Gus Ibnu kembali ke pondok untuk mengambil baju ganti. Gus Ibnu juga tidak lupa meminta doa pada santri. Gus Ibnu menggendong ilzam.
" Nak kamu sama Paman dulu ya." Ucap Gus Ibnu.
" Kakak tenang aja Rizky akan jaga ilzam."
" Makasih ya Riz."
Mereka pun meninggalkan pesantren. Gus Ibnu menuju rumah sakit. Sedangkan Rizky akan kembali ke Jakarta. Rizky tidak bisa lama-lama karena pekerjaannya menumpuk saat ditinggal ke Amerika.
Oh ya, jangan lupa ceysa juga ada di Indonesia untuk beberapa hari ke depan dia akan menjaga ilzam sampai kakak iparnya nya sembuh.Gus Ibnu mesuk ke kamar dimana istrinya di rawat. Dia melihat mertuanya sudah sangat lelah.
" Ayah sama bunda istirahat dulu."
Novan dan Dewi pamit untuk pergi ke hotel terdekat untuk beristirahat.
Gus Ibnu duduk sambil melamun di samping istrinya. Dia sangat takut istrinya meninggalkan dirinya. Tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika perempuan yang dicintainya meninggalkan dirinya. Gus Ibnu merasa ada tangan yang mengusap air matanya.
" Sayang."
" Kenapa mas menangis." Lirih Aina.
Gus Ibnu memeluk sang istri.
" Kenapa kamu mengingkari janjimu lagi." Ucap Gus Ibnu tidak melepaskan pelukannya. Aina hanya memainkan rambut suaminya yang lembut selembut sutra.
" Sayang jawab pertanyaan mas."
" Yang mana mas?."
Gus Ibnu menatap mata sang istri.
" Kenapa kamu menyembunyikannya ini dari mas?."
" Aina tidak menyembunyikannya, Aina hanya menunggu waktu yang tepat." Ucap Aina sambil tersenyum.
" Sampai kanker kamu stadium lanjut. Kenapa kamu menanggung ini sendiri sayang." Purau Gus Ibnu.
" Mas ini sudah takdir. Jika suatu hari Aina pergi dulu mas harus ikhlas."
" Sayang jangan bilang begitu kamu pasti bisa sembuh." Ucap Gus Ibnu mencium pipi sang istri.
Aina tersenyum. Rasa sesak di dadanya.
" Aina capek melawan ini, sakit banget mas. Aina gak kuat lagi."
" Kamu harus kuat sayang."
Aina menggeser tubuhnya. Menepuk sebelahnya. Gus Ibnu yang mengerti langsung tidur di samping istrinya. Mata mereka bertemu, air mata Aina sudah tidak di bendung lagi. Sebenarnya dia juga takut tidak bisa memandang wajah ini, melihat senyumnya, mendengar suaranya, mencium aroma tubuh nya.
" Sayang jangan menangis." Gus Ibnu mengusap air mata sang istri.
" Mas maaf kan Aina."
" Ngapain kamu minta maaf, kamu gak salah."
" Aina banyak salah pada mas, Aina bukan istri yang baik untuk mas."
" Sayang jangan ngomong begitu di mata mas kamu adalah istri yang sangat sempurna. Ayok jangan putus asa. kamu pasti bisa sembuh. mas akan melakukan apa saja agar kamu bisa sembuh. Sayang mas gak bisa hidup tanpa kamu."
Aina semakin menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Penyakit Aina sudah menyebar kamana-mana, kemungkinan hanya 10 persen Aina untu sembuh. Tapi gak papa, Aina ikhlas jika harus pulang sekarang."
Gus Ibnu hanya diam. Sekuat tenaga dia menahan air matanya.
" Boleh Aina minta satu permintaan untuk terakhir kalinya?." Tanya Aina.
Hm.....
" Mas gak papa sedih saat Aina pergi tapi jangan lama-lama terlarut dalam kesedihan. Mas harus lebih semangat menjalani hidup tanpa Aina. Dan satu lagi yang penting mas harus ikhlas melepaskan Aina jika pergi." Ujar Aina.
Gus Ibnu tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menarik Aina kedalam pelukannya. Kedua pasangan halal itu sama-sama menangis. Ada rasa takut kehilangan dan pergi dia antara mereka berdua.
..............
2 hari Aina di rawat di rumah sakit. Namun tidak ada perkembangan sama sekali. Keadaannya semakin parah. Dokter juga angkat tangan untuk menyembuhkan Aina. Namun tidak dengan Gus Ibnu, dia yakin akan ke ajiban Allah.
Saat Gus Ibnu sedang berdoa, mengadu dan meminta pada Allah. Tiba-tiba hendpondnya berdering. Terpampang nama ayah mertua. Gus Ibnu langsung mengangkatnya.
" Nak cepat kamu ke sini, Aina masuk ICU lagi. Tadi dia kejang-kejang." Ucap Novan.
Gus ibnu langsung berlari menuju ruang ICU. Dia mengabaikan semua orang yang menyapanya. Gus Ibnu melihat Dewi sedang menangis begitu juga Novan. Gus Ibnu semakin takut.
" Dok gimana keadaan istri saya?." Tanya Gus Ibnu.
Dokter Akbar diam. Sangat berat memberi tau ini pada Gus Ibnu.
" Jawab dok, gimana keadaan istri saya. Dia gak apa apa kan?." Tanya Gus Ibnu mengguncang pundak dokter Akbar.
" Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir berkata lain, pasien tidak bisa di selamatkan."
Bagaikan dihantam batu besar.
" Katakan kalok itu bohong dokter." Teriak Gus Ibnu.
" Katakan dokter."
" Nak Ibnu kamu yang sabar, kamu harus ikhlas."
Gus Ibnu tidak bisa terima ini, dia langsung masuk ke dalam. Memeluk tubuh Aina yang sudah tidak bernyawa.
Hiks.....hiks ....... Hiks........
" Sayang kenapa kamu ninggalin aku?."
" Sayang bangun, bangun. Kamu gak boleh ninggalin aku sama ilzam. Ilzam masih sangat membutuhkan kamu."
Hiks......hiks......hiks...........
Semua keluarga datang kesana, begitu juga anak geng cobra. Mereka semua menangis, merasa kehilangan orang sebaik Aina.
" Dek kamu yang sabar, kamu harus ikhlas."
" Gak kak, aku gak bisa. Ya Allah kenapa engkau mengambil semua orang yang aku sayang." Ucap Gus Ibnu.
" Istighfar dek, kamu gak boleh seperti itu. Semua makhluk akan kembali pada sang pencipta." Ujar Raihan.
" Sayang bangun mana janji kamu yang akan ngurus ilzam sampai besar, ayok sayang bangun."
Mereka yang melihat Gus Ibnu semakin kasihan.
" Sayang bawa aku bersamamu, aku gak kuat jika kamu gak ada di sampingku, sayang bawa aku, ayok bawa aku." Ucap Gus Ibnu frustasi.
" Istighfar, istighfar dek. Ingat ilzam masih butuh kamu. Ikhlaskan kepergian Aina biar tenang." Ujar Raihan.
" Kakak gak tau rasanya jadi aku. Setelah umik dan Abah pergi ninggalin aku, sekarang istriku pergi ninggalin aku. Kak hidup ku sepi gak ada mereka." Ucap Gus Ibnu.
" Mereka sangat berarti dalam hidupku."
Jangan lupa teman-teman jangan tinggalkan jejak.🙏🙏🙏🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Tomboy Milik Sang Gus
SpiritualBudidayakan vote, dan follow author 😊😊 Tahap revisi! Kalok author gak males😁 ~ Tamat ~ Mencintai dalam diam itu sangat menyakitkan, apalagi seseorang yg kita cintai tidak mencintai kita dan telah mempunyai seseorang di dalam hidup nya. Ini yang...