Karena Kita Keluarga

751 71 16
                                    

"Bi, kalau Evan sama Jelita emang suka nginap di rumah Bu Lisa gini ya?"

"Suka."

"Sering?"

"Lumayan, Teh."

"Kalau Evan sama Jelita di rumah kayak apa sih, Bi?" Tanya Juwita mulai menjurus.

Deg, Juju terdiam sesaat. Nalurinya mengatakan sesuatu yang ia tidak inginkan.

"Ya seperti suami istri pada umumnya, Teh. Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa. Mereka pernah berantem, Bi?"

"Sepertinya pernah. Ya, Teh... Namanya juga hidup. Nggak selalu akur, nggak selalu bertengkar. Nggak selalu seneng, nggak selalu susah." Ujar Juju sok bijak. "Sawang sinawang. Makanya kata orangtua Bibi dulu, jangan suka berandai-andai jadi si a atau jadi si b. Sama kok tiap orang punya masalah."

"Gitu ya, Bi?"

"Iya, Teh." Angguk Juju mantap.

***

"Lit, buka di luar yuk?!" Ajak Evan tiba-tiba.

"Buka di mana?" Jelita yang tengah berada di pelukan Evan berlangsung melepaskan diri lalu menatap suaminya itu seksama.

"Hayo ikut aja." Ujar Evan sembari beranjak.

Jelita pun bersiap saat tahu Evan mulai bersiap. Evan lalu pamit pada orangtuanya. Jelita meski tidak tahu akan buka puasa di mana tetap menurut tanpa banyak bertanya.

"Lho kok?!" Dahi jelita berkerut saat mobil Evan menuju rumah orangtuanya malah kini sudah terparkir rapi tepat di depan rumah Ferdi.

"Kita jemput Ayah sama Ibu dulu." Ujar Evan pelan.

"Jemput...."

"Iya kita mau bukber di luarnya sama ayah sama ibu." Potong Evan.

"Ohh..." Jelita manggut-manggut.

"Assalamu'alaikum." Salam Evan diikuti Jelita.

"Waa'alaikumsalam." Sahut Ferdi dan juga Rosa.

"Maaf Ayah, Ibu... Kita lama jemputnya, barusan agak padat jalannya." Ujar Evan.

"Nggak apa-apa." Ujar Ferdi menenangkan.

"Berangkat sekarang? Ntar nggak kebagian tempat." Seloroh Rosa.

"Iya, ayo." Angguk Evan. "Kalau masalah tempat insyaallah dapat. Tadi Evan udah reservasi soalnya." Tambah Evan.

"Alhamdulillah." Ucap Ferdi lega.

Evan mengemudikan mobilnya menuju salah satu restoran yang berada satu naungan dengan sebuah hotel berbintang di kota mereka.

Setelah dari rumahnya dan berbicara dengan Juwita tadi, Evan memang mendapat ide untuk ajak Jelita lebih dekat dengan kedua orangtuanya melalui acara buka puasa hari ini. Hanya ada dirinya, Jelita dan orangtuanya.

Malam ini mereka buka puasa dengan hidangan spesial. Di sela-sela menunggu adzan seorang pramusaji datang membawa tart bertulis, makasih Ibu.

"Makasih ya Bu, sudah lahirkan putri seperti Jelita." Ucap Evan kemudian.

Rosa tertegun, begitu juga Jelita. Sedang Ferdi mengulas senyum.

"Makasih juga ya, Yah. Sudah izinin Evan nikahi Jelita." Ucap Evan kini pada Ferdi.

"Iya, sama-sama." Senyum Ferdi mengembang.

"Kak?!" Lirih Jelita. Evan tidak menyahut, ia hanya meraih lalu menggenggam jemari Jelita.

"Evan bahagia bisa masuk ke keluarga ini, jadi menantu Ibu sama Ayah, jadi suaminya Lita." Ujar Evan sembari melirik Jelita. "Jelita melayani Evan dengan sangat baik, melebihi ekspektasi Evan terhadap seorang istri sebelumnya." Tambah Evan. Rosa mengulas senyum tipis. "Sekali lagi makasih ya, Bu."

