa sakit seperti taburan garam yang ditaburkan secara bertubi pada luka yang menganga. Kutahu ini akan berulang. Lalu, mengapa kau tetap percaya dan tetap berada di tempat yang sama? Kau banyak menelan ludah pahit yang semestinya tidak kau telan begitu saja. Semuanya menjadi kacau. Kutahu kau adalah pembicara aktif. Namun, mengapa sekarang lidahmu kelu untuk berbicara padanya? apakah petanda bahwa kau telah lelah? lalu, mengapa tidak berhenti dan memberikan kepak sayapmu?

Malam ini terlalu panjang dan menyiksa. Semua jarum memasuki setiap rongga kepala yang sebenarnya ingin kubenturkan pada dinding tajam di sebuah kota sepi tak berpenghuni. Nyatanya, kusulit menemukan kota tersebut. Aku hanya menemukan berbagai orang-orang dengan mata yang menyala dan ingin menerkam semua orang yang membenturkan kepalanya di dinding tersebut. Ini adalah hak. Namun, katanya, aku pantas mendapatkan hal tersebut dan harus menerima hukumannya. Padahal, menurutku, tidak ada kata hukuman yang seperti otak mereka terjemahkan. Ingin kupotong lidah yang begitu lidah untuk menerjemahkan tanpa adanya teori yang pernah diajarkan oleh para petinggi. 

"Kuharus bergegas merangkak meninggalkan kota ini. Meninggalkan sebuah harap yang awalnya kubawa dan kuharap dapat menjadi sebuah kado atas perjalanan panjang yang pernah dilalui."

"Kujanji takkan mengulangi. Kau saja yang baperan dan penuh dengan emosional tak menentu."

"Tentunya, berkali menandakan rasa yang tidak pernah diinginkan dan berulang terus-menerus. Kuboleh meminta untuk menyelesaikan garis ini saja? Aku bosan untuk menyeret garis merah yang hanya kugengam terus tanpa kutahu harus ditaruh di mana dan digunakan untuk apa."

"Ya pegang saja. Apa susahnya!!!"

"Kau bilang apa susahnya? Bukan hanya tanganku yang pegal, tapi hatiku dan semuanya yang kurelakan untuk memegang ini semuanya."

Seorang makhluk pernah berkata kepadaku, untuk apa mempertahankan suatu ketidakpastiaan untuk hal tersebut. Untuk apa mempercayayai untuk semua yang pernah dihempaskan? untuk apa memungut berbagai hal yang semestinya sudah tidak dipakai kembali!

"Ah, kau dasar otak bebal!"

Seketika otakku berkenala dalam waktu silam dengan meminjam alat Doraemon yang rasanya aku berhutang dengannya. Kau telah dibuang dan tidak diinginkan. Lalu, mengapa kau harus mau menunggu sesuatu yang membuatmu kecewa pada nantinya? Kau ingat bahwa ia mampu membuat kau untuk memutuskan kehidupanmu. Bahkan ibu, keluarga, atau teman terdekatmu tak pernah memicu suatu keputusasaan dalam dirimu!

"Kau semestinya lelah menjadi wirausaha!"

"Kau takkan diterima dan dipersilakan masuk! Dia hanya memperlambat waktu agar semuanya selesai perlahan! Lalu, mereka akan bergerombol dan duduk di sudut ruangan itu untuk menertawai dirimu!

"Bukankah kau lelah? Sebaiknya beristirahatlah"


L.E.L.A.K.ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang