𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢

Chapter 05

👆Beautiful sad love song👆
Alejate by Josh Groban (Yizhan video)

Wang Yibo menyerbu masuk ke dalam kamarnya persis setelah Xiao Zhan selesai mengemasi pakaian ke dalam tas travellingnya.

"Zhan ge!" Suaranya panik dan khawatir.

"Zhan ge! Ke mana kau akan pergi?"

Dia menarik lengan baju Xiao Zhan. Mencoba menahannya.

"Mengapa kau pergi seperti ini? Kau marah padaku?"

Xiao Zhan mengerutkan kening.

"Aku tidak marah padamu, aku hanya harus pulang."

Kali ini, Wang Yibo mencengkram tangannya dengan erat.

"Bohong! Kau marah padaku, kau membenciku, kan? Pasti karena gadis itu. Dengar, ia hanya temanku. Aku sudah memintanya untuk pergi. Aku bahkan tidak ingat siapa namanya. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Yibo, aku tidak ingin membahas ini."

Xiao Zhan meraih tasnya.

"Zhan ge! Tolong maafkan aku. Jangan pergi seperti ini!"

Xiao Zhan menatap pemuda itu, berusaha tenang.

"Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, kau sedang dalam pelarian. Kita seperti dua orang bodoh yang terjebak emosi yang rumit dan konyol. Kau benar-benar berpikir itu adalah cinta? Bukan sesuatu yang palsu?"

Wang Yibo mundur selangkah.

"Palsu?" gumamnya dengan mata nanar. "Kau bilang kau mencintaiku!"

Xiao Zhan terperangah kaget. Kapan dirinya pernah bilang begitu.

Ah, anggur sialan itu. Dia memejamkan mata.

"Dengar, Yibo! Aku sungguh-sungguh ingin melihat kau hidup normal seperti pemuda lainnya. Aku sudah tahu kau seorang tuan muda dengan masa depan cemerlang. Sebagai seorang penerus, kau harus menikah dan memiliki keturunan. Hiduplah dengan bahagia."

Wang Yibo menggeleng-geleng panik.

"Tidak! Apa gunanya menjadi seperti pemuda lain kalau pada akhirnya tetap tidak bahagia! Aku tidak ingin menjadi normal, aku hanya ingin selalu bersamamu."

"Lalu apa yang akan kau katakan pada orang tuamu? Dan bagaimana menjelaskannya? Kau akan mengatakan bahwa kau mencintai sesama pria dan ingin hidup bersamanya selamanya? Ide gila apa ini?"

"Memangnya kenapa kalau kita sama-sama pria?!"

Xiao Zhan terhenyak. Itu yang dia katakan pada ayahnya dulu. Memangnya kenapa?

Tetapi ayahnya tidak mau mengerti.

"Apa yang kau pikirkan, Yibo? Bahwa kita akan berciuman di balkon lalu semua orang akan bertepuk tangan dan memberikan ucapan selamat? Tidak. Orang-orang akan menggunjingkan keluargamu yang terhormat. Kau mengerti betapa sulitnya itu? Kau tak bisa menyangkal bahwa pengorbanan semacam itu sangatlah besar."

"Aku tidak peduli!" teriak Wang Yibo.

"Kau hanya penakut. Kau takut menghadapi dirimu sendiri."

Xiao Zhan menarik nafas lagi.

"Sadarlah Yibo, hidup tidak akan berakhir hanya karena satu kekecewaan, masa depanmu lebih penting dibanding patah hatimu yang singkat itu."

Xiao Zhan memandang pemuda itu, cukup lama, seolah-olah tidak akan bisa memandangnya lagi.