Satu minggu kemudian, keduanya menyibukan diri dengan mencari apartemen baru. Semua apartemen yang berhasil mereka lihat terlalu mahal atau terlalu biasa di mata Wang Yibo.
Meskipun agak sulit dan dengan berbagai pertambangan, mereka manemukan sebuah unit apartemen di salah satu wilayah paling tenang di Shanghai, agak jauh dari pusat kota tapi cukup menawan. Apartemen itu bernama La Promenade.
Bangunan itu berdiri anggun di tepi jalan yang lebar dan cukup lengang. Xiao Zhan berdiri di tepi jalan sambil mengawasi para pegawai ekspedisi menurunkan barang-barang dari dua truk besar sewaan.
Dia memasukkan kedua lengan ke dalam saku mantel yang hangat. Syal tebal melingkar di lehernya.
Di sepanjang tepian jalan tumbuh pohon-pohon sakura berbunga ungu. Sebagian dahan mengering dan sebagian lain menumbuhkan kuncup bunga-bunga ungu yang merunduk di bawah terpaan hawa dingin.
"Menakjubkan bukan?" Wang Yibo berjalan menghampiri, lalu berdiri tepat di samping Xiao Zhan, mengarahkan pandangan ke titik yang sama.
"Jika musim dingin berakhir, sakura ungu itu akan memekarkan bunga-bunga yang indah, dan jika mereka berguguran, jalanan akan dipenuhi warna ungu," dia meneruskan seraya mengembangkan senyum tipis.
"Akan menyenangkan rasanya menyinggahi keindahan seperti itu setiap sore pulang kerja. Terlihat mirip musim gugur di Jepang," dia terkekeh kecil, menggosok-gosokkan telapak tangan dan menempelkan di wajahnya.
"Kau menyukai tempat ini?" usik Xiao Zhan.
"Tentu. Asal bersamamu, di mana pun tidak masalah," sahut Wang Yibo.
Xiao Zhan menoleh menatap pemuda di sampingnya. Ada kesendirian dan kerapuhan di permukaan mata gelap itu. Ada hawa dingin yang memancar, menariknya untuk ikut bergabung dalam sebuah rasa hampa dan tak berdaya.
Yibo tidak bahagia dengan semua ini, batinnya perih.
"Kau benar-benar bisa menerima perubahan ini dengan lapang dada?" dia bertanya lagi, cukup berhati-hati.
Wang Yibo tertawa kering.
"Lapang dada? Ah, kedengarannya memang tidak mudah. Di saat aku menyimpan sejuta harapan demi diri sendiri dan juga demi dirimu. Tetapi semuanya berakhir seperti ini, agak sulit untuk keluar dari jeratan rasa kecewa."
Xiao Zhan mengatupkan bibirnya.
"Yah, aku mengerti," dia bergumam.
"Tapi jangan khawatir," Wang Yibo menyela.
"Kita akan melalui ini bersama-sama. Kita mungkin tidak seberuntung kemarin tetapi masih lebih beruntung dibanding hidup orang lain."
"Bijaksana sekali," komentar Xiao Zhan, mengerling manis.
Wang Yibo menarik tangan pemuda cantik itu, mengajaknya memasuki pelataran apartemen.
"Ayo! Aku sudah tidak sabar membayangkan bisa menenangkan pikiran dan menikmati suasana yang berbeda."
Keduanya berjalan beriringan. Wang Yibo mengangkat wajah, jari telunjuknya terarah ke sebuah balkon di atas sana. Xiao Zhan mengikuti arah yang ditunjuk kekasihnya.
"Lihat, dari balkon itu aku akan menyaksikan pemandangan menakjubkan, berdiri di pagi hari menunggu tanda-tanda terbitnya matahari sambil bersenandung lagu Can't help falling in love with you," Wang Yibo berceloteh lagi dengan keceriaan yang absurd.
Xiao Zhan tersenyum getir, merasakan bahwa kebahagiaan kekasihnya itu tidaklah nyata.
Setelah itu keduanya mulai berunding mengenai peletakan dan pengaturannya. Apartemen itu memiliki tiga kamar dengan ukuran sedang. Satu kamar tidur bersama dan satu kamar lagi disulap menjadi studio lukis Xiao Zhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...