Jelita???

802 68 20
                                    

"Siang Jelita."

"Siang, ada yang bisa dibantu?"

"Biasa mau setor."

"Ohh iya."

"Lit..."

"Iya?!"

"Hari ini cantik banget deh kamu." Puji Arief.

"Mas Arief." Jelita geleng-geleng kepala.

Di tempat dan di jam yang sama tanpa Jelita sadari ada Evan tengah memperhatikan dirinya yang tengah melayani nasabah yang tidak lain Arief, kakak iparnya itu. Evan hari ini memang ada keperluan tarik tunai dalam jumlah besar untuk kepentingan pembagian uang gaji juga THR karyawan. Karena otoritas perusahaan kini memang ada di tangannya, sehingga ia pun yang harus langsung turun tangan saat perusahaan hendak menarik dana dalam jumlah besar. Evan mengatupkan rahangnya kuat saat melihat Arief berusaha cari perhatian Jelita.

Evan yang sudah selesai itu tadinya hendak langsung beranjak pergi, tapi melihat kejadian itu ia pun mengurungkan niatnya. Ia menunggu di lobi Asia Bank.

"Tolong jangan ganggu Jelita." Ujar Evan menghadang Arief yang hendak melewatinya. Arief terperanjat saat tahu tiba-tiba dicegat Evan. "Kalau Pak Arief merasa ada masalah sama saya atau merasa masalah kita belum tuntas, selesaikan antara kita saja. Jangan bawa-bawa pasangan kita." Tambah Evan.

"Kamu ngomong apa?" Dahi Arief berkerut. Merasa tidak paham.

"Mereka nggak tahu apa-apa. Kalau gentle kita bereskan cukup berdua, saya dan Pak Arief. Lagipula sebenarnya kita nggak ada masalah berat kan?! Cuma salah paham masalah pekerjaan tapi kenapa melebar ke mana-mana ya?!" Sinis Evan. "Cukup Juwita yang jadi korban. Jangan sekali-kali Pak Arief sentuh Jelita, istri saya. Masih nekat saya pastikan karier Pak Arief benar-benar tidak aman." Ancam Evan. "Ingat hukum alam." Peringat Evan kemudian. "Pak Arief sepertinya lupa mempunyai anak perempuan. Jangan sampai apa yang dialami Juwita atau Jelita dialami putri Pak Arief." Tekan Evan. "Dijadikan alat untuk membalas sakit hati yang sebenarnya tercipta akibat berprasangka buruk pada rekan kerja." Evan hampir beranjak saat ingat sesuatu ia pun mengurungkan niat. "Juwita ada di rumah saya dan Jelita. Siapa tahu mau beresin masalah, Pak Arief bisa datang dan jemput Juwita di rumah saya dan Jelita. Masih ingat alamatnya kan?" Tembak Evan yang lantas beranjak pergi.

Arief terdiam cukup lama sepeninggalnya Evan. Dahinya semenjak tadi berkerut halus.

Juwita di rumah Evan? Jelita kok nggak cerita barusan? Batinnya.

"Lit..." Arief yang melihat counter Jelita kosong segera kembali ke sana.

"Mas Arief?"

"Lit, Juwita ada di rumah Evan?"

"Ohh iya, maaf Lita lupa ngasih tahu. Kak Wita ada di rumah. Kok Mas Arief tau?"

"Dari kapan?"

"Semenjak keluar dari rumah sakit."

"Kenapa nggak pulang ke rumah ibu sama ayah?"

"Lita kurang tahu, Mas Arief bisa langsung tanya Kak Wita ya, Lita takut salah."

"Kamu atau Evan nggak keberatan?"

"Aku nggak, kayaknya Kak Evan juga nggak."

"Yaiyalah nggak keberatan bisa serumah sama mantan." Seloroh Arief dengan tujuan membuat perasaan Jelita tidak karuan.

"Kita malah lagi nginep di rumah orangtua kita, Mas."

"Maksudnya?"

"Iya dari kemarin aku nginep di rumah otangtua Kak Evan. Ngumpul di sana. Kak Wita di rumah sama Bi Juju aja." Arief menelan saliva, niat memanas-manasi Jelita tapi ternyata situasi dan kondisi di lapangan tidak seperti yang ia harapkan.

***

"Mau ambil pesanan atas nama Juwita." Ujar Rosa sembari menyerahkan nota pesanan. Sesuai jadwal, hari ini pesanan baju mereka selesai dan bisa diambil hati ini.

"Ohh iya sebentar." Karyawan tersebut meninggalkan Rosa beberapa waktu lalu kembali dengan membawa sebuah paperbag ukuran besar. "Ini, Bu."

"Udah selesaikan pembayarannya?" Rosa memastikan.

"Sudah, paid. Debit dari rekening atas nama Jelita waktu itu ya?!" Ujar karyawan sembari melihat daftar di monitor komputer.

"Jelita?" Dahi Rosa mengerut. "Juwita mungkin." Rosa mencoba meralat.

"Mbak Jelita." Tegas karyawan tersebut.

Jelita???

Rosa mengintip nota pemesanan. Nominal yang tertera cukup mencengangkan.

***

Mohon maaf baru sempat update...
Ada sesuatu yang urgent... yang nggak bisa ditinggal beberapa hari terakhir ini.

Mulai lanjut yuk...
Kalau memungkinkan nanti double up ya

Happy Reading ❤️

JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang