Suara berkeretak terdengar saat Wang Yibo mendorong pintu gerbang besar mansion Wang.
Halaman yang sepi dan penuh dedaunan kering yang berguguran dari pohon-pohon bunga menyambutnya.
Atmosfir yang ia rasakan sangat dingin dan sunyi. Tak ada satpam yang biasanya selalu berjaga dan tukang kebun yang merawat taman dengan teliti.
Wang Yibo merasakan kekosongan yang aneh. Ada sesuatu yang berubah di dalam rumah ini. Dia merasakannya tapi tidak tahu apa dan mengapa.
Seorang wanita setengah baya yang setahunya merupakan juru masak terlihat melintas di halaman.
"Tuan Muda." Pelayan itu membungkukkan punggungnya yang lentur. Seolah tubuhnya memang terlatih untuk membungkuk dan menjadi seorang pelayan.
"Di mana ayah?" tanya Wang Yibo. Matanya menyipit seraya menjelajahi setiap sudut halaman luas.
Sore itu tidak turun salju dan kumbang-kumbang berdengung samar.
"Tuan di taman belakang. Sedang bermain catur."
Yibo mengangkat alis dan berjalan menuju pintu utama.
* * *
Wang Yibo menyaksikan ayahnya tengah duduk bersama Lu Jianmin di set kursi meja taman terbuat dari marmer putih. Dia berjalan lambat-lambat dan tidak bicara sampai ayahnya sendiri yang menyadari kedatangannya.
"Hallo Yibo, bagaimana kabarmu?" Tuan Wang menyapa puteranya dengan keramahan yang absurd.
"Senang sekali melihatmu berkunjung kkemar." Dia menata ulang bidak-bidak catur di atas papan permainan.
"Baik sekali Ayah, dan sangat bahagia, seperti yang kau lihat," sahutnya agak sinis.
Lu Jianmin bangkit dari duduknya dan mundur dengan sopan.
"Silakan Tuan Muda, saya akan siapkan teh untuk Anda."
Wang Yibo mengangguk samar. Dia duduk di hadapan ayahnya, menghadapi papan catur.
"Rupanya aku mengganggu permainanmu," ujar Wang Yibo datar.
"Sama sekali ttida." Tuan Wang membetulkan letak kacamatanya.
"Aku bahkan sangat senang bisa menemukan lawan yang seimbang."
Dia berhati-hati menyusun pion-pion itu.
"Kau bisa memainkan putih," ujar Tuan Wang ringan.
Wang Yibo melirik curiga tapi mengangguk setuju.
Tuan Wang memulai permainan dengan memindahkan pion di depan menteri dua kotak. Wang Yibo memajukan pion yang berseberangan dengan menteri hitam dua kotak juga.
"Kudengar kau sudah menemukan apartemen baru," Tuan Wang berkata sambil memindahkan gajah hitamnya dua kotak.
"Kau tidak memberiku peringatan lebih awal, aku dan Xiao Zhan pindah dengan tergesa-gesa," sahut Wang Yibo dingin. Tanpa ragu dia memainkan pion rajanya satu kotak.
"Kau boleh kembali ke mansion ini. Aku menyambutmu dengan tangan terbuka." Tuan Wang memindahkan kuda ke arah gajah 3.
"Apa kau menerima Xiao Zhan juga di rumah ini?" selidik Wang Yibo. Tangannya bergerak memindahkan gajah dua kotak.
"Aku khawatir tidak," desah Tuan Wang.
Dengan keyakinan yang semakin kuat, Wang Yibo menyeringai sinis. Ayahnya belum putus asa untuk memisahkan dia dengan Xiao Zhan secara halus dan perlahan-lahan.
"Sayang sekali kalau begitu, aku menolak kembali ke mansion Ayah," ujar Wang Yibo enteng.
"Oh begitu rupanya, kau tidak seamatir yang kukira," desis Tuan Wang, mulai muak dengan sikap keras kepala putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...