Sesampainya di rumah, Evan yang baru pulang dari kantor itu pun memutuskan segera mandi sore. Selesai mandi, saat hendak berpakaian tiba-tiba ponselnya berdering.
"Assalamu'alaikum."
"Waa'alaikumsalam."
"Maaf kalau ayah ganggu." Ujar Ferdi tidak enak hati. Takut-takut Evan masih di kantor sore ini.
"Nggak kok, Yah." Sahut Evan santai. "Ada apa?"
"Ayah kangen Jelita. Jelita diteleponin nggak diangkat-angkat, Ayah jadi khawatir. Jelita udah pulang kerja kan? Biasanya bulan Ramadhan gini, jam kerjanya dipangkas satu jam." Ujar Ferdi panjang lebar.
"Hmmm... Sebentar, Yah." Evan segera beranjak keluar kamar dan menuju kamar Jelita. "Evan juga baru aja sampai, belum liat Jelita. Evan liat ke kamar dulu."
"Waah maaf ayah jadi ngerepotin."
"Nggak ngerepotin kok, Yah." Perlahan Evan membuka pintu kamar Jelita. Tampak Jelita meringkuk di atas tempat tidur. "Jelita kayaknya ketiduran, Yah." Ujar Evan pelan.
"Oalah pantesan."
"Capek kayaknya." Cetus Evan. "Mau Evan bangunin?"
"Nggak usah. Kasian. Tolong ingetin buat salat aja sebentar lagi, takutnya Jelita belum salat."
"Iya, Ayah." Tutup Evan.
Selesai menerima telepon, Evan berjalan mendekat. Ia lalu duduk di pinggiran tempat tidur. Ditatapnya Jelita yang ternyata tampak polos saat sedang tertidur. Seulas senyum tipis terpampang di bibir Evan.
"Kak?!" Jelita yang terbangun terkejut mendapati Evan ada di kamarnya, duduk tidak jauh dari dirinya sembari menatap ke arahnya. Cepat-cepat Jelita bangun.
"Ayah telepon, nyariin kamu." Ujar Evan.
"Hah?!" Jelita tampaknya masih belum sadar betul.
"Capek ya?" Tanya Evan kemudian.
"Berasa lemes aja hari ini." Jujur Jelita.
"Udah salat?"
"Udah tadi."
"Nih telepon balik ayah."
"Pake puny...."
"Udah katanya lemes, hp kamu pasti masih di tas. Mending pake yang ada di depan mata." Potong Evan yang mampu menghentikan pergerakan Jelita yang hampir beranjak meraih tas kerjanya.
"Hehe iya." Cengir Jelita sembari menerima ponsel Evan.
Di tempat lain, Juwita menghampiri Ferdi yang tengah duduk seorang diri di depan televisi. Menyadari Juwita menghampiri, Ferdi menoleh ke arah putri sulungnya itu.
"Syifa, mana?"
"Lagi sama Bi Ina."
"Ohh..." Ferdi manggut-manggut. "Arief belum pulang?" Tanya Ferdi.
"Bentar lagi kayaknya." Jawab Juwita.
Tiba-tiba ponsel Ferdi yang disimpan di atas meja berdering. Meski sekilas, Juwita bisa melihat siapa yang menelepon.
"Assalamu'alaikum, Van?!" Sapa Ferdi cepat.
"Waa'alaikumsalam. Ayah ini Lita."
"Ehh kamu." Ferdi sumringah juga lega mendengar suara Jelita riang seperti biasa. "Kata suami kamu, kamu lagi tidur." Seloroh Ferdi yang membuat Juwita terdiam. Jelita? Telepon Ayah pakai nomor Evan? Batinnya.
"Iya, ini baru bangun."
"Udah salat?"
"Udah."
"Udah nyiapin buat buka? Kalau belum, sini. Buka di sini. Ajak Evan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita
RomanceJelita pernah sesumbar ingin memiliki pasangan seperti calon kakak iparnya. Bagaimana jadinya jika calon kakak iparnya itu tiba-tiba menjadi suaminya, bukan iparnya. Cuma cerita ringan ya ini... Happy Reading ❤️