Xiao Zhan berjalan cepat menuju kolam air mancur itu dan memperhatikan sekeliling. Kemudian matanya menangkap seorang gadis bertubuh langsing dengan tinggi sedang. Gadis itu mengenakan rok hitam dan mantel coklat tua. Rambutnya hitam sebahu. Dia berdiri membelakanginya.
Xiao Zhan menghampiri gadis itu.
"Alina!"
Gadis itu berbalik menghadap Xiao Zhan. Dia cantik dan imut dengan mata bulat cemerlang.
"Kau mengawasiku?" selidik Xiao Zhan.
Gadis itu tersenyum dingin.
"Kau yang menguntitku. Tak kusangka kau sampai ke kota ini. Dan ya, aku sudah melihat anak kecil itu, kau rupanya sudah mendapatkan penggantiku," sahut gadis yang dipanggil Alina itu, tersenyum lagi dengan malas.
"Jadi yang seperti itu seleramu. Seharusnya kau mengatakannya pada Zanjin."
Xiao Zhan menatap tajam. Entah mengapa mendengar seseorang membicarakan Wang Yibo dengan cara meremehkan seperti itu membuatnya marah.
"Jangan ungkit nama Zanjin di depanku. Itu membuatku merinding."
"Baiklah. Tetapi kuharap kau berhenti menguntitku," ujar Alina, kali ini lebih serius.
"Aku tidak menguntitmu. Kedatanganku kemari adalah untuk berlibur dan menghindari rencana Zanjin yang murahan itu," Xiao Zhan berkata sinis, ditanggapi Alina yang mengibaskan tangan dengan muka kesal.
"Jangan berkata murahan. Kau sudah tahu pekerjaan apa yang akan kau jalani. Mengapa sekarang berlagak terhormat?" Nada suaranya semakin sinis.
Xiao Zhan berdiri kaku di tempatnya.
"Kau .... " Suaranya bergetar.
Alina menghela nafas panjang. Untuk beberapa lama, keheningan menjerat keduanya.
"Aku sudah berjuang selama ini. Kau menutup semua aksesmu. Aku hanya ingin bertanya sekali lagi, apakah kau sudah benar-benar tak mau membantuku lagi?" tanya Xiao Zhan.
"Sudahlah, Zhan. Kita sudah selesai. Berhentilah bersikap seolah-olah kau pria normal. Aku lelah dengan kepura-puraanmu. Mengapa tidak kau coba saja mengikuti takdirmu. Mungkin akan ada akhir yang bahagia," ujar Alina dengan suara lebih tenang.
"Semoga kau bahagia dengan pacar kecilmu itu."
"Kau egois!" bentak Xiao Zhan.
"Terserah." Alina menyahut tak acuh.
Xiao Zhan berjalan pergi dengan menghentakkan kaki diikuti tatapan mata Alina yang memandanginya sambil menggelengkan kepala.
Setelah sepuluh menit, Xiao Zhan duduk kembali di hadapan Wang Yibo dengan ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa.
"Maaf, agak lama," ujarnya.
Dia menghirup minumannya, menggigit-gigit bibir tipisnya dengan gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...