Wang Yibo setengah berlari menuju taman samping rumah sakit dengan dada bergemuruh karena amarah.
Dilihatnya Yangyang berdiri dalam keremangan menatap sebatang pohon sakura.
"Apa yang kau lakukan pada Xiao Zhan?!" Dia menyerbu ke arah pemuda itu, menarik kerah kemejanya.
Yangyang tidak mengantisipasi tindakan kasar Wang Yibo. Bahunya yang lunglai berguncang tanpa perlawanan.
"Kenapa kondisinya bisa separah itu?" desisnya geram.
Yangyang menatapnya nanar, ujung matanya berkedut-kedut.
"Aku juga tidak tahu," dia menjawab.
"Bohong! Katakan apa yang terjadi?"
“Sekawanan preman memukulinya?"
"Orang-orangmu?"
"Tentu saja bukan. Kau gila!"
Wang Yibo memperkuat cengkramannya. Tatapannya beringas.
"Katakan siapa?"
"Aku tidak tahu!"
"Katakan, atau aku akan menghabisimu!"
"Aku bersumpah, aku tidak tahu!"
Keduanya berpandangan dengan mata sama-sama kemerahan.
"Apakah preman itu suruhan ayahmu?" tanya Wang Yibo, penuh ancaman.
Yangyang ingin mengatakan tidak, tetapi tenggorokannya serasa tersumbat.
Wang Yibo menyeringai.
"Aku tahu sekarang. Kekhawatiran di matamu sudah menjawabnya."
Wang Yibo mendorong bahu Yangyang sekuat tenaga. Pemuda itu terhuyung-huyung, kepalanya agak pening.
"Aku menemukannya terkapar di depan bar," dia berusaha menjelaskan.
"Keadaannya sudah begitu. Beruntung preman itu tidak sempat menghabisi Xiao Zhan."
Wajah Wang Yibo memucat. Bahkan dalam keremangan ekspresinya tampak jelas ketakutan.
"Tidak! Jangan sampai itu terjadi." Bibirnya gemetar.
"Seharusnya kau berterima kasih padaku," komentar Yangyang, menyentuh-nyentuh pelipis sambil meringis.
"Diam! Pecundang. Bagaimana kau bisa tiba-tiba menemukan Xiao Zhan? Kau menguntitnya?" selidik Wang Yibo penuh curiga.
"Cerdas!" Yangyang menyeringai.
"Seorang penguntit pun bisa menjadi pahlawan."
Wang Yibo kembali menggeram, dia menghambur ke arah Yangyang tapi tidak memukulnya. Secepat kilat tangannya mengambil sesuatu dari balik mantel.
Sebuah revolver.
Dia menempelkan pistol itu ke leher Yangyang.
Yangyang mengawasi senjata itu dan sudah tidak kaget lagi.
Kenapa Wang Yibo selalu sewaspada itu?
"Apa masalah akan selesai dengan membunuhku?" dia mendesis.
"Ya," jawab Wang Yibo mantap.
"Kau tidak tahu, betapa ingin aku mencabik-cabikmu karena kau berani menyentuh Xiao Zhan."
Tatapannya penuh hasrat membunuh. Seperti vampir yang sinting karena haus darah.
"Lalu, apakah kau akan kembali bahagia bersama Xiao Zhan, kau akan masuk penjara dan dia akan semakin jauh darimu."
Wang Yibo masih mengawasinya dengan geram, tetapi otaknya perlahan mencerna sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...