"Iya, sama-sama." Sahut Rosa dengan seulas senyum tipis.

Mereka lalu menikmati hidangan berbuka puasa. Setelah itu langsung pulang untuk menunaikan salat tarawih. Evan pun mengajak Jelita untuk salat tarawih di mesjid dekat rumah Ferdi bersama Ferdi, Rosa dan Ina.

Keluar mesjid samar Evan melihat Jelita tengah menawarkan diri membawakan mukena Rosa. Rosa terdiam tampaknya menolak dan ingin minta tolong Ina saja. Jelita tidak menyerah, ia membantu Rosa yang terhuyung saat memakai sandal.

Kamu pantas untuk disayang, Lit. Batin Evan.

Selesai salat, Evan pun meminta izin menginap. Hal tersebut langsung diangguki setuju oleh Ferdi. Ferdi sangat bersuka cita atas keinginan menantunya itu, karena ia sudah rindu sahur bersama Jelita.

"Kita nginap di sini?" Bisik Jelita.

"Iya." Angguk Evan yang mengajak Jelita beristirahat. Tapi mengetahui Rosa tengah menuju dapur untuk mengambil air minum, Evan pun pamit pada Jelita dengan alasan ingin mengisi ulang gelas di kamarnya.

"Bu..." Sapa Evan saat ia sudah berdiri di belakang Rosa.

"Iya." Rosa melirik.

"Maaf, boleh Evan minta waktunya sebentar? Ada yang mau Evan sampaikan."

"Boleh. Ada apa, Van?"

"Juwita ada di rumah Evan."

"Juwita? Lagi apa?" Dahi Rosa mulai berkerut halus.

"Nginep, Bu. Katanya dia ada masalah sama Arief. Tapi Evan nggak tahu masalah apa. Tadinya Evan keberatan, mohon maaf, bukan tidak berempati tapi Evan menjaga perasaan Jelita." Dahi Rosa lebih berkerut. "Tapi Jelita meminta Evan mengizinkan Juwita tinggal sementara waktu di rumah. Ia tidak tega membiarkan kakaknya tidak tentu arah. Alhamdulillah Jelita memang baik dan tulus ya ke siapa pun itu." Puji Evan. Rosa bergeming. "Itu saja yang mau Evan sampaikan. Evan bilang ini, takutnya Ibu sama Ayah cari Juwita."

"Iya makasih ya, Van."

"Sama-sama. Kalau gitu Evan ke kamar dulu, Bu." Pamit Evan yang diangguki Rosa.

Kembali ke kamar, Evan mendapati Jelita sudah terlelap. Evan mengulas senyum tipis lalu ikut berbaring dan terlelap.

Mereka baru bangun saat pemuda berkeliling membangunkan warga untuk sahur. Evan dan Jelita pun sahur bersama Ferdi juga Rosa. Diam-diam Rosa melirik putri yang baginya sebuah gangguan semenjak kehadirannya di dalam kandungan. Yang dilirik tampak acuh, ia hanya fokus pada makanan yang tengah ia nikmati.

Selepas sahur, sesaat sebelum mengambil wudhu untuk salat subuh Evan memanggil Jelita. Jelita menghampiri suaminya yang kini masuk kamar dan merogoh saku jaketnya.

"Lit, nanti kasihin ini ke Ibu dan Ayah ya?!" Ujar Evan sembari menyerahkan dua amplop.

"Ini apa?" Tanya Jelita dengan dahi berkerut.

"Sedikit rezeki buat Ayah sama Ibu." Jawab Evan setengah berbisik.

"Kak..." Jelita ternganga.

"Kenapa?"

"Nggak usah." Jelita menggeleng, tidak enak.

"Kok nggak usah? Kasih ya sama kamu, nanti aku temenin." Ujar Evan.

"Makasih."

"Iya sama-sama."

Rosa dan Ferdi terkejut mendapat amplop THR dari Jelita dan Evan. Ferdi sempat sungkan menerima tapi Evan menegaskan ia ingin berbagi kebahagian di Ramadhan kali ini bersama keluarganya juga keluarga istrinya. Keluarga besar. Ya Evan punya keluarga besar sekarang.

JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang