Sayang Jelita

848 72 21
                                    

"Lit, kamu mau pulang atau mau di sini dulu?" Tanya Evan pagi ini saat Evan hendak berangkat kerja.

"Di sini dulu aja." Sahut Lisa. "Ikut Mama sama Riri nyalon." Tambah Lisa.

"Iya tuh mending nyalon sama Mama sama Riri." Timpal Evan.

"Iya, Kak. Yuk. Bertiga biar seru." Ujar Riri.

"Iya, Kak. Aku di sini dulu aja." Putus Jelita akhirnya.

"Ya udah kalau gitu aku berangkat kerja dulu ya." Pamit Evan.

"Iya." Angguk Jelita sembari seperti biasa menyalami Evan yang hendak pergi itu. Lisa dan Riri saling curi pandang dan lempar seulas senyuman melihat itu.

Evan pun berlalu. Sebelum ke kantor ia menuju gerbang perumahan tempat Ferdi tinggal, di sana sudah menunggu Ina, asisten rumah tangga Ferdi.

"Bi Ina." Sapa Evan sekaligus meminta Ina untuk masuk mobil. Ina mengangguk lalu masuk "Maaf ya ngerepotin Bi Ina."

"Nggak apa-apa, A. Kan Bibi juga jadinya dianterin ke pasar pake mobil." Evan tersenyum tipis mendengar ucapan Ina tersebut. "Ada apa, A?"

"Bi Ina, saya mau tanya soal Jelita." Ujar Evan to the point.

"Tanya apa, A?"

"Jelita emang tertutup ya orangnya?" Tanya Evan. Ina diam beberapa saat.

Cerita Ina pun mulai mengalir, Evan hanya bisa menelan saliva. Ina asisten rumah tangga yang sudah dua puluh tahun bekerja di keluarga Ferdi. Sehingga Evan merasa Ina setidaknya sedikit banyak tahu tentang Jelita.

"Jadi selama ini yang sayang Jelita cuma Pak Ferdi?" Evan memastikan.

"Mungkin semua sayang tapi yang lebih kerasa dan keliat ya cuma Bapak. Neng Lita kalau mau apa-apa nggak bisa seenaknya minta ke Ibu, suka diceramahin dulu. Beda kalau Neng Wita yang minta. Sekali ngomong langsung dilaksanain." Papar Ina.

Dalam hati Evan setuju dengan pemaparan Ina. Jelita memang terlihat lebih dekat dengan Ferdi ketimbang Rosa.

"Tapi mereka saudara kandung kan, Bi?" Tanya Evan lagi.

"Saudara kandung. Makanya Bibi juga suka bingung sama Ibu. Tapi sekarang Bibi seneng banget pas liat mamanya A Evan baik banget ke Neng Lita. Soalnya sama Ibu, Neng Lita nggak pernah disayang seperti itu."

"Masa, Bi?"

"Iya. Yang Bibi ingat Neng Lita waktu kecil pernah dikurung di kamar mandi karena Neng Lita rewel. Semenjak itu Neng Lita nggak pernah rewel, nggak pernah ngeluh, selalu oke-oke aja."

Apa Jelita terkena inner child ya?! Batin Evan.

***

"Sebenarnya ada apa?" Dahi Ferdi mengerut.

"Maaf, Ayah. Tapi sepertinya sudah nggak ada kecocokan antara Arief sama Juwita." Ujar Arief pelan.

"Terus di mana Juwita sekarang?" Sambar Rosa.

"Memangnya Juwita nggak ada di sini?" Kini dahi Arief yang berkerut. Kemarin saat keluar rumah sakit, ia memang tidak bertanya Juwita hendak pulang ke mana.

"Nggak ada. Kita pikir Juwita ikut pulang ke rumah kamu." Ujar Rosa.

"Hmmmm....." Kening Arief mengerut, ia tampak berpikir.

***

"A, Neng Lita mana?" Tanya Juju saat melihat Evan pulang tanpa Jelita.

"Lagi di rumah Mama."

"Ohh..."

"Van." Sapa Juwita yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah.

"Wit." Sapa Evan yang membuat Juwita berbunga. Ini kali pertama Evan menyapanya dengan memanggil nama. Biasanya pasca mereka berpisah, hanya anggukan kecil. "Bisa kita bicara sebentar?"

JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang