Evan Nakal?!

1K 61 7
                                    

Juwita mendadak demam semenjak pulang dari acara Jelita. Karena tak kunjung membaik, setelah salat subuh, Juwita dilarikan ke rumah sakit.

Jelita baru mendapat kabar setelah dirinya sampai di kantor. Ia mendapat kabar dari Rosa. Jelita pun berjanji pulang kantor akan mampir sebentar menengok kakaknya itu.

"Jadi nengok Juwita?" Tanya Evan saat laki-laki itu menjemput Jelita sore ini.

Tadi siang memang Jelita memberitahu Evan perihal Juwita yang sakit dan dirawat di rumah sakit itu. Dan Jelita sempat meminta izin untuk menengok kakaknya itu sepulang dari kantor.

"Jadi." Jawab Jelita.

"Mau aku temenin?" Tanya Evan hati-hati.

"Terserah." Jawab Jelita.

Sebenarnya Evan malas. Malas bertemu Juwita, malas cari masalah dengan Jelita tapi ia juga khawatir Arief melancarkan aksinya. Karena entah mengapa ia merasa Arief tengah mengincar Jelita. Entah perasaan aku aja atau emang gitu lagi ya dia? Batin Evan.

"Aku temenin, boleh?" Lagi-lagi Evan bertanya dengan nada penuh kehati-hatian.

"Boleh." Angguk Jelita.

"Cuma nemenin kamu." Tegas Evan. "Jangan berpikir macem-macem lagi ya?!" Pintanya kemudian.

Mendengar itu, Jelita sontak melirik Evan yang kini tengah memakai seat beltnya. Evan yang menyadari sedang dilirik balas melirik.

"Kenapa?" Tanya Evan dengan seulas senyuman.

"Nggak." Jawab Jelita salah tingkah.

"Pakai seat beltnya." Ujar Evan yang langsung membantu Jelita memakai seat belt.

Sebelum ke rumah sakit Jelita meminta Evan mampir ke toserba. Jelita hendak membawakan Juwita buah-buahan sebagai buah tangan. Karena Jelita tahu kesukaan kakaknya buah apa, Jelita pun hanya membeli pear hijau. Juwita sangat suka buah itu.

Setelah dari toserba, baru Jelita dan Evan menuju rumah sakit. Dan saat sampai di ruang perawatan Juwita, ternyata semua tengah berkumpul. Ada Ferdi, Rosa dan juga Arief.

"Kak..." Sapa Jelita setelah menyalami yang lain.

"Lit." Seulas senyum tipis terpampang di bibir Juwita.

"Cepet sembuh ya?!"

"Iya makasih."

Tidak lama kemudian Moza dan Fara pun datang. Karena terlalu penuh akhirnya Evan pamit menunggu Jelita di luar. Sudut bibir Juwita terangkat saat Evan pamit. Bagaimana tidak Juwita merasa senang, Evan pamit saat Arief tiba-tiba mendekati Juwita dan mengecek suhu tubuh Juwita dengan menempelkan telapak tangan di kening Juwita. Arief melakukan itu untuk memastikan kondisi Juwita yang hendak ia tinggal sebentar ke rumah untuk cek kondisi Syifa di rumah mertuanya sekaligus mengantar mertuanya pulang dan buka puasa bersama di rumah. Kasian Syifa, begitu yang ia lontarkan pada mertuanya.

Ferdi, Rosa dan Arief pamit, Jelita pun ikut pamit. mereka berempat keluar ruang perawatan Juwita bersamaan.

"Pulang sekarang?" Tanya Evan yang langsung bangkit dari duduknya. Evan memang tengah duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruang perawatan saat melihat Jelita keluar ruangan.

"Iya, ayo." Sahut Jelita. "Nggak pamit dulu?" Tanya Jelita pada Evan.

"Kamu udah pamit?" Tanya Evan.

"Udah."

"Ya udahlah, sama aja."

Mereka berempat pun menuju area parkir rumah sakit. Ferdi dan Rosa menuju mobil Arief sedang Jelita menuju mobil Evan yang diparkir agak berjauhan.

Kamu.... Juwita mengulas senyum tipis.

"Kenapa, Wit?"

"Nggak, aku cuma geli aja sama sikap Evan. Sok berubah buat bikin aku panas. Sekalinya aku sakit gini, dia masih inget aja bawain pear hijau." Ujar Juwita sembari menunjuk kantong buah yang dibawa Jelita. "Buah kesukaan aku apalagi kalau lagi nggak enak badan gini. Terus lucunya tadi. Kalian ngeh nggak pas Mas Arief pegang kening aku, dia langsung pamit keluar."

"Jangan-jangan si Evan itu sebenarnya masih berat sama lu." Ujar Fara.

"Bisa jadi, secara emang kalian kan dulu udah serius banget." Timpal Moza.

Juwita tersenyum lebar merasa percaya diri. Ia merasa apa yang Evan lakukan itu untuk menarik perhatiannya. Dan Evan merasa risih jika ia harus melihat Juwita bermesraan dengan Arief di depannya langsung.

"Aku nggak keberatan sebenarnya balik lagi sama dia, apalagi sekarang dia udah berubah seperti yang aku mau." Ujar Juwita pelan.

"Terus Mas Arief?" Tanya Moza terkejut.

"Dia bisa dapat yang lebih baik daripada aku." Sahut Juwita. Tatap Fara dan Moza pun bertemu.

***

Hmmmm.... Hmmmmm...
Ada yang gede rasa
Padahal Evan nakalnya sama yang satu lagi

Sedikit kenakalan Evan ada di part additional nya KaryaKarsa ya

Happy Reading ❤️

Happy Reading ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang