Ah ... lagi-lagi.
Xiao Zhan merenung sedih. Dia meninggalkan studio dan menuju ruang duduk. Memandangi hujan salju ringan di luar sana dengan aura kebekuan yang kuat.
Xiao Zhan meminta secangkir kopi panas pada Mianmian, dan lima menit kemudian ia termenung menyangga dagu sambil mengamati uap yang mengepul dari dalam cangkir. Memanjang berbentuk pita, berputar, bergulung. Lalu berputar, dan bergulung lagi.
Dalam gambaran uap itu, ia melihat seolah hidupnya terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Kembali ke awal, seakan-akan waktu bergerak mundur.
Buat sebagian orang, mungkin waktu hanya putaran jarum jam dengan momen demi momen yang lekas berganti dan lekas terlupakan.
Tetapi bagi dirinya yang terkekang masa lalu yang kelam, ‘lupa’ adalah satu hal yang tidak mudah.
Mengapa sebagian orang tidak bisa melupakan masa laluku?
Mengapa aku tidak juga terbebas dari jeratan itu?
Kini, masa lalu itu kembali mengejarnya, seiring rasa sesal yang menyesakkan jiwa.
/Tiga Bulan Sebelumnya/
Xiao Zhan nyaris bisa melihat kembali gemerlap lampu-lampu pesta di kediaman Tuan Han. Sinarnya yang menyilaukan seolah menembus kelopak mata. Suasana tidak terlalu hingar bingar. Hanya ada sekitar lima puluh orang yang diundang.
Aroma campur aduk dari berbagai merk parfum mahal memenuhi seisi ruangan seluas tiga ratus meter persegi.
Pintu masuknya dijaga oleh pelayan berseragam hitam putih dengan rompi marun. Seluruh ruangan itu memancarkan aura kekayaan dan sok pamer. Dengan meja-meja bundar disesaki hidangan dan buah-buahan serta patung es yang mengepulkan uap sebagai pajangan di setiap meja.
Pesta malam yang membosankan. Itu adalah kali kedua Xiao Zhan diperkenankan menghadiri sebuah private party. Sebenarnya Kehadirannya sama sekali tidak perlu.
Tema pesta ini adalah seputar pengambilalihan perusahaan jewelry terbesar ketiga di Shanghai oleh Tuan Han. Hanya para eksekutif yang hadir.
Tuan Wang salah satunya. Salah satu anak perusahaannya adalah produsen perhiasan dan aksesoris berkelas di kota itu dengan sejumlah outlet yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan mewah. Karena Wang Yibo adalah putra tunggal sekaligus menjabat direktur junior di perusahaannya, yang membenci jabatannya sendiri dan sama sekali jarang aktif di rapat penting perusahaan, maka ia pun ikut hadir atas permintaan kekasihnya.
Tak ada seorang pun yang ia kenal di pesta itu. Xiao Zhan duduk terkantuk-kantuk di sudut ruangan. Sesekali wanita-wanita kelas atas yang terlalu muda untuk jadi istri para CEO itu melemparkan lirikan tajam padanya. Sebagian lirikan dipenuhi rasa penasaran, sisanya lirikan menggoda.
Xiao Zhan menyaksikan dari jarak beberapa meter Wang Yibo berbicara dengan sopan pada seorang eksekutif yang sudah beruban. Dia memaksakan diri untuk antusias dalam percakapannya, sekali waktu Wang Yibo melirik padanya dan mengedipkan mata.
Xiao Zhan tersenyum lebar. Merasa geli melihat sang tuan muda yang dipaksa bergabung dalam dunia yang penuh muslihat dan persaingan terselubung itu.
Sebelum benar-benar nyaris tertidur karena bosan, Xiao Zhan mengambil sebotol Budweiser dan sepiring penuh makanan pembuka untuk dirinya sendiri. Lantas duduk di meja paling sudut, menikmati makanannya.
Sepuluh menit kemudian Xiao Zhan telah menghabiskan sushi dan cheese cake. Dia tengah bersandar dengan santai sewaktu seorang pemuda berjas hitam yang belum pernah ia lihat sebelumnya bergegas mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...