Jelita pernah sesumbar ingin memiliki pasangan seperti calon kakak iparnya. Bagaimana jadinya jika calon kakak iparnya itu tiba-tiba menjadi suaminya, bukan iparnya.
Cuma cerita ringan ya ini...
Happy Reading ❤️
"Mas Arief bisa aja. Ehh iya, ada yang bisa dibantu?"
"Ini mau setor."
"Ohh iya." Jelita menerima buku tabungan juga uang yang disodorkan Arief. "Tumben Mas Arief yang setor? Biasanya Bu Indy." Jelita berbasa-basi.
"Bu Indy lagi cuti jadi Mas yang tanggung jawab."
"Ohh..."
"Lit, buka puasa di luar yuk?!" Ajak Arief tiba-tiba saat Jelita tengah menginput data.
"Hah?!" Jelita membulatkan mata sembari menghentikan seketika gerak jemarinya di atas keyboard.
"Buka puasa di luar. Sama Juwita sama Evan juga, gimana?"
"Insyaallah."
"Jangan insyaallah. Mas serius."
"Iya nanti aku bilang dulu ke Kak Evan."
"Kok manggil suami formal amat. Kenapa? Hubungan kalian baik-baik aja kan?"
Duuh kenapa sih pada kepo. Lagian kalau gue nggak baik-baik aja bukannya itu gara-gara kalian. Gerutu Jelita dalam hati.
"Baik." Jawab Jelita. "Aku kebiasaan aja manggil Kak Evan sama sebutan kakak. Kan dulunya emang mantan calon kakak ipar." Tambah Jelita keki.
"Gimana rasanya nikah sama mantan calon kakak ipar?" Selidik Evan.
"Biasa aja. Ohh iya, ini Mas. Sudah selesai ya." Jelita menyodorkan kembali buku tabungan Arief. "Ada lagi yang bisa Lita bantu?"
"Nggak. Ehh gimana?"
"Nanti aku kabari ya, Mas."
"Oke, aku tunggu." Ujar Arief yang diangguki lemah oleh Jelita.
Arief merencanakan buka puasa bersama di luar berempat di mana nanti ia akan memisahkan diri dan mengajak Jelita. Sehingga pada akhirnya Juwita dengan Evan dan dirinya dengan Jelita.
Arief percaya diri bisa menaklukan Jelita, bisa menarik perhatian adik iparnya itu. Juwita aja kakaknya bisa takluk sama pesona aku apalagi adiknya. Aku yakin itu.
Ide gila itu muncul saat tidak sengaja melihat log panggilan keluar Juwita beberapa waktu lalu. Ada nama Evan di sana. Bukan sekedar misscall tapi ada menit yang tertera di sana. Ada percakapan intinya.
Aku akan lapang dada serahin kembali Juwita ke pemiliknya. Toh tujuan aku udah kecapai, Evan enyah dari kantor karena tidak konsen bekerja dan aku jadi manager setelah rival berat aku cabut.
Aku ternyata nggak butuh Juwita tapi Jelita. Ia keibuan cocok untuk Syifa, buktinya Syifa aja nyaman lama-lama sama Jelita. Aku butuh Jelita yang lemah lembut dan perhatian. Bukan perhatian pada hal besar aja tapi kecil juga seperti menyiapkan makan.
Lagian kayaknya nggak susah bikin Jelita dan Evan berpisah. Nggak kayak pas misahin Juwita dan Evan dulu. Terlebih aku yakin Evan dan Juwita juga masih sama-sama mendam rasa satu sama lain. Buktinya Juwita telepon masih diangkat Evan.
Senyum Arief pun terpampang nyata sesaat sebelum ia menyalakan mesin mobil dan mulai melaju meninggalkan area parkir Asia Bank siang ini.
***
Naah kan ada yang mulai berulah...
Part ini lanjut di KaryaKarsa
Happy Reading ❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.