Dokter mengatakan bahwa Tuan Wang harus dirawat selama tiga hari ke depan untuk memastikan kondisinya benar-benar stabil.
"Jangan rumah sakit lagi," pria tua itu memohon dengan suara parau.
"Aku ingin berlibur ke pantai dan berenang bersama lumba-lumba."
Dokter yang mengeceknya tertawa. Dia menepuk punggung tangan Tuan Wang dengan lembut.
"Kau harus pulih dulu. Lumba-lumba bisa menunggu."
Dokter menyelesaikan beberapa pemeriksaan rutin kemudian berlalu keluar meninggalkan Tuan Wang yang memejamkan mata, merasa mulai frustasi dan bosan.
Saat pria tua sakit itu membuka mata, ia melihat bayangan seseorang di dekatnya. Sosok yang membuatnya gelisah dan marah selama ini. Xiao Zhan duduk membisu di samping ranjang pasien.
"Di mana Yibo?" tanya Tuan Wang perlahan.
"Dia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali."
"Anak itu masih bisa bekerja. Semangatnya mengagumkan."
"Ya." Xiao Zhan mengangguk setuju.
"Sayang sekali jika semangat anak muda seperti dia harus pupus hanya karena aku mengalami kebangkrutan."
Tuan Wang mendesah masygul.
Mendengar itu, Xiao Zhan terdiam seribu bahasa. Dia merasa arah pembicaraan sebentar lagi akan kembali mendorongnya ke tepi jurang.
"Malam itu ... " Xiao Zhan berkata pelan, "apa yang membuatmu sampai terkena serangan jantung?" Ia mengeja kata demi kata dengan perasaan waswas.
"Tuan Han mengancam untuk mengambil alih rumahku dan melelangnya."
Xiao Zhan terhenyak.
"Apa memang harus begitu?"
"Dia mengancam akan melaporkanku pada pemerintah atas banyaknya transaksi ilegal."
Tuan Wang menerawang ke langit-langit.
"Di atas kertas, tak ada lagi yang tersisa selain rumah itu."
Xiao Zhan merasa sesak. Dia tanpa sadar melonggarkan kerah kemejanya.
"Jadi kau menyerah pada keadaan dan pada penyakitmu?"
Tuan Wang menyeringai getir.
"Rumah itu bukan hanya sekedar rumah bagiku. Rumah itu adalah kenangan. Bahkan Yibo pasti akan merasa kehilangan masa kecilnya dan jejak kenangan bersama ibunya yang telah meninggal."
"Kapan Tuan Han akan mengambil alih rumahmu?" tanya Xiao Zhan.
"Jika tak ada penawaran dari pihakmu, mungkin sekitar dua pekan lagi. Aku berharap tidak perlu menyaksikan rumah itu dilelang. Kukira aku akan mati malam itu."
Xiao Zhan menatap pria tua itu dengan berjuta emosi melintas di kepalanya.
Dia menebak-nebak bagaimana reaksi Wang Yibo jika ajal menjemput ayahnya. Apakah pemuda itu akan tetap menjadi orang yang sama? Dengan semangat yang mengagumkan? Apakah mereka akan masih bisa saling mencintai setelah merasakan kehilangan yang begitu besar?
"Kau tidak boleh mati. Hanya kau satu-satunya yang Yibo miliki," ujar Xiao Zhan.
"Orang akan hidup jika masih memiliki harapan. Aku kehilangan uang dan puteraku dalam waktu yang bersamaan. Dan dengan penyakit tua ini, kau pikir berapa lama aku bisa bertahan?" Nadanya meskipun perlahan tapi mencemooh. Sepertinya orang tua itu tengah menertawakan diri sendiri.
"Yibo sangat menyayangimu. Dia sangat bersedih mengetahui kau kritis dan masuk rumah sakit."
"Benarkah? Tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Aku tetap akan jatuh. Hanya kau yang bisa memutarbalikkan keadaan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